Sabtu Bersama Bapak

in loving memory

Judul postingan ini sengaja saya ambil bukan bermaksud untuk menyamai judul bukunya Adhitya Mulya, ataupun terinspirasi Tuesday With Morrie-nya Mitch Albom. Tapi memang hanya judul inilah yang pas untuk postingan yang merujuk pada kebersamaan saya bersama ayah mertua saya yang baru saja wafat hari Minggu, 7 Juni 2015 lalu.

Hubungan saya dengan ayah mertua yang kami panggil Bapak ini lumayan baik walaupun tidak terlalu akrab. Bapak hanya hadir di acara lamaran saya di penghujung tahun 2006, tapi ketika hari pernikahan saya di bulan Juli 2007, Bapak tidak bisa hadir di Surabaya karena terbaring sakit. Tapi tak apa, saya yakin, meskipun beliau tidak bisa hadir, tapi doa beliau sampai ke kami kok.

Selepas mengalami kecelakaan kerja di off shore, sehingga mata kakinya cedera menyebabkan aktivitas Bapak tidak bisa lagi seleluasa dulu. Ada satu moment mengharukan di tahun 2008, di mana Bapak yang sebenarnya kakinya belum terlalu baik kondisinya memaksakan diri untuk datang di pemakaman putri pertama saya yang meninggal di usia 7 bulan dalam kandungan. Di sore menjelang malam, di tengah rintik hujan, Bapak mengayuh sepeda menuju ke pemakaman menemani suami dan ibu mertua saya yang sudah ada di sana duluan.

Kondisi beliau sempat up and down beberapa kali hingga akhirnya beliau menyerah dan harus terbaring saja selama kurang lebih 5 tahun di tempat tidur karena beberapa penyakit yang dideritanya, yang salah satunya adalah osteoporosis. Sebagai orang yang dulunya aktif lalu menjadi tidak aktif sama sekali dan menjadi sangat tergantung pada orang lain, tentu saja menimbulkan perasaan yang kurang mengenakkan bagi Bapak. Emosinya naik turun, tingkah lakunya kembali seperti anak kecil. Kami berusaha memaklumi, karena kami yakin Bapak sedang dalam kondisi psikologis yang labil akibat perubahan yang signifikan terhadap kondisi tubuhnya.

Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk mencurahkan segenap kesabaran dan ketelatenan dalam merawat Bapak, terutama bagi ibu mertua saya. Hormat dan salut saya tercurah untuk beliau. Di tengah kesibukannya mencukupi kebutuhan sehari-hari plus merawat Bapak, kerap kali beliau terlihat lelah, gusar, sedih, dan emosi, tapi toh semua itu cuma berupa curhatan yang ditelan kembali oleh Ibu, karena langsung ingat, yang sedang dihadapi adalah suaminya, seorang lelaki yang sudah sepuh, dan tidak berdaya. Sering saya berdoa, semoga kesabaran Ibu merawat Bapak menjadi ladang pahala Ibu.

Hingga akhirnya kurang lebih seminggu yang lalu, Bapak tiba-tiba jatuh dari tempat tidur dan dahinya luka. Sejak saat itulah Bapak total menggantungkan hidupnya hanya pada pertolongan dan perawatan Ibu saja.

Seminggu sebelum Bapak wafat, saya sempat ke sana bersama suami dan Alea. Waktu itu Bapak masih bisa ngobrol dan bercanda dengan kami, bahkan sempat mengomentari Alea yang menurut beliau cepat besar.

Bapak: “Berapa usia anak kau ini?”

Me: “10.5 bulan, Pak”

Bapak: “Wah, sudah besar ya… Sudah berapa giginya?”

Me: “Baru empat, Kek. Dua di atas, dua di bawah…”

Bapak: “Oooh, sehat terus ya, Nak…”

Me: “Iya, Kek… Insyaallah Alea sehat selalu. Kakek juga ya… :)”

Kami tidak sempat ngobrol lama karena Alea merengek minta keluar kamar, dan Bapak juga lebih sering tidur ketimbang terjaga. Tapi ada pesan terakhir Bapak untuk saya; ketika saya dan Alea bermaksud berpamitan pulang. Setelah saya cium tangan Bapak, beliau berpesan:

“Jaga anakmu baik-baik ya, Dev…”

Dan saya pun mengangguk, “Pasti, Kek. Akan Devi jaga Alea baik-baik. Kakek juga sehat, ya. Insyaallah nanti kami main lagi ke sini. Ya sudah, kami pulang dulu, ya, Kek. Daagh, Kakek. Assalamualaikum…”.

Bapak hanya mengangguk dan tersenyum sambil melambaikan tangannya pada kami berdua. Uniknya Alea pun sempat kiss bye ke kakeknya padahal sebelumnya dia rewel tiap kali diajak ke kamar Bapak.

Tak disangka ternyata itulah pertemuan terakhir kami dengan Bapak. Ternyata itu adalah kiss bye perpisahan Alea dengan kakeknya. Masih teringat betapa riang dan sumringah wajah Bapak ketika melihat saya membawa Alea pulang dari rumah sakit setelah lahiran. Melihat matanya berbinar-binar melihat bayi saya yang seharusnya saya bedong malah saya dandani dengan rok terusan dan bando merah. Maklum, baru kali ini melihat ada cucu perempuan. Kebetulan adik ipar saya sudah memberikan dua cucu laki-laki, makanya ketika melihat saya melahirkan bayi perempuan, beliau terlihat gembira.

Kini mata sayu itu sudah tertutup untuk selama-lamanya. Pun tubuh Bapak yang kian mengurus itu pun kini telah pergi meninggalkan dunia yang fana. Hanya kenangan bersama beliau saja yang tersisa.

Sugeng tindak, Pak. Selamat jalan. Selamat beristirahat di tempat Bapak yang baru. Purna sudah perjuangan Bapak dalam melawan rasa sakit dan ketidakmampuan fisik yang disebabkan oleh sakit yang bertahun-tahun Bapak derita. Semoga Allah melapangkan jalan Bapak menuju surag, menerima segala amal ibadah Bapak, dan menempatkan Bapak di tempat terbaik di sisi-Nya. Doa kami menyertai kepergian Bapak menghadap Sang Pencipta…

[devieriana]

 

ilustrasi dipinjam dari sini

Continue Reading

Happy Thirty Something!

my thirty something

Seharusnya postingan ini saya publish tepat di hari ulang tahun saya, 2 Juni 2015 yang lalu. Tapi apa daya, berhubung bertepatan dengan hari libur, dan kalau sudah libur Alea maunya diemong sama saya, akhirnya baru sempat up date blog lagi hari ini. Gapapalah telat dikit, ketimbang telat banget, hahahaha…

Alhamdulillah, di 30 sekian tahun usia saya tahun ini, Allah masih memberikan kebahagiaan, kesempatan hidup, usia, pengalaman-pengalaman berharga, keluarga dan teman-teman yang sangat support. Ulang tahun di tahun ini alhamdulillah berkesan. Kalau tahun lalu saya ulang tahun dalam keadaan masih mengandung, tahun ini sudah ada tambahan anggota keluarga yang baru yaitu Alea. Bagi saya, Alea adalah salah satu bagian kado terindah yang Allah kasih pada saya.

Seperti tahun-tahun lalu, sejak shubuh hp saya sudah sibuk menerima ucapan selamat ulang tahun. Dan seperti biasa, doa dan ucapan selamat dari kedua orang tua adalah hal yang paling mengharukan. Doa dan ucapan dari para sahabat di Bincang Edukasi, teman-teman kantor, dan teman-teman socmed juga tak kalah menyempurnakan pertambahan angka usia saya tahun ini.

Ada hal unik yang sedikit berbeda dengan ulang tahun-ulang tahun sebelumnya. Tahun ini saya mendapatkan hadiah ulang tahun berupa batu akik dari teman-teman kantor saya, hahaha. Katanya, biar saya nggak ngecengin melulu tiap kali ada yang ngobrolin batu cincin. Jadi, biar saya nggak bawel, dan siap dibaiat sebagai anggota batu lovers, diberilah saya liontin batu Giok Aceh, dan batu Bacan Merah yang imut (katanya sih dipakai buat cincin aja). “Dipake, ya!”, gitu pesan mereka. Ya nantilah, kalau saya sudah ada waktu buat ngiket batunya.

Hadiah ulang tahun dari Mama adalah brownies spesial buatan Mama yang rasanya endeus surendeus (lupa saya abadikan karena keburu amblas sesampainya di kantor). Kalau kado dari adik saya beda lagi, dia memberi saya kado baju batik. Ah, dia paling tahu memang kalau saya sedang mengumpulkan koleksi baju batik; mengingat setiap kali pelantikan sekarang bukan lagi pakai baju PSL (Pakaian Sipil Lengkap, berupa setelan jas) tapi pakai batik. Alhasil saya sering pinjam koleksi dia ketimbang beli, hihihihik. Dasar nggak modal! Kalau dari Si Bungsu dan keluarganya, berupa foto masakan plus tulisan yang dibuat dari saos sambal, hahahaha…

Apapun itu, terima kasih banyak untuk segala doa dan ucapan yang telah kalian berikan. Semoga segala kebaikan tercurah pula untuk kalian semua. Semoga segala doa yang dikirimkan untuk ulang tahun saya kemarin semuanya diijabah oleh Allah SWT. Aamiin ya rabbal alamiin…

Love you loads!

[devieriana]

Continue Reading

Me Time

me-time

‘Me Time’ is appreciate yourself by doing what you love.

Benar begitu? Katanya, dengan tetap memiliki ‘me time’ akan memastikan setiap orang tetap ‘waras’, hehehe… Tiap orang pasti punya waktu dengan durasi tertentu untuk memanjakan dirinya sendiri, yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup masing-masing.

Setelah beraktivitas setiap hari yang penuh dengan jadwal padat, belum lagi ditambah dengan kemacetan jalan raya yang sungguh ‘tralala-trilili’, menyebabkan berbagai kepenatan fisik dan psikis. Jadi wajar kalau ‘me time’ menjadi sebuah saat yang penting bagi seseorang untuk sejenak beristirahat, menikmati waktu untuk diri sendiri.

Bentuk ‘me time’ sendiri ada bermacam-macam, tidak selalu harus dengan bepergian ke luar kota. Kadang cukup dengan menghabiskan waktu sendirian di toko buku, atau luluran/spa di salon langganan, mendengarkan musik, nonton film, dll. Intinya, setelah melakukan ‘me time’ tubuh dan pikiran terasa rileks, mood kembali bagus, tidak lagi stress.

Teman saya punya ‘me time’ yang unik, yaitu mandi di kantor sebelum jam pulang kerja. Kenapa saya sebut unik? Karena ketika mandi di kantor, dia bisa lebih banyak punya waktu untuk merawat diri. Kalau sudah di rumah, jangankan punya waktu untuk merawat diri, mandi saja superkilat.

“Gue nggak bisa mandi di rumah kalau udah sore, Devi. Lo kan tahu sendiri rumah gue jauh. Pas udah sampe rumah ya udah, anak-anak gue langsung minta perhatian orangtuanya; pada ngajak main. Jangankan sempat lulur-luluran, mandi aja gue cepet-cepetan.”

Saya yang waktu itu masih belum punya anak hanya bisa melongo. Sedemikian ‘langkanyakah’ ‘me time’ ketika sudah berkeluarga dan punya anak?

Eh, sekarang… ketika saya sudah punya momongan, ternyata memang benar, waktu untuk ‘me time’ memang sedikit berkurang waktunya. Berkurang di sini bukan berarti jadi tidak punya sama sekali, ya. Masih punya, tapi durasinya yang berubah jadi tidak selama dan sesering dulu. Even Super Mom needs a break now and again. You won’t be able to take care of your family if you don’t take care of yourself. Betul? 😀

Saya seorang ibu bekerja. Saya hanya bertemu dengan Alea ketika jam pulang kantor sampai bangun tidur keesokan harinya. Sepulang kantor saya hanya punya waktu untuk mandi, shalat, dan makan malam (kadang malah kalau Alea sudah rewel duluan ya saya momong dulu baru mengerjakan hal lainnya, kalau tidak langsung ikut bablas ketiduran). Itu pun saya sudah harus membagi aktivitas dengan persiapan ngantor, dll. Alea sementara ini diemong oleh eyangnya. Jadi bisa dibayangkan betapa terbatasnya waktu saya bersama Alea. Jadi kalau ada waktu buat jalan-jalan, buat ngeloni, buat menyuapi, buat menyusui, buat bermain bersama anak, itulah surga saya. Apalagi proses tumbuh kembang anak itu kan cepat. Seadanya waktu yang saya punya itulah yang ingin saya manfaatkan sebaik-baiknya.

Trus, ‘me time’ saya sendiri kapan? Di kantor saya masih bisa melakukan ‘me time’ kok. Misalnya menulis blog (yang walaupun lebih lama hibernasinya ketimbang up date-nya,hihihik), atau latihan band dengan teman-teman band saya seminggu sekali sepulang kantor sambil menunggu jemputan suami. Ngeband bareng teman-teman itu juga merupakan suntikan semangat yang luar biasa menyegarkan buat saya. Saya bisa pulang ke rumah dalam kondisi yang tetap semangat, bahkan sesaat ‘lupa’ kalau sedang berada dalam kemacetan luar biasa.

Saya percaya bahwa masing-masing orang punya ‘me time’ versi masing-masing. Kalau kalian, apa ‘me time’ kalian?

[devieriana]

 

ilustrasi dipinjam dari sini

Continue Reading

Mendadak MC Wedding

mc wedding

Jadi ceritanya, kemarin, tanggal 12 April 2015 yang lalu saya mendapatkan ‘kehormatan’ untuk memandu acara wedding putri salah satu Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara yang diselenggarakan kemarin di Jakarta International EXPO Kemayoran, Jakarta. Padahal sebelumnya, saya dan seorang teman di-plot sebagai penerima tamu. Tapi entah bagaimana ceritanya, saya yang awalnya cuma jadi penerima tamu mendadak diubah perannya jadi MC. Lah 😮

Memang ini bukan tugas pertama menjadi MC (baik MC protokoler, MC umum, maupun MC wedding), tapi perubahan tugas yang agak ‘jauh’ itu yang bikin saya sedikit gedubragan. Kebaya yang tidak saya desain secara ‘grande‘ supaya lebih ‘terlihat’ di atas panggung membuat saya sedikit kelimpungan. Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi, mengingat hari H sudah tinggal hitungan hari. Inilah moment di mana saya akan menggunakan modal nekat saja.

Di acara technical meeting terakhir yang merupakan koordinasi final H-3 saya baru dipertemukan dengan calon MC pasangan saya yang berasal dari vendor entertainment. Koordinasi dengan partner MC berlangsung secara singkat seusai technical meeting dan itu hanya berlangsung selama 10 menit sebelum saya kembali ke kantor. What? Koordinasi acara cuma 10 menit. Iya, cuma sempat berkenalan, bertukar nomor handphone dan alamat email saja. Selanjutnya, koordinasi berlangsung secara maya via email dan whatsap.

Kalau dibilang event besar ya lumayanlah. Terkesan ‘besar’ karena sejak awal diinformasikan oleh pihak keluarga, bahwa ada beberapa undangan VVIP dan VIP yang akan datang. Termasuk di dalamnya adalah Presiden, Wakil Presiden, dan beberapa menteri era Kabinet Kerja, serta beberapa mantan pejabat era Kabinet Indonesia Bersatu, termasuk Presiden keenam beserta Wakil Presiden.

Akhirnya, hari yang ditunggu itu pun tiba. Saya selesai make up dan hairdo dari salon sekitar pukul 08.00 wib. Tanpa berlama-lama saya langsung capcus dari rumah di Mampang menuju ke Auditorium Semeru, Jakarta International Expo saat itu juga, karena kami harus mengadakan gladi bersih pada pukul 09.00 wib. Untunglah kondisi jalanan sedang bersahabat. Saya tiba di JIExpo tepat pukul 09.00 wib, berarti saya hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di tempat acara. Setelah touch up sedikit dan membaca cue card yang telah dibuat dengan rapi oleh partner MC saya, Ade Indrawan, kami segera melakukan gladi bersih.

Menangani sebuah acara wedding tentu sangat berbeda dengan menangani acara pelantikan. Ya iyalah! Kalau acara pelantikan semuanya sudah jelas tahapan-tahapannya, susunan kalimatnya pun sudah template. Sedangkan acara wedding, kita yang harus menyesuaikan diri, melakukan koordinasi, dan tentu saja berimprovisasi.

Jadi dejavu dengan wedding saya sendiri 8 tahun yang lalu. Bedanya, resepsi pernikahan saya tidak dilakukan di hall sebesar ini, tamunya pun cuma setengahnya saja, dan saya pakai jasa wedding organizer untuk mengatur acara pernikahan saya. Iya, saya memang orang yang tidak mau terlalu ribet dengan segala pernak-pernik berkaitan dengan pernikahan saya. Mengingat pada waktu itu saya bekerja di kantor yang liburnya diatur dengan jadwal tertentu, plus saya dan calon suami saya waktu itu tinggal di kota yang berbeda; saya di Surabaya, calon suami berdomisili di Jakarta. Sehingga pasti saya yang akan lebih banyak ribet karena perhelatan akan dilakukan di Surabaya.

Enaknya pakai jasa wedding organizer itu kita tinggal bayar-bayar doang. Saya cuma ribet di bagian baju pengantin (karena saya maunya pakai baju desain saya sendiri), memilih model cincin kawin, dan beli seserahan. Sudah, selebihnya serahkan saja pada wedding organizer. Kalaupun memang kita ingin pakai vendor di luar yang sudah disediakan oleh wedding organizer ya silakan saja, karena namanya selera kan tidak bisa dipaksakan. Tapi selama 3x orangtua saya menyelenggarakan resepsi pernikahan, alhamdulillah ketiga-tiganya berjalan lancar tanpa ribet yang berlebihan dengan bantuan jasa wedding organizer.

Kembali lagi ke acara wedding kemarin. Kebetulan acara wedding yang saya pandu ini tidak menggunakan jasa wedding organizer. Jadi semua ditangani sendiri oleh keluarga calon mempelai. Resepsi ini adalah perpaduan antara pernikahan adat Batak dan internasional. Tapi tentu saja saya bersama partner MC saya bukan yang kebagian memandu acara adatlah, secara kami berdua bukan orang Batak. Ya, baru kali ini saya melihat prosesi Mangulosi. Ternyata kalau diperhatikan, hampir semua prosesi adat pernikahan itu sama saja. Sama-sama punya prosesi yang panjang, rumit, dan penuh makna filosofi. Berhubung saya hanya didapuk sebagai MC resepsi saja jadi saya tidak sempat menyaksikan seluruh prosesi pernikahan adat yang telah mereka lakukan di hari sebelumnya.

Alhamdulillah seluruh acara berjalan lancar. Mulai Mangulosi, pemotongan wedding cake, wedding feed oleh kedua pengantin kepada pasangan dan kepada kedua pasang orangtua, penuangan champagne ke dalam susunan gelas-gelas, hingga wedding toast, semuanya berjalan lancar. Telinga kami pun dimanjakan oleh lagu-lagu Top 40 yang dikemas secara akustik dengan kualitas yang superb! Kami juga sempat dibuat tercengang dengan suara emas salah satu anggota keluarga yang kalau secara fisik beliau sudah sepuh, tapi suaranya… luar biasa! Semua tamu yang hadir langsung memberikan tepuk tangan yang meriah ketika beliau melantunkan suara emasnya. Lagu yang dibawakan pun bukan lagu-lagu lawas seperti yang kami sangka sebelumnya, tapi salah satu lagu romantis dari Yovie Nuno, yaitu Janji Suci. Itulah manusia, kadang kita terlalu terburu-buru underestimate ketika melihat ‘kulit luar’ seseorang, ya 🙂

Btw, bicara soal per-MC-an, mungkin benar pepatah yang mengatakan, “buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya”. Kalau saya mewarisi bakat menari saya dari Mama, untuk MC saya mewarisinya dari Papa. Kebetulan Papa memang seorang MC wedding adat Jawa. Tanpa saya sengaja, ternyata setelah sekian puluh tahun kemudian, akhirnya saya meneruskan jejak Papa sebagai seorang pemandu acara. Baru sadar, ternyata menjadi seorang pemandu acara itu… menyenangkan! Halah, telat! 😆

Jadi, kalau kebetulan lagi khilaf dan mau mengajak saya kerja sama, monggo lho ya… 😆
*benerin sasakan*

 

[devieriana]

Continue Reading

Tentang Forum Tematik Bakohumas Itu

Forum Tematik Bakohumas 2015

Di suatu siang, di sela mengerjakan pekerjaan rutin, berderinglah telepon di meja kerja saya.

“Hai, Mbak Dev… aku dari Biro Humas. Aku mau nanya dong, kira-kira tanggal 5 Maret nanti jadwalnya padat, nggak?”

“Jadwal Bapak?” *sambil melihat ke arah papan jadwal pimpinan*

“No, jadwal kamu…”

“Jadwalku? Kosong, sih… Kenapa, Mbak?”

“Ok, aku mau minta tolong buat jadi MC Forum Tematik Bakohumas, ya. Ini sebenarnya acaranya Kemenkominfo, tapi dia bekerja sama dengan Setneg dan Setkab untuk penyelenggaraannya. Acaranya sendiri nanti di Aula Gedung 3 ya, Mbak…”

“Oh, gitu. Boleh deh… Nanti aku bisa minta run down-nya ya, biar aku pelajari dulu”

“Sip. Untuk detail acara nanti aku email dan fax, ya Mbak”

Tak lama setelah saya menutup telepon, selembar fax masuk; ternyata dari teman yang menelepon barusan. Saya baca sekilas draf susunan acara yang tertera di sana. Tapi sejurus kemudian mata saya berhenti di bagian daftar narasumber. Di situ saya baru sadar, kalau acara yang akan saya pandu nantinya ini ternyata acara yang akan dihadiri bukan hanya oleh pengelola kehumasan di seluruh Indonesia, tapi juga akan dihadiri oleh 4 orang menteri dan Seskab.

Jujur ini agak sedikit di luar perkiraan saya. Tadinya saya cuma berpikir bahwa acara yang akan saya pandu ini ‘sekadar’ acara seminar atau sosialisasi yang akan dinarasumberi oleh pejabat terkait kehumasan, atau seperti acara-acara kantor yang selama ini saya pandu. Kalau sampai 4 menteri ini hadir dalam satu acara, berarti bukan acara yang ‘ala kadarnya’. Baru kali ini saya dipercaya untuk memandu acara antarinstansi seperti ini, dan dengan level acara yang lebih tinggi lagi dari acara-acara yang biasa saya pandu. Bagi saya ini sebuah tambahan pengalaman.

Menurut informasi panitia, hampir 90% pejabat kehumasan pemerintah yang diundang menyatakan confirm hadir dalam acara ini. Bagi panitia ini termasuk rekor karena biasanya yang confirm hadir tidak pernah sebanyak itu. Entahlah, mungkin lokasi acara juga ikut menentukan mood kehadiran peserta 😀

Akhirnya, hari yang dijadwalkan itu tiba. Semua petugas menyiapkan diri sebaik mungkin, termasuk saya. Butuh banyak koordinasi dengan protokol masing-masing menteri/Seskab dan pihak penyelenggara. Ya siapa tahu ada perubahan di tengah acara, kan saya harus mengantisipasi itu.

Acara yang sedianya dijadwalkan mulai pukul 13.30 wib itu nyatanya sempat molor hingga pukul 14.00 karena para menteri ada rapat di Istana Negara. Itu masih untung, karena sedianya rapat digelar di Istana Bogor. Lalu terbayang dong bagaimana ribetnya menteri-menteri itu berpindah acara dari Bogor ke Jakarta dengan perjalanan yang tidak mungkin ditempuh dalam hitungan 5-10 menit, sementara para peserta dan jurnalis media sudah menunggu.

Akhirnya, para narasumber itu pun tiba di lokasi. Ternyata yang berkenan hadir sebagai narasumber ada Mensesneg (Pratikno), Menkominfo (Rudiantara), Menpan RB (Yuddy Chrisnandi), Sekretaris Kabinet (Andi Widjajanto), sementara Mendagri (Tjahjo Kumolo) yang sedianya berkenan hadir sebagai salah satu narasumber ternyata berhalangan hadir karena dalam waktu yang sama beliau ada acara yang tidak bisa ditinggalkan.

Ada yang sedikit unik di acara ini. Kalau boleh saya istilahkan, acara yang sedikit ‘koboian’. Seharusnya, sesuai dengan susunan acara, Menkominfo akan memberikan memberikan sambutan sekaligus membuka acara ini secara resmi. Tapi ketika saya undang untuk memberikan sambutan, yang maju adalah Mensesneg. Semua panitia sempat kaget, karena ini di luar skenario kami. Ternyata hal itu memang disengaja oleh Mensesneg karena kebetulan beliau pukul 14.00 harus menghadap Presiden, sementara jadwal beliau untuk membawakan keynote speech baru nanti pukul 14.05-14.20 wib, jadilah terpaksa bertukar jadwal dengan Menkominfo untuk mengejar kesesuaian jadwal acara bersama Presiden. Pffiuh! Lha, ini saya baru deg-degan. Saya pikir saya yang salah 😐

Lalu ‘koboi’-nya di mana? Ya gaya tukar menukar jadwal tanpa koordinasi ke panitia itu termasuk gaya ‘koboi’. Gaya penyampaian speech beliau pun tidak formal/kaku, dan tidak menggunakan slideshow seperti layaknya sebuah paparan. Tapi justru seperti sedang memberikan kuliah umum. Mungkin jiwa dosennya masih terbawa :mrgreen: . Btw, sebenarnya Pak Menteri kurang menyukai adanya podium dan panggung, tapi apa boleh buat setting dari ‘sananya’ sudah begitu. Gaya tanpa slideshow presentasi ini ternyata juga diikuti oleh Seskab dan semua menteri yang hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut. Pokoknya gaya para narasumber semuanya santai dan ya itu tadi semacam forum sharing.

Dalam kesempatan itu Menkominfo mengimbau kepada seluruh jajaran pengelola kehumasan, selain memanfaatkan media konvensional, mereka juga harus memanfaatkan teknologi media sosial. Intinya menggunakan pendekatan ke masyarakat dengan cara yang lebih modern dan partisipatif. Memiliki dan menggunakan akun twitter juga disarankan oleh Menkominfo. Karena humas berada di dunia yang sangat dinamis, jadi sesuatu yang reachable sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Humas harus punya setidaknya dua akun twitter; akun kantor dan pribadi, dua-duanya harus jalan.

Oh ya, sebagai orang yang kadang-kadang masih bermain di ranah socmed, saya setuju dengan pernyataan Menkominfo, “media sosial membuat semua orang bisa menjadi jurnalis. Entah isinya kredibel, semi kredibel, atau tidak kredibel sama sekali.”

Mensesneg dalam kesempatan ini mencontohkan website yang sudah mencerminkan karakter pemerintah yaitu http://setkab.go.id . “Kehumasan itu mencakup hal yang sangat kaya, menjembatani dua pihak, membangun publik trust. Saya ingin humas itu seindah aslinya. Bukan hanya isi kebijakan tetapi juga karakternya.” Ada pernyataan Mensesneg yang cukup menarik dan sempat saya twit juga, “Adanya media sosial, membuat adanya jurnalisme tanpa dewan redaksi”. Benar, Pak. Semua bisa memberitakan apapun via akun socmednya. Dewan redaksinya ya pemilik akun masing-masing.

Masih ada paparan menarik yang lainnya yang juga disuguhkan oleh Seskab. Sebagai orang yang selalu mendampingi Presiden di dalam tugasnya sehari-hari, Seskab mendayagunakan socmed untuk meng- up date kegiatan Presiden. Saya sendiri baru tahu lho, kalau ternyata 1/3 foto yang ada di http://setkab.go.id dan yang ada di akun twitter resmi Setkab adalah hasil jepretan Andi Widjajanto. Andi Widjajanto juga menuturkan bahwa sebenarnya bahasa narasi sudah lewat masanya, sekarang adalah masanya bahasa visual. Bahkan bahasa visual ini pun sekarang sudah berkembang menjadi animasi.

Walaupun saya bukan bekerja di bagian yang menangani kehumasan, tapi melalui kegiatan ini saya jadi mendapatkan up date informasi dan tambahan pengetahuan baru tentang bagaimana seharusnya seorang humas pemerintah itu menjalankan tugasnya di era yang serbacanggih ini.

Btw, thank you teman-teman Kemenkominfo yang sudah memberi saya kepercayaan untuk memandu acara Forum Tematik Bakohumas beberapa waktu lalu ya 🙂

[devieriana]
Continue Reading
1 3 4 5 6 7 44