Happy 6 Months Old, Baby!

----Hari ini, Sabtu, 17 Januari 2015, Alea genap berusia 6 bulan. Tak terasa dia sudah berusia 6 bulan. Padahal sepertinya baru kemarin saya menggendongnya keluar dari rumah sakit, sekarang dia sudah bisa berguling sana-sini, ngoceh babibubabibu, ‘berkomunikasi’ ala bayi, bahkan dia sekarang sudah bisa ‘menyatakan’ maunya apa melalui kode-kode dan bahasa tubuh.

Dia sedang tumbuh sebagai balita yang lucu dan menggemaskan. Iya, lagi dalam masa anak yang paling dikangenin. Ada satu hal yang… mmmh… entahlah, apakah itu copy paste dari emaknya atau bukan. Dia paling suka diajak jalan-jalan. Buat dia, kalau dia sudah dipakaikan topi itu tandanya dia akan diajak jalan-jalan, sekalipun itu cuma keluar ke ibu warung di ujung gang. Apalagi kalau sudah buka pagar; senangnya bukan main. Dia akan melonjak-lonjak dalam gendongan. Atau kalau sedang di atas stroller kaki dan tangannya akan bergerak bersama-sama. Kegirangan.

Kalau tidur dia paling anti diselimutin. Mau pakai selimut tipis atau tebal pasti akan ditendang-tendang, kecuali dia diselimuti sudah dalam keadaan tidur pulas 😀 . Entahlah, mungkin ‘trend’ bayi sekarang seperti ini, ya? Karena seperti sepupunya (anak adik saya) pun demikian. Ketika diajak oleh adik saya berlibur di daerah pegunungan, adik saya dan isterinya pakai jaket tebal, pakai kaos kaki, tidurnya pun pakai selimut, eh balita mereka yang usianya terpaut 3 bulan dengan Alea malah tidur dengan setelan yukensi dan stoking celana panjang. Beuh, sepertinya Alea juga begitu.

Dua minggu yang lalu dia sempat pilek, tapi alhamdulillah, dia sembuh dengan sendirinya. Ngomong-ngomong tentang ASI, saya bersyukur bisa memberi Alea ASI hingga saat ini. Padahal dulu sampai stress sendiri lantaran ketika diperah, ASI hanya keluar sedikit sekali, cuma basahin pantat botol 😥 . Belum pakai acara demam dan luka segala. Tapi syukurlah masa itu sudah berlalu. Sekarang alhamdulillah soal per-ASI-an lancar (walaupun kadang harus kejar tayang). Pokoknya kalau soal ASI banyak suka dukanya.

Oh ya, sekarang dia sudah boleh makan makanan pendamping ASI. Sebenarnya sudah mulai ‘di-training‘ sejak 1 minggu yang lalu. Setiap pukul 10 pagi dia makan pisang yang dikerik lembut, dan makan bubur bayi rasa manis/gurih setiap pukul 3 sore, selebihnya dia tetap mengkonsumsi ASI. Sejauh ini alhamdulillah dia tidak rewel ketika disuapi. Malah sepertinya saat makan dan minum vitamin (di mana itu adalah saat dia merasakan rasa lain selain ASI) menjadi saat yang menyenangkan buat dia. Semoga dia makannya tambah banyak, dan nggak suka pilih-pilih makanan, biar kaya mamanya, ihihihik…

Selamat 6 bulan ya balitaku. Semoga selalu sehat, tumbuh kembang sempurna, makin pinter, dan jadi kebanggaan keluarga. Doa kami selalu menyertaimu. Mwach!
Love you, Alea…

 

[devieriana]

Continue Reading

Happy Holiday!

Museum Angkut 2

Hai, apa kabar kalian? Bagaimana suasana pergantian tahun di tempat kalian? Saya, seperti biasa, seperti tahun-tahun sebelumnya menghabiskan suasana pergantian tahun di tempat tidur. Apa lagi kalau bukan tidur 😆 . Mau belum ada bayi atau sudah ada bayi pun sama saja. Bedanya, tahun ini saya melewatkan pergantian tahun di Jawa Timur, di rumah orang tua saya, sambil ngeloni bayi yang tidurnya kurang begitu tenang ketika pergantian hari karena di luar sana bunyi mercon dan kembang api sahut menyahut sampai kurang lebih pukul 01.00 wib.

Oh ya, ini adalah pertama kalinya saya beserta keluarga mudik ke Jawa Timur, bersama Alea tentu saja. Sebelum berangkat kami sempatkan untuk memenuhi jadwal kontrol Alea ke dokter sekalian konsultasi tentang semua hal yang harus dilakukan ketika terbang bersama bayi. Karena membawa bayi saat bepergian menggunakan pesawat terbang itu sedikit lebih ribet dibanding mengajak anak yang usianya di atas satu tahun. Kata dokternya Alea saat memberikan penjelasan pada kami, pada saat mengangkasa, biasanya udara di dalam kabin cenderung tidak stabil. Udara panas atau dingin dapat berubah cukup cepat. Itulah sebabnya bayi harus mendapat perhatian lebih, karena tidak semua bayi mampu beradaptasi dengan berbagai keadaan di angkasa. Kalau dilihat dari usia dan kondisi kesehatan Alea insyaallah Alea aman diajak bepergian naik pesawat.

AleaSebenarnya mau pergi naik pesawat yang jam berapapun sih aman-aman saja untuk bayi. Oleh dokter kami disarankan untuk mudahnya dan biar nggak ribet, pilih saja jam penerbangan yang merupakan jam tidurnya bayi. Tapi mau terbang di jam berapapun sih sebenarnya nggak ada masalah kok. Intinya bayi harus dalam keadaan sehat, tidak sedang flu, dan ketika take off dan landing bayi harus disusuin (dalam keadaan mengunyah).

Awalnya sih agak mikir juga, kalau jam tidur yang panjang ya malam hari atau pagi-pagi buta. Agak kasihan juga kalau harus membangunkan Alea di pagi buta untuk berangkat ke bandara. Tapi bismillah sajalah, semoga segalanya dimudahkan. Eh, ndilalahnya kami dapat penerbangan paling pagi, jam 05.00 dengan menggunakan Lion Air. Kami mulai bersiap pukul 02.30 dini hari, dan mulai membangunkan Alea pukul 03.00. Untungnya dia nggak rewel, bahkan jam segitu dia langsung bangun, ngoceh-ngoceh, ketawa, gegulingan, ceria sekali, seolah tahu kalau mau diajak pergi. Dia juga tidak rewel selama perjalanan menuju bandara, walaupun cenderung diam. Entah diam melihat pemandangan yang masih gelap gulita, atau sebenarnya dia masih ngantuk 😀

Sesampainya di bandara suami langsung mengurus segala sesuatunya termasuk konfirmasi ke petugas bandara/maskapai bahwa kami membawa bayi, karena ada formulir khusus yang harus diisi. Entahlah missed-nya di mana/siapa, hingga kami di atas pesawat pun tidak ada formulir yang kami isi, padahal hampir di setiap gate kami lapor ke petugas, bahkan sampai di ruang tunggu pun kami konfirmasi kalau kami bawa bayi. Agak heran juga. Apakah memang cukup dengan lapor secara lisan aja atau seharusnya ada formulir yang harus kami isi?

Ketika kami sudah duduk di seat kami, barulah ada pramugari dan petugas yang ‘ngeh’ kalau kami membawa bayi. Duh! Lha tadi ke mana saja? Tidak adakah koordinasi dari petugas maskapai di bandara dengan yang on board? Pramugari yang sama menanyakan pada saya berapa usia bayi sebanyak 2x. Kalau mbak itu jadi petugas callcentre bisa saya kasih nilai nol di poin “mendengarkan dengan sungguh-sungguh” lho :-p. Barulah setelah itu ada petugas yang meminta saya untuk mengisi form. Owalah, Mas, Mas. Tadi ke mana saja?

Alhamdulillah Alea tidak rewel sama sekali, selama penerbangan dia tidur dengan pulas dan baru bangun ketika sudah landing di Juanda. Kok ngerti ya kalau sudah sampai tempat tujuan, ya? :mrgreen: . Pun ketika dalam perjalanan dari Juanda menuju ke rumah, dia juga tidur dan langsung bangun ketika sudah masuk komplek rumah 😆 . Padahal dia kan baru pertama kali ke rumah eyangnya, kok bisa bangun pas sudah dekat rumah ya? 😆

Museum Angkut 1Selama liburan kami menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama seluruh keluarga, sekalian jalan-jalan ke Malang. Ah, ya… kami juga menyempatkan ke Museum Angkut. Iya, itu satu-satunya tempat yang sempat kami kunjungi selama di Malang. Itu juga sampai di sana sudah sore karena kami harus mengantarkan adik yang pulang duluan ke Jakarta lantaran dia sebenarnya belum dapat cuti. Maklum pegawai baru 😀

Ah ya, secara keseluruhan Museum Angkut itu keren, karena menyajikan banyak sekali objek foto yang instagramable, dan spot foto yang lucu buat ajang narsis-narsisan. Tapi sayang, jiwa narsis saya sudah mulai punah. Sudah nggak pede lagi berfoto dengan badan yang menggendut dan pipi chubby seperti sekarang 😆 .

Oh ya, hampir saja saya lupa. Akhirnya saya bisa merasakan makan Bebek Sinjay yang tersohor asal Bangkalan itu! Awalnya sih beneran mau ke Bangkalan Madura sana Tapi pas kita lihat di Jln. Jemursari , Surabaya (depan taman Pelangi) kok ternyata juga ada cabang, tanpa pikir panjang kita pun langsung capcus nongkrong di depot yang pengunjungnya ramai, sampai antre-antre. Soal rasa, jangan ditanya. Enaknya pakai banget! Apalagi dimakan pas nasinya anget, bebeknya juga empuk, kremesannya juga gurih, plus ditambah pakai sambal pencit (mangga muda). Beuh… *lap iler*

bebek sinjaySo far liburan kali ini alhamdulillah lancar, dan menyenangkan. Sengaja kami pilih pulang di hari Sabtu, 3 Januari 2015, supaya hari Minggunya kami bisa istirahat. Kebetulan kali ini kami naik Garuda, penerbangan pukul 06.15 wib. Isi kabin pesawat kebanyakan anak-anak yang sepertinya akan pulang selepas libur panjang. Sengaja kami pilih penerbangan pagi biar Alea bisa bobo selama di perjalanan. Dan ternyata kami tidak salah pilih jadwal, karena Alea tidur pulas dalam gendongan sejak di ruang tunggu bandara sampai dengan di Soekarno-Hatta. Anak pintar! :-*

Hmm, sepertinya mulai siap untuk merencanakan liburan berikutnya. Hei, Bromo apa kabar, ya? Masih belum sempat ke sana padahal sudah direncanakan berkali-kali. Entahlah, mungkin kami memang belum berjodoh.

Bagaimana dengan liburan kalian di akhir tahun kemarin? Semoga juga sama menyenangkannya ya 🙂

 

[devieriana]

Continue Reading

Solusi dalam Genggaman

*lap-lap blog biar bebas dari sarang laba-laba*

 

Maklum, berhubung sekarang ada kesibukan baru; mengurus Alea yang lagi lucu-lucunya itu ternyata membuat blog ini bukan lagi menjadi satu-satunya hiburan buat saya, hihihihi. Kalau dulu sih iya. Bahkan kalau sedang banyak ide saya bisa posting sehari 2x. iya, mirip seperti minum obat. Jadi harap maklum kalau postingan blog ini tidak sesering dulu karena tenaga, pikiran dan prioritasnya sudah mulai bergeser ke Si Kecil.

Saya lagi punya hobby baru, mendandani Si Kecil itu dengan berbagai baju dan pernak-pernik bayi perempuan yang lucu-lucu. Nggak semuanya saya beli secara langsung di toko sih, kebanyakan justru saya beli via online shop. Sekarang kan zaman serba-online, tinggal search di Instagram atau buka situs di internet saja belanja bisa dengan mudah kita lakukan. Nah, saya itu kalau sudah ketemu pernak-pernik lucu buat bayi suka agak kalap gitu. Baru beli topi, eh besok ketemu jaket bayi, saya beli jaket bayi. Besoknya ketemu lagi rok/jumper lucu, saya beli juga. Tahu-tahu, lho… saldo tabungan kok jadi segini? Maklum, ibu baru. Baru on the job training, jadi apa-apa masih suka kalap ;))

Eh tapi iya lho, sekarang saya lagi suka banget belanja online, padahal dulunya saya anti belanja online karena ya menurut saya meragukan aja sih. Kan kita nggak lihat dan pegang langsung barangnya, cuma bermodal foto dan deskripsi produk saja; kalau tertarik ya silakan pesan, kalau nggak ya tinggal skip. Kalau saya, dengan modal bismillah saja sih sekarang.

Alhamdulillah selama ini sih nggak pernah ada masalah soal jual beli via online. Pilihan cara pembayarannya pun fleksibel, bisa bayar langsung ketika barang diterima atau yang lebih sering disebut Cash On Delivery (COD), atau bisa juga secara transfer. Nah, kalau saya lebih sering menggunakan fasilitas transfer via ATM atau mobile banking daripada COD, karena menurut saya sih lebih praktis.

Pernah juga sih pakai fasilitas COD tapi waktu itu saya lebih sering menggunakan alamat kantor sebagai alamat penerimaan barang karena di rumah tidak ada orang, alhasil delivatornya suka telisipan sama saya. Dianya sampai di kantor tapi sayanya pas keluar kantor atau bahkan pernah saya sudah pulang.

Ngomong-ngomong soal mobile banking, eh beneran lho, mobile banking atau sms banking atau aplikasi perbankan yang bisa diakses dengan mudah melalui HP itu memang ‘racun’ buat saya. Karena saking mudahnya bertransaksi, saya tinggal masuk ke aplikasi, tekan permintaan yang dibutuhkan… TARAAAAA! Transaksi pun berjalan dalam hitungan detik, dan dalam sehari dua hari barang sudah saya terima. Dan setelah itu… tinggal cek saldo. Hppffft! 😐

transfer via BCA mobile

Jadi ingat, dulu saya pernah bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi. Di rentang tahun 2004-2006 layanan m-banking masih belum se-booming sekarang. Mengapa bank bekerja sama dengan operator telekomunikasi?

Ya karena operator telekomunikasi memiliki basis pelanggan yang besar dengan jangkauan luas sehingga mampu menjangkau kalangan yang belum bankable supaya ikut mulai menggunakan layanan perbankan via mobile. Waktu itu bank yang sudah bekerja sama dengan operator telekomunikasi tempat saya bekerja yaitu Bank BCA.

Masih saya ingat m-banking BCA saat itu masih merupakan layanan single banking, di mana kartunya pun dibuat secara khusus yaitu kartu yang dilengkapi dengan fitur layanan Bank BCA. Jadi untuk nasabah Bank BCA yang ingin menggunakan layanan ini bisa langsung menukarkan kartu selulernya di pusat layanan pelanggan operator telekomunikasi. Di call center pun setiap harinya, sejak layanan m-banking BCA diluncurkan, ratusan call dari pengguna layanan Bank BCA antre untuk meminta penjelasan cara penukaran kartu, fitur kartu, hingga tarif per transaksi.

Kalau sekarang BCA sudah jauh lebih fleksibel. Tinggal klik saja https://m.klikbca.com atau tinggal masuk ke Application Store smartphone kita di Google Play Store untuk Android, App Store untuk iPhone/iPad, BlackBerry World untuk BlackBerry , terus pilih/search Info BCA, dan… TARAAAA! Aplikasi itu tinggal diinstal. Atau mau cara lain? Tinggal ketik saja https://downloadmbank.klikbca.com/infobca , install dan seluruh layanan transaksi keuangan bisa kita akses dari handphone.

Dari semua itu yang paling penting buat saya yaitu semua sistemnya sudah pasti secure karena semuanya sudah terproteksi. Hmm, jadi ingat lagi pelajaran di pelatihan yang kemarin, bahwa atribut keamanan informasi itu ada 3, yaitu Confidentiality (menjaga informasi dari orang yang tidak berhak mengakses), Integrity (informasi tidak boleh diubah tanpa seizin pemilik informasi, keaslian pesan yang dikirim melalui sebuah jaringan dan dapat dipastikan bahwa informasi yang dikirim tidak dimodifikasi oleh orang yang tidak berhak dalam perjalanan informasi tersebut), dan Availability (ketersediaan informasi). Bukan hanya instansi pemerintah, militer, dan rumah sakit saja yang sudah menerapkan tiga hal itu, semua institusi perbankan juga sudah pasti mengutamakan tiga atribut tersebut.

Kalau soal teknologi perbankan sepertinya kita sudah tidak perlu heranlah ya, karena memang kita sudah masuk ke era less cash society, di mana preferensi penggunaan uang kertas (uang tunai) mulai tergantikan ke sistem pembayaran non-tunai. Masyarakat pun sekarang sepertinya lebih suka memanfatkan fasilitas e-money (uang elektronik) sebagai alat transaksi yang praktis. Bank BCA sebagai salah satu institusi penyedia layanan perbankan sudah lama menyediakan layanan perbankan bertajuk m-BCA yang mudah diakses di mana saja dan kapan saja. Saya sering melakukan transaksi keuangan tanpa saya harus beranjak dari tempat duduk saya, hihihik. Dasar pemalas! :mrgreen:

Ya misalnya kita sedang sibuk atau sedang tidak memungkinkan untuk bertransaksi di ATM/bank, kita tinggal masuk saja ke aplikasi m-BCA, di sana bisa kok melakukan pembayaran tagihan telepon seluler/listrik, isi pulsa, melakukan transfer antarbank, cek saldo tabungan, dan lain-lain tanpa kita perlu pergi ke ATM atau ke bank. Bahkan di saat kita butuh informasi lokasi ATM terdekat pun bisa dengan mudah kita dapatkan. Ibarat memiliki ATM dalam genggaman gitu.

tampilan mobile banking BCA

Waktunya belanja bulanan juga gitu, saya lebih suka membawa uang tunai secukupnya, selebihnya saya bertransaksi menggunakan kartu debet sebagai alat pembayaran di kasir. Pernah dengar kartu Flazz-nya BCA? Ya, itu saya juga pakai sebagai alat pembayaran. Sampai halnya untuk pembelian tiket bioskop pun saya juga lebih sering menggunakan e-money ketimbang tunai.

Bawa uang tunai itu sudah pasti, ya karena belum semua merchant menerima pembayaran dengan menggunakan e-money (misalnya di warung-warung, toko/merchant yang belum ada kerja sama dengan bank), tapi kalau untuk di merchant-merchant yang sudah ada kerja sama dengan bank, saya cenderung menggunakan alat bayar elektronik untuk praktisnya.

Jujur, saya bukan orang yang gampang tergiur promo, tapi suami sayalah yang paling ‘aware’ dengan promo-promo. Misalnya ada promo diskon pemasangan tv kabel, promo di tempat-tempat makan, atau merchant-merchant tertentu, biasanya itu yang selalu dia infokan. Tapi yang paling sering diperhatikan sih biasanya promo tempat makan… Ngomong-ngomong tempat makan, hiks… apa kabar diet? Kabar baik… *ngelap timbangan badan*

Harapan saya sih dengan adanya segala kemudahan yang disediakan oleh berbagai institusi layanan perbankan ini tidak malah menjadikan kita sebagai generasi yang konsumtif, tapi justru menjadikan kita sebagai generasi yang smart dan bijak dalam mengelola keuangan dengan memaksimalkan penggunaan fitur-fitur yang telah disediakan oleh penyedia layanan perbankan itu ya 😉

Aamiiinn…. 😀

Eh iya, kalau mau bagi-bagi ilmu nggak dosa kan, ya? Untuk info lebih lengkap tentang BCA bisa lihat-lihat di sini ya :mrgreen:

 

Memanfaatkan teknologi perbankan itu ternyata seru, ya?

Selamat hari Kamis, Temans! 😉

 

 

[devieriana]

Continue Reading

Balada Ibu Menyusui

Sebagai ibu bekerja yang menyusui awalnya saya merasa galau, “bisa nggak ya saya tetap memberikan ASI sementara saya bekerja?”. Apalagi selama 2 bulan di rumah ternyata kuantitas ASI saya tidak seperti yang ada di internet (yang walaupun ibu bekerja tetap bisa memberikan ASI yang cukup bahkan berlimpah sampai kulkasnya nggak cukup untuk menampung ASI). Makin galaulah saya 😥 . ASI sih ada, keluar, tapi rasanya kok cuma cukup buat diminum Alea saja, sementara untuk di-pumping hasilnya tidak cukup banyak. Masa iya sekali peras cuma 10-30 ml saja, habis itu saya harus makan dulu supaya ASI saya produksi lagi? Sudah ASI nggak keluar, badan menggendut tak bisa dibendung, huhuhuhuhu… Pengen galau nggak sih? Ah, udah nggak pengen lagi ini sih, tapi sudah galau beneran 😥 . Apalagi ketika Alea mengalami grow spurt, rasanya ASI saya tidak cukup untuk dikonsumsi seharian oleh si mungil ini.

Tapi untunglah masa-masa ASI seret itu berakhir juga ketika saya iseng curhat ke ibu tukang pijat langganan, dan… TARAAA! Dengan seizin-Nya, dengan pijatannya yang lembut ASI saya keluar dengan lancar jaya, sampai saya bengong dibuatnya karena tidak pernah melihat ASI saya sampai seperti itu banyaknya. Agak menyesal juga kenapa baru kepikiran untuk pijat menjelang cuti saya berakhir. Kalau tahu ASI saya bisa dilancarkan dengan cara dipijat sih dari awal Alea lahir seharusnya saya sudah mulai pijat ya 🙁 . Tapi ya sudahlah, apapun itu disyukuri, akhirnya ASI saya lancar juga. Yaaay! Jadi, kalau dulu saya suka mengeluh kalau harus bangun malam dan harus sering menyusui Alea, kini berkebalikannya. Saat menyusui menjadi saat istimewa yang saya tunggu-tunggu. Alea bisa menyusu kapanpun dia mau tanpa saya harus makan dulu supaya ASI saya ada. Ya, itu karena ASI saya sekarang sudah jauh lebih lancar dibandingkan dengan sebelumnya :mrgreen:

Trus, kalau dulu saya bebas mau jalan ke mall manapun, sekarang jadi lebih selektif memilih mall yang akan kami kunjungi. Syarat mutlaknya yaitu, mallnya harus yang dilengkapi dengan ruang laktasi. Karena pernah suatu hari saya ‘terpaksa’ harus nge-mall bertiga (saya, suami, dan Alea) ke sebuah mall di bilangan Gatot Subroto yang sebenarnya saya tahu tidak ada ruang laktasinya. Lah, sudah tahu tidak dilengkapi dengan ruang laktasi kenapa maksa ke sana? Sebenarnya bukan rencana kami akan ke sana sih, tapi karena barang yang kami cari cuma ada di sana, jadi terpaksalah kami pergi ke mall tersebut dengan harapan sebelum Alea minta mimik kami sudah mendapatkan barangnya. Tapi apa daya, justru ketika kami baru saja akan memilih barang yang dimaksud, Alea sudah merengek minta disusui. Kelimpunganlah saya. Meskipun saya bawa nursing apron ke mana-mana tapi tetap saja rasanya kurang nyaman jika harus menyusui di ruang publik. Sementara kalau harus kembali ke parkiran dan menyusui di sana, Alea keburu tambah keras tangisnya 🙁 . Melihat saya dan suami yang sibuk menenangkan Alea sambil celingukan di mana saya bisa menyusui dengan tenang, ternyata Mbak Kasir di toko itu dengan ramah memberi saya bangku dan mempersilakan saya untuk menggunakan salah satu ruang ganti mereka untuk saya gunakan menyusui. Ah, how sweet you are, Mbak… Makasih, ya 🙂

Sejak saat itulah saya tidak mau coba-coba pergi bersama Alea ke mall yang tidak ada ruang laktasinya. Jadi memang saya browsing dulu mall mana saja yang ada ruang laktasi yang nyaman. Oh ya, soal ruang laktasi, dari beberapa mall yang pernah saya kunjungi sejak punya baby, sejauh ini Kota Kasablanka masih menjadi mall favorit karena selain dekat dengan tempat tinggal saya, mereka juga menyediakan ruang laktasi yang cukup besar dan luas. Terdiri dari tiga bilik yang masing-masing menyediakan sofa nyaman di dalamnya serta sederet wastafel dan meja lengkap dengan matras untuk mengganti pampers. Desain ruangannya pun dibuat ceria, terang, bersih, dan nyaman, membuat saya betah menyusui di sana. Belum lagi mbak-mbak penjaganya pun ramah-ramah 🙂

baby's room Kota Kasablanka

Pernah juga sih saya ke mall yang dilengkapi dengan ruang laktasi tapi tidak senyaman Kota Kasablanka. Lampunya sangat redup (malah saya pikir lampunya belum nyala), hanya tersedia 1 kursi (bukan sofa) dengan bilik berukuran sangat kecil, tidak dilengkapi dengan meja untuk menaruh tas/barang-barang bawaan. Ya, cuma ada ruangan yang hampir dikatakan gelap, dengan penutup kelambu, dan satu buah kursi untuk menyusui. Ada juga mall mentereng di Jln. Dr. Satrio yang juga dilengkapi dengan ruang laktasi; secara interior bagus dan sebenarnya cukup nyaman, tapi sayang udaranya pengap, dan sepertinya ruangan laktasi ini tidak banyak. Jadi, baru saja saya menyusui, eh pintunya sudah diketuk karena ada pengunjung lainnya yang juga membawa bayi dan akan menyusui. Sayang, ya? 😐

Faktor kenyamanan ibu saat menyusui sangat menentukan produksi ASI. Hormon Oksitosin yang merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi dan mendorong ASI sampai ke puting, dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi memang situasi dan kondisi hati ibu dan juga lokasi tempat menyusui itu sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Tapi sejauh ini sih saya berusaha mengendalikan pikiran dan hati saya supaya ASI tetap banyak.

Jadi sekarang yang terpenting sebelum memutuskan untuk jalan-jalan bukan lagi ke lokasi/mall yang sekadar untuk jalan/gaul, tapi… ada ruang laktasinya, nggak? :mrgreen:

Uhm, life changes, right? 😉

 

[devieriana]

 

Continue Reading

Welcome to the world, Alea!

sesi pemotretan sebelum pulang dari rumah sakit :D

“One of the greatest titles in the world is parent, and on of the biggest blessings in the world is to have parents to call mom and dad”
Jim De Mint

Senin pagi (14/7), saya masih beraktivitas seperti biasa, bangun dini hari, menyiapkan sahur untuk keluarga, hingga bersiap untuk berangkat ke kantor. Tapi entah kenapa ada yang tidak biasa dengan perut saya. Saya mengalami rasa mulas seperti mau menstruasi yang berlangsung secara terus menerus selama hampir seharian. Bahkan di taksi dalam perjalanan menuju ke kantor pun saya merasakan sakit yang luar biasa; saya sampai menangis menahan mulas (yang ternyata akhirnya saya tahu itu namanya kontraksi; maklum belum pernah merasakan yang namanya kontraksi itu seprti apa bentuknya 🙁 ). Tapi beruntung malam harinya rasa itu sempat hilang sehingga saya bisa tidur dengan sedikit lebih tenang.

Selasa dini hari (15/7), saya kembali merasakan kontraksi. Klai ini jauh lebih hebat dari pada hari sebelumnya. Saya berkali-kali istighfar menahan sakit sambil mencoba bangun dan mengambil wudhu. Tapi saya jadi panik sendiri karena saya ternyata saya bukan lagi mengalami flek, tapi sudah pendarahan. Segera saya membangunkan suami yang masih tertidur pulas. Dengan segera dia bangun dan memesan taksi untuk segera menuju ke UGD RSUD Pasar Rebo.

Rasanya saya sudah tak berdaya, antara menahan sakit dan panik. Bayi saya gerakannya aktif luar biasa. Entah apa yang dia rasakan di dalam perut saya. Saya hanya bisa pasrah, kalaupun memang harus terlahir saat itu ya sudahlah tak apa. Sebenarnya HPL (Hari Perkiraan Lahir) masih 1 Agustus 2014, ya itu ditepatkan 40 minggu. Kalau saat itu pun sebenarnya juga sudah boleh dilahirkan karena sudah masuk 37 minggu. Mengingat posisi bayi saya yang sungsang, dan posisi plasenta yang menutup total jalan lahir (placenta previa) jadi sebenarnya dokter pernah menawarkan opsi untuk melahirkan sebelum tanggal 1 Agustus 2014, tapi saya coba untuk tetap di HPL saja. Btw, saya pikir kalau placenta previa itu tidak akan mengalami kontraksi, ternyata sama seperti kehamilan normal, kontraksi juga; karena kontraksi adalah dorongan alamiah dari bayi di dalam perut.

Saya segera mendapat penanganan pertama di UGD; ditensi, diukur tinggi perut saya, diukur detak jantung bayi saya, dan terakhir dipasang kateter plus infus. Setelah menunggu selama sekian jam sejak pukul 03.45 wib akhirnya saya di-visit juga oleh dokter saya pukul 09.00 wib. Itu juga setelah kondisi saya dicek berkali-kali oleh perawat; beruntung kontraksi yang saya rasakan mulai banyak berkurang, jadi saya bisa sedikit beristirahat. Pukul 12.00 wib, saya di-USG untuk melihat kondisi bayi saya. Alhamdulillah dia baik-baik saja. Dokter mengusahakan untuk mempertahankan bayi saya sampai dirasa berat badannya cukup, minimal 3 kg, karena berat badan yang sekarang masih 2.8 kg. Padahal sebenarnya kalau pun mau dilahirkan hari ini juga tidak apa-apa sih, ya. Eh, itu kalau pendapat saya. Mungkin saja dokter punya alasan lain yang lebih secure daripada apa yang saya pikirkan. Dokter memberi waktu sampai dengan besok untuk melihat kondisi saya. Kalau memang seluruh kondisi saya dan baby bagus, saya boleh pulang. Untuk sementara saya ditempatkan di Ruang Observasi.

Rabu (16/7) sore, ada yang ‘aneh’ dengan perut saya. Seperti ada sesuatu yang mengalir begitu saja, di luar kendali saya. Setiap kali saya bergeser/bergerak sedikit saja cairan itu seolah keluar tanpa bisa saya kendalikan. Apakah itu ketuban? 😮 Suami saya yang posisinya tidak bisa menjaga saya di dalam ruangan karena memang bukan kamar yang bisa dibezuk, berkali-kali meminta perawat untuk mengecek kondisi saya. Hingga akhirnya salah satu perawat menyatakan ketuban saya sudah pecah, dan saya sudah pembukaan satu. Dengan segera, perawat menghubungi dokter kandungan saya, dan hasilnya operasi sesar aka dipercepat besok pagi (17/7), dan saya harus berpuasa sejak pukul 00.00 wib. Saya pun dipindahkan ke ruang yang lebih intensif penanganannya untuk persiapan operasi besok pagi.

Sepanjang malam saya tidak bisa tidur tenang. Berat rasanya tidak diperbolehkan mengelus perut saya untuk sekadar menenangkan diri dan bayi saya, karena dengan semakin sering disentuh bayi akan cenderung semakin aktif, sementara kondisi saya sedang tidak memungkinkan. Jangankan terkena gerakan bayi, saya bergerak sedikit saja ketuban sudah merembes ke mana-mana :(. Semalaman saya hanya bisa berdialog dengan bayi saya tanpa bersentuhan.

Kamis (17/7), pukul 08.00 wib saya sudah siap menuju ruang operasi. Suami dan ibu mertua menunggu saya di luar ruangan. Di selasar menuju ruang operasi ternyata sudah menunggu beberapa pasien yang juga menunggu antrean dioperasi. Setelah menunggu selama kurang lebih satu jam, akhirnya saya didorong menuju ruang operasi yang suhunya luar biasa dingin itu. Ada yang ‘unik’ di ruang operasi itu. Semua kru yang bertugas terlihat sangat santai (ya iyalah, kan memang sudah kerjaan mereka sehari-hari). Sambil menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk operasi, mereka asyik ngobrol tentang THR dan tunjangan-tunjangan lainnya :D. Tepat pukul 09.15 wib seluruh tim operasi yang dipimpin oleh dr. Ardian Suryo Anggoro, Sp.OG telah siap dan dengan mengucap bismillah saya memejamkan mata, berdoa semoga operasi berjalan lancar.

Efek bius lokal menyebabkan saya hanya bisa merasakan perut saya ‘digoyang-goyang’ (padahal aslinya sudah disayat-sayat, ya). Dan tahu-tahu…

“Ibu Devi Eriana Safira, selamat ya. Ini putri ibu. Perempuan ya, Bu. Tolong dilihat, semua normal, lengkap ya, Bu. Jari kakinya masing-masing 5. Dan…

“Subhanallah… Kamu cantik sekaliiii….”, komentar saya spontan demi melihat wajah putri saya dengan hidungnya yang mancung itu

“Bu Devi, tolong dilihat dulu, jari tangannya juga lengkap ya, Bu. Masing-masing 5. Berat badannya 2.820 kg, panjangnya 47 cm, lingkar kepala 34 cm…”

“Iya, Suster… :(” *menahan mewek*

“Sekarang boleh dicium deh… :)”

Ini aku waktu baru dilahirkan Mama :D
Ini aku waktu baru dilahirkan Mama 😀

Jujur, ada berjuta perasaan yang tak terkatakan. Air mata saya pecah tak terbendung. Mendadak saya menggigil dalam keharuan luar biasa melihat sesosok makhluk mungil yang helpless itu seolah tersenyum menatap saya dengan tatapan matanya yang bening. Berjuta kata syukur tak henti saya ucapkan dalam hati. Hari itu, saya resmi menyandang status seorang ibu. Sebuah status yang telah saya tunggu sekian lama. Seorang bayi yang selama kurang lebih 9 bulan di dalam perut saya, menemani aktivitas dan kesibukan saya sehari-hari, menemani di setiap ibadah malam saya; akhirnya lahir juga.

DSCN2234

Begitu banyak cerita dan keajaiban-keajaiban luar biasa yang saya lewati bersama si kecil dalam perut saya. Alhamdulillah semua proses berjalan lancar. Bahkan saya merasa segala proses di rumah sakit dimudahkan oleh Allah. Sampai dengan pencarian kamar pun dimudahkan. Di saat banyak pasien mengalami kesulitan mencari kamar karena semuanya penuh, saya tiba-tiba mendapatkan kamar kelas I karena bertepatan dengan pasien yang pulang. Pemulihan pascaoperasi pun juga alhamdulillah jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi yang pernah saya alami dulu. Dalam 3 hari saya sudah bisa jalan ke mana-mana, sudah bisa menggendong si kecil, dan hari Sabtu (19/7) saya sudah diperbolehkan pulang.

pemotretan by Popi p

Dear Alea, you are the most beautiful miracles in life. One of the greatest joy I can ever know. One of the reasons why there is a little extra sunshine, laughter and happiness in my world everyday…

Selamat datang malaikat cantikku, Audrey Frasya Aleshara. Semoga menjadi anak yang shalehah, berbakti kepada kedua orang tua, bertakwa kepada Allah SWT, berguna bagi nusa, bangsa, dan agamanya. Serta menjadi kebanggaan keluarga. Aamiin ya rabbal alamiin… 🙂

We love you, Alea…

[devieriana]

Continue Reading
1 4 5 6 7 8 14