Reuni Di Dalam Pesawat

Masih ingat dengan hadiah Citilink free unlimited ticket yang saya punyai itu, kan? Nah, kebetulan kemarin saya pakai untuk yang ke-2 kalinya PP Jakarta-Surabaya-Jakarta.

Seperti prosedur sebelumnya, saya mengambil tiket di Jalan Gunung Sahari, kantor Garuda Indonesia. Memang dulu staf mereka sempat salah paham tentang pengertian “unlimited ticket”, yang sempat diterjemahkan sebagai free one way ticket. Tapi syukurlah sekarang mereka sudah paham dan tidak terjadi kesalahpahaman lagi ketika saya mengambil tiket gratis.

Kali ini saya mengambil penerbangan kedua, yaitu pukul 07.20. Para penumpang dipersilakan masuk ke dalam pesawat 30 menit sebelum boarding. Di dalam pesawat –seperti biasa– kami disambut oleh pramugari-pramugari Citilink yang masih menggunakan seragam mereka yang lama mereka, yaitu polo shirt warna maroon, dipadu dengan  celana cargo warna khaky. Tampilan rambut mereka yang panjang rata-rata diikat ala pony tail.

Sampai ketika saya sudah duduk di seat saya, 24F, tiba-tiba saya dihampiri oleh salah satu pramugari berambut cepak. Aha! Dia adalah pramugari yang dulu sempat memeragakan desain saya sejak awal ketika masih berupa mock up design (presentasi awal) hingga final design saat Grand Final. Senangnya…, ternyata dia masih ingat saya. Mungkin kami memang “berjodoh” ya, karena kok ya kebetulan ketemu terus sejak awal, bahkan sampai di pesawat ini.

Pramugari: “hei, Mbak… :)”

Saya: “eh, haaai, kamu.. apa kabar?” *cupika-cupiki*

Pramugari: “baik, Mbak gimana?”

Saya: “aku alhamdulillah baik. Eh, kok kalian belum pakai seragam yang baru?”

Pramugari: “iya, belum… Nanti tunggu semua siap, kalo nggak Maret ya April tahun ini kok, Mbak. Kemarin sih sudah nemu sepatu sama tasnya juga…”

Saya: “oh, syukurlah… Pengen cepet lihat kalian pakai uniform baru :)”

Pramugari: “di advertisement Citilink sudah pakai seragam baru kok”

Saya: “iya, udah lihat juga sih. Bagus! :)”

Pramugari: “iya.. Eh, Mbak cuti atau libur nih?”

Saya: “ya cutilah… mana ada PNS libur hari Jumat begini.. :D”

Pramugari: “iya, aku tadi dari jauh udah lihat Mbak.. Kayanya Mbak ini pakai tiket yang gratisan itu… ”

Saya: “hahaha, iya… kan batasnya sampai dengan akhir bulan ini, jadinya kumaksimalkan… ;))”

Pramugari: “oh gitu… eh, Mbak, maaf, aku ijin ke belakang dulu ya, mau prepare sebelum boarding…”

Saya: “oh iya, monggo silakan.. :)”

Saya yang duduk di seat dekat jendela sesaat setelah pesawat lepas landas langsung terlelap karena tadi bangun jam 3 pagi dan langsung bersiap-siap menuju Bandara Soekarno Hatta.

sebelum penjurian

fashion show

Saya baru bangun ketika ada announcement dari pilot bahwa beberapa saat lagi pesawat akan segera mendarat di Bandara Internasional Juanda. Belum genap nyawa terkumpul, tiba-tiba mata saya tertumbuk pada segelas teh lengkap dengan sendok dan 3 sachet gula pasir yang tersaji di atas meja sebelah (kebetulan dua seat sebelah saya kosong). Hmm, ini punya siapa, ya? Buat saya? Kan saya nggak pesan teh…

Saya coba intip seat di depan saya. Mejanya tegak, tidak ada sajian dalam bentuk apapun disana. Saya lalu mengarahkan pandangan ke 3 seat seberang kiri, dan bangku belakang saya. Semuanya sama. Tidak ada satu pun yang memesan teh, atau diberi sajian teh. Hmmm, jadi serius ini buat saya? Tapi kenapa cuma saya? 😕

Sempat beberapa menit saya tidak berani menyentuh teh itu, karena memang merasa tidak pernah pesan sih, ya. Tapi, tunggu deh… Apa mungkin mbak pramugari yang tadi ya, yang sengaja meletakkan ini di meja dekat seat saya? Dengan setengah ragu, teh itu saya minum. Itu pun menjelang landing. Semoga memang ini adalah complimentary drink buat saya, ya. Kalau pun toh nanti bayar ya sudahlah, wong cuma teh ini ;))

Menjelang landing, tiba-tiba mbak pramugari itu melintas. “Eh, Mbak, aku tadi naruh teh di meja sini, udah diminum? Itu buat Mbak lho… :)”

See, benar kan dugaan saya. Terima kasih untuk tehnya ya, Mbak Tasya (?). Semoga saya nggak salah mengingat namamu ya, Mbak. Nice to see you again >:D<

Semoga kita bisa ketemu lagi di penerbangan-penerbangan berikutnya, ya :-h

 

[devieriana]

 

foto: dokumentasi pribadi

Continue Reading

The Final Result!

Sebelumnya maafkan saya yang hampir sebulan belum mengupdate blog. Kali ini bukan karena alasan malas ataupun sibuk, melainkan masalah teknis di blog. Jadi, berhubung blog saya yang di http://devieriana.com sedang mati suri jadilah saya posting di blog lama saya di http://devieriana.wordpress.com dulu. Mumpung ceritanya belum basi-basi banget jadi ya disempatkan share deh. Yang jelas saya ingin berbagi cerita tentang apa yang sudah saya lalui dalam sebulan ini 😀

Tentu teman-teman masih ingat dengan postingan One Step Closer menuju Grand Final Desain Seragam Pramugari Citilink yang lalu, kan? Nah, tanggal 7 November kemarin adalah acara puncaknya. Acara itu diadakan di Planet Hollywood dan dihadiri oleh para undangan, manajemen Garuda Indonesia, Citilink, awak media cetak dan elektronik.

Saya sengaja mengambil cuti, khusus untuk mempersiapkan acara itu, karena memang nggak mungkin kalau hanya izin masuk setengah hari atau baru join di acara pas sudah pulang kantor. Beberapa hari sebelumnya saya masih ribet dengan pembuatan storyboard bersama Gum. Ah, saya harus banyak berterima kasih pada Gum yang sudah bersedia meluangkan waktu seharian penuh bersama saya di Kopitiam Oey dekat rumah saya untuk menyelesaikan konsep storyboard yang sesuai dengan apa yang saya mau. Padahal awalnya masih bingung, storyboard ini mau dibikin kaya apa. Tapi last minutes akhirnya kepikiran juga konsepnya mau seperti apa. Makasih ya, Gum *hugs*. Kapan-kapan kita bikin storyboard lagi ya ;))

Acara Grand Finalnya sendiri berlangsung pukul 19.00, tapi pukul 9 pagi seluruh kru dan pendukung acara wajib hadir untuk persiapan dan General Repetition/Rehearsal (GR). Kami, para finalis, berkumpul pukul 11.00 untuk melakukan latihan tampil diatas panggung bersama para model dan pramugari. Baru kali ini saya merasakan tampil bersama model beneran diatas panggung. Dulu, saya hanya menangani persiapan di backstage, dan memastikan semua model tampil sesuai dengan konsep yang ingin ditampilkan.

Jangan tanya apa yang berkecamuk dalam pikiran saya hari itu, yang jelas semua sudah saya pasrahkan sama Yang Diatas untuk apapun hasilnya nanti. Karena sampai 4 besar saja buat saya sudah keajaiban banget, mengingat saya sama sekali belum pernah ikut lomba desain semacam ini. Kalau pun dulu pernah ikut hanya sampai tahap penyisihan saja, nggak sampai ke tahap perwujudan desain dalam bentuk mock up.

Sekitar pukul 15. 00 saya, Rico, dan Dinda, keluyuran di Plaza Semanggi untuk merapikan rambut dan lalu kembali ke lokasi untuk mengadakan persiapan lebih lanjut. Ternyata Tina sudah rapi dengan tampilan make up yang soft hasil karya Mbak Irey, salah satu anggota tim Fortune PR :D. Sementara Dinda yang gantian ditangani oleh Mbak Irey, saya memilih untuk merapikan make up saya sendiri, biar sama-sama selesai tepat waktu, gitu 😀

Sekitar pukul 16.00 Mbak Era Soekamto beserta tim datang membawa revisi mock up kami dalam keadaan sudah fix dan rapi terseterika lengkap dengan gantungan yang bertulis nama masing-masing pramugari/model yang akan membawakan rancangan kami.

Jujur saya gugup, dan nyali saya langsung ciut ketika melihat hasil revisi teman-teman finalis yang lain yang mendadak langsung jadi ok. Hingga akhirnya muncul kepasrahan dalam diri saya. Posisi apapun yang akan saya raih malam ini, akan saya terima dengan besar hati. Sama sekali nggak berani berharap apa-apa, karena sudah ciut nyali duluan 😀 Whatever will be, will be, deh…

Hingga akhirnya satu jam sebelum acara, dan dentuman musik itu dimulai, kami berempat pun mulai merapat ke tempat perhelatan acara. Kami berempat duduk di pojok, depan panggung, dekat dengan meja dewan juri. Acara di awali dengan pemutaran video profile para finalis. Gimana rasanya melihat wajah sendiri tampil di giant screen? Aneh dan malu ;)) Dilanjutkan dengan sambutan dari Mr. Con Corfiatis tentang acara ini. Makin deg-degan ketika kami berempat dipanggil untuk segera ke belakang panggung, menyiapkan diri untuk tampil bersama para model dan pramugari diatas panggung. Dari layar LCD di backstage kami melihat Bapak Elisa Lumbantoruan, Mbak Era Soekamto, dan Mr. Con Corfiatis dengan mengadakan sesi tanya jawab sekaligus press conference dengan awak media cetak dan elektronik yang hadir disana.

And, here we go! Satu persatu nama kami pun dipanggil. Diawali oleh penampilan Dinda Pertiwi bersama 3 modelnya, dilanjutkan dengan saya, Rico Tuerah, dan Nurlaela Tinambunan. Ini adalah untuk pertama kalinya saya tampil kembali diatas panggung selain untuk pementasan tari. Setelah fashion show, kami pun kembali duduk di tempat kami masing-masing untuk menyaksikan kembali acara selanjutnya, yaitu peragaan flight safety demo yang diperagakan oleh para pramugari Citilink dalam balutan busana yang kami rancang.

Acara selanjutnya adalah final meeting by judges, yang terdiri dari Mr. Con Corfiatis, Bapak Elisa Lumbantoruan, Mbak Era Soekamto, dan Mbak Flo dari Citilink. Saat itu saya sudah pasrah. Apapun hasil yang akan saya dapatkan di atas panggung nanti pasti itu yang terbaik yang berhak saya terima. FYI, desain yang masuk ke panitia sejak pendaftaran dibuka hingga pendaftaran ditutup adalah sebanyak 132 desain. Seperti Mbak Era bilang pada kami sesaat sebelum acara dimulai,

“kalian itu sebenernya sudah menang. Bayangkan dari 132 desain yang masuk, kalian mampu lolos hingga ke tahap 4 besar. That was so great! So, good luck for all of you! ;)”

Oh ya, malam itu pemenang favorit pilihan media jatuh pada Rico Tuerah yang kebetulan jumlah vote-nya sama persis dengan saya dan Tina. Namun berdasarkan tepuk tangan yang paling meriah akhirnya pilihan media jatuh pada Rico. Jiyeee, Rico.. menang deh! \:D/

Detik-detik yang menegangkan itu pun akhirnya tiba. Kami berempat kembali ke backstage untuk berkumpul dengan para model yang semua badannya sudah tertutup jubah hitam bertuliskan tanda tanya besar berwarna putih. Terkesan misterius, ya? 😀 Akhirnya kami berempat pun kembali diatas panggung untuk mulai deg-degan. Hyuk mari…

Saat juri mengumumkan juara ke-4 dan mulai berputar-putar mengelilingi kami, saya sudah GR bahwa mungkin sayalah yang akan menyandang sebagai gelar juara ke-4. Tahu nggak, rasanya deg-degan banget, jadi ikut merasakan, “oh, ternyata gini ya kalau pemilihan Puteri Indonesia, kan jurinya juga muter-muter” :)) . Ketika Mbak Flo membuka salah satu jubah model dan terdengar tepuk tangan riuh ternyata juara 4 jatuh pada desain Tina, dan Tina berhak atas hadiah plakat dan 3 free ticket kemana saja by Citilink berlaku selama 3 bulan. Selamat ya, Tina ;). Nah, tinggallah kami bertiga, saya, Dinda, dan Rico yang mules di atas panggung.

Untuk menentukan juara ke-3 Mbak Era Soekamto yang kali ini berputar-putar, menelusup, berjalan diantara kami bertiga. Dan akhirnya.. TARAAAA! Salah satu jubah model Rico ternyata yang dibuka, dan dengan demikian Juara ke-3 Lomba Desain Seragam Pramugari Citilink jatuh kepada Rico Lambert Tuerah, dan Rico berhak atas 3 free ticket selama 3 bulan. Waah, selamat ya, Rico! Am proud of you! 😀

Tinggallah saya dan Dinda yang diatas panggung beserta keenam model kami yang melanjutkan kemulesan. Yang berkenan membuka jubah salah satu model kami adalah Mr. Con Corfiatis dan Bapak Elisa Lumbantoruan. Jangan ditanya gimana dinginnya tangan saya diatas panggung. Diantara kilatan blitz yang menyambar kami berdua, saya yakin Dinda juga sama deg-degannya sama saya :-s. Siapa yang jubahnya dibuka terlebih dahulu, itulah yang juara pertama, dan desainnya berhak dipakai sebagai seragam baru pramugari Citilink.

Ternyata! Bapak Elisa Lumbantoruan membuka jubah salah satu model-nya Dinda, disusul oleh Mr. Con Corfiatis yang membuka salah satu jubah model saya, tepat saat confetti berhamburan diatas kepala kami. Yaay! Selamat buat Dinda yang karyanya sudah terpilih sebagai juara pertama Lomba Desain Seragam Pramugari Citilink dan berhak atas unlimited ticket selama 6 bulan. Ikut seneng! \:D/

Demikianlah akhir kisah perjalanan panjang dan penuh liku-liku itu. Halah ;)) Oh ya, ada yang unik disini. Susunan juaranya sama persis urutannya dengan ketika kita mengambil nomor urutan pas panjurian di Garuda kapan hari. Amazing, ya?

Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu hingga saya masuk ke dalam tahap ini. Terima kasih untuk Citilink, tim Fortune PR, dan juga Mbak Era Soekamto and crew yang memberikan kami kesempatan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang tak akan kami lupakan ini. Terima kasih juga untuk Goenrock, Cah Ndableg, dan Gum, yang sudah mau saya repotin bikin sample batik Megamendung dan storyboard *>:D<. Juga teman-teman kantor dan komunitas Bloggerngalam yang sudah memberikan dukungan penuh pada saya *ciumin satu-satu*. Tak lupa ucapan terima kasih terbesar untuk keluarga, dan seseorang yang tidak mau disebut namanya tapi sudah memberikan dukungan yang tak kalah luar biasanya 😉

You guys, thank you >:D< :-*

I love you all!

 

 

[devieriana]

Continue Reading

One Step Closer!

Hai, masih ingat dengan tulisan tentang perjuangan mengikuti lomba desain seragam pramugari Citilink beberapa waktu lalu? Ya, sekarang masih berlanjut, sodara-sodara. Nggak pernah terbayangkan sebelumnya kalau perjalanan yang harus saya ikuti bersama para finalis lainnya akan sepanjang dan seribet ini.

Berawal dari puluhan atau bahkan ratusan desain yang masuk ke panitia, terpilihlah beberapa desain sebagai semifinalis, dan akhirnya dikerucutkan menjadi 6 finalis yang dianggap berhak maju ke babak selanjutnya dan berkesempatan mengikuti serangkaian kegiatan baik mentoring, presentasi, sampai dengan melihat perwujudan desain kami dalam bentuk real di catwalk.

Dari serangkaian kegiatan yang diadakan oleh Fortune PR, ada sebuah sesi yang sangat berkesan, yaitu mentoring. Para finalis dibimbing langsung oleh seorang konsultan desainer yaitu Mbak Era Soekamto. Mbak Era ini adalah seorang fashion designer kenamaan Indonesia yang dikenal lewat label Urban Crew (rancangan yang bertema urban, rebellious, dan streetwear fashion) serta busana-busana ladies look berlabel Era Soekamto. Tidak pernah terbayangkan bahwa akhirnya saya akan bisa berinteraksi sedekat ini dan mendapatkan ilmu langsung dari pakarnya. Dulu, bertatap muka langsung dengan seorang Era Soekamto mungkin hanya sebatas mimpi di siang bolong, alias nggak mungkin aja, gitu. Tapi ternyata mimpi itu sekarang menjadi nyata \:D/

Pertemuan pertama saya dengan Mbak Era berlangsung pada hari Minggu, 16 Oktober 2011, di Starbuck PIM 1. Ya, hanya ada saya, Mbak Era, dan 2 rekan dari Fortune PR yang menemani sesi mentoring saya siang itu. Mengapa sesi mentoring saya kok seperti spesial sekali, privat dan di Starbuck pula? :D. Karena finalis lainnya baru akan menjalani mentoring hari Senin dan Selasa, tanggal 17 – 18 Oktober 2011 sementara di waktu yang sama, saya harus terbang ke Bali, ada tugas ke Istana Tampaksiring, sehingga sangat tidak memungkinkan jika harus mengikuti acara mentoring selama 2 hari itu. Beruntung rekan-rekan panitia sangat mengerti jadwal kegiatan saya, sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk mengikuti sesi mentoring yang sama dengan finalis lainnya.

Di pertemuan itulah mindset saya yang selama ini berjalan lempeng, “diobrak-abrik” oleh Mbak Era. Mata dan pikiran saya pelan-pelan dibuka untuk melihat lebih jauh tentang siapa saya, apa passion saya, bagaimana bekerja di dunia kreatif, bagaimana cara membuat sebuah desain yang everlasting dan tidak membosankan, apa dan siapakah pelaku perubahan dunia, bagaimana cara menggambar postur tubuh manusia,membuat mind mapping, storyboard, dll. Sungguh saya merasa sangat beruntung, karena tanpa perlu mengeluarkan biaya saya bisa mendapatkan ilmu sebanyak itu 😉

Jadwal yang diberikan panitia kepada kami memang sangat padat dan terkonsentrasi di Jakarta. Dalam perkembangannya, dari 6 finalis yang dinyatakan lolos, ternyata 2 finalis (dari Bali dan Surabaya) menyatakan mengundurkan diri, sehingga hanya tersisa 4 finalis saja (2 dari Bandung,  dan 2 dari Jakarta). Dalam waktu yang sangat singkat kami digembleng habis-habisan baik secara mindset dan arah desain yang harus kami buat. Yang paling berkesan adalah ketika kami nampak mulai jenuh dan gambar kami pun mulai sama antara desain yang satu dengan lainnya, kami harus terus menggambar, tangan nggak boleh berhenti, bahkan kami harus terus cari ide, browsing sana-sini. Ketika puluhan desain kami ajukan dan tidak ada satu pun yang di-confirmed, ya kami harus terus membuat sampai ada yang dinyatakan confirmed. Hwaa :((

Ternyata tidak mudah menggabungkan antara idealisme dan tuntutan perusahaan. Tidak semua ide ajaib bisa bisa diaplikasikan. Tidak semua yang kta anggap bagus itu sesuai dengan yang dimau perusahaan. Intinya, butuh banyak penyesuaian. Masing-masing dari kami diminta untuk membuat 3 desain seragam, terdiri dari terusan one piece, setelan two pieces, dan three pieces. Setelah puluhan desain yang kami buat ditolak mentah-mentah oleh Mbak Era, akhirnya 3 desain pun diterima untuk diwujudkan dalam bentuk mock up yang akan dipresentasikan secara langsung di depan dewan juri tanggal 28 Oktober 2011.

Nah, kalau di cerita sebelumnya saya begadang menunggu jahitan, kali ini saya begadang mempersiapkan konsep presentasi dalam bentuk power point, plus diskusi tentang storyboard dengan Cah Ndableg yang sudah baik banget mau saya repoti dengan rikues ini itu dan bawel-bawelnya saya. Makasih ya ^:)^. Begitu juga dengan Goenrock yang di hari sebelumnya saya kejar-kejar untuk menyelesaikan pola Batik Megamendung seperti yang saya mau. Bukan apa-apa, saya juga dikejar-kejar sama orang produksi :-s. Terima kasih ya, kalian sudah baik banget mau bantuin saya. Sayang deh sama kalian *group hugs* >:D<. Beruntung sudah tidak lagi mengurus mock up seperti beberapa waktu lalu, karena 15 mock up desain kami sudah dikerjakan oleh timnya Mbak Era. Pffiuh.. \:D/

Satu hal yang pasti adalah kami benar-benar stress menjelang presentasi, tidak ada satu pun dari kami (saya, Rico Lambert Tuerah, Dinda Pertiwi, dan Tinambunan Kalahari) yang berhasil tidur nyenyak. Ditengah emosi yang nggak jelas lantaran PMS, harus memaksakan otak untuk mengeluarkan ide sekreatif mungkin :-s. Jadi, jangankan tidur, untuk memejamkan mata sebentar saja rata-rata kami sudah tidak sempat. Saya sih sempat tidur, tapi itu sudah menjelang pukul 4 pagi. Si Hubby yang kebetulan belum pulang dari proyek sejak pagi karena menangani proyek kerjaan yang nyaris deadline, dini hari sekitar pukul 2 langsung meluncur untuk mengeprint storyboard yang ukuran A2 di kertas Albatros dan juga motif batik Megamendung dalam Korean Cloth di daerah Benhill. Koordinasi kami untuk soal print menge-print hanya via email, BBM dan telepon. Sangat digital sekali ya komunikasi kami, ya? ;)). Saya paksakan tidur karena paginya harus mengemsi di Upacara Hari Sumpah Pemuda. Jadi mau tidak mau ya harus menyimpan energi dan suara, karena kalau kurang istirahat suara saya mendadak parau 🙁

Pagi-pagi sekali saya berangkat ke kantor karena upcara berlangsung pukul 07.45, jadi setengah jam sebelumnya sudah harus berada di lokasi. Alhamdulillah semuanya lancar. Selepas upacara, langsung berganti kostum dan bergerak menuju Auditorium Garuda City Centre di Soekarno-Hatta, Cengkareng, tempat dimana penjurian akan berlangsung. Sudah, kalian jangan tanya apa yang saya rasa dan apa yang ada dalam pikiran saya waktu itu. Benar-benar blank page! Pasrah dengan apa yang akan terjadi ketika penjurian nanti. Whatever will be, will be, deh :-s

Ternyata acara yang rencananya berlangsung mulai pukul 9 pagi itu baru dimulai pada pukul 10, karena kostum yang akan dipresentasikan belum datang. Sebelum kostum datang sih kami berempat masih bisa hahahihi, nge-tweet, BBM-an, dan foto-foto, padahal sih aslinya tegang semua ;)). Tapi begitu kostum mulai berdatangan, wajah-wajah kami pun mulai berubah tegang, karena itu pertanda waktu presentasi hanya tinggal menghitung detiknya saja. Satu persatu para pramugari mulai berganti kostum dengan seragam desain kami. Saya, ketika melihat mereka menggunakan baju hasil desain saya, rasanya campur aduk. Terharu dan masih tidak percaya.

Setelah Con Korfiatis beserta para juri sudah lengkap, presentasi pun dimulai. Satu persatu dari kami mulai mempresentasikan karyanya, dimulai dari Dinda Pertiwi, saya, Rico Lambert Tuerah, dan ditutup oleh Tinambunan Kalahari. Jangan ditanya saya ngomong apa aja di depan sana, yang jelas alhamdulillah sesi itu sudah terlampaui dengan baik [-o, tinggal syuting testimoni dan profil finalis saja 😀

Con Korfiatis, penasihat direksi Garuda untuk pengembangan Citilink, seusai acara mengatakan:

“Saya kagum sekali dengan pencapaian dan kerja keras kalian. Jika dibandingkan dengan desain pertama kalian, perubahan konsep desain kalian sangat menakjubkan. Hanya dalam waktu yang singkat karya kalian bermetamorfosa. Tentu akan sulit bagi kami untuk menentukan siapa yang layak untuk menjadi pemenangnya. Terima kasih untuk semua usaha kalian. Proud of you!”

Ah, akhirnya hampir selesai juga serangkaian acara yang panjang ini. Beruntung teman-teman di kantor dan juga si Bapak yang memberikan semangat dan dukungan penuh kepada saya untuk mengikuti lomba ini, walau dengan konsekuensi saya harus sering meninggalkan kantor selama setengah hari atau seharian penuh selama mengikuti acara ini :-s

Tinggal satu tahap lagi yang harus kami jalani, yaitu Awarding Nite yang jika tidak ada perubahan akan diselenggarakan di Planet Hollywood tanggal 7 November 2011 nanti. Sebenarnya ini adalah acara untuk pers dan media. Menurut informasi yang saya dapat kemarin, akan ada sekitar 70-150 media cetak dan elektronik yang akan meliput acara ini. Selain itu jajaran direksi Garuda dan Citilink juga direncanakan akan hadir dalam acara tersebut. Pffiuh..  *ngelap keringat*

Berdoa untuk apapun yang terbaik, karena saya yakin semua sudah berusaha menampilkan yang terbaik untuk acara ini. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu dan memberi dukungan buat saya selama mengikuti kegiatan ini. Tanpa kalian saya mungkin tidak akan sampai ke tahap ini ^:)^. Love you, guys! >:D<

Wish me luck!

[devieriana]

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Kisah Dibalik Keisengan Itu

Sebelum saya cerita ini itu, mumpung masih bulan Syawal, izinkanlah saya mohon maaf lahir bathin buat semuanya, terutama karena saya sudah lama nggak posting tulisan apa-apa :(( *sungkem*. Bukan maksud hati tidak ingin posting tulisan apapun setelah sekian lama, namun karena kesibukan dan jaringan yang kurang bersahabat mengakibatkan sekian banyak cerita saya menjadi untold stories :(.

Nah, sekarang saya mau cerita tentang sebuah event besar yang diselenggarakan oleh  Citilink sejak bulan lalu sampai dengan bulan ini. Sebenarnya memang dari awal saya sudah mau ikut. Ya, kalau dibilang niat banget sih enggak juga, tapi saya mau ikut. Iseng-iseng berhadiahlah, pikir saya. Nah tapi, berhubung kesibukan dan beberapa acara yang hampir ada di setiap weekend, plus mood yang naik turun, akhirnya desain yang seharusnya segera dibuat dan segera di-submit kepada panitia pun terbengkalai. Kalau saja saya tidak memaksakan diri untuk membawa “peralatan perang” saya berupa krayon, pensil, penghapus, dan spidol ke kantor lalu menyelesaikannya disana, mungkin sampai akhir deadline desain itu tidak akan terwujud.

Menggambar di kantor itu tantangannya banyak. Ide belum pasti ada, dikerubuti teman-teman (berasa tontonan), kerjaan yang silih berganti datang menghampiri. Ya maklum, saya kan menggambarnya pas jam kerja :p. Setelah melalui perjuangan berat, desain baru selesai pukul 4 sore, tapi baru bisa saya submit ke wall Citilink sekitar pukul 9 malam. Biasalah, koneksi ajrut-ajrutan. Tapi syukurlah akhirnya bisa terkirim juga di wall fanpage Citilink di facebook.

Jujur saya sudah jarang buka facebook. Sesekali sih buka tapi parahnya saya sempat lupa kalau ikut lomba desain seragam itu. Makanya ketika masuk semifinal dan final kemarin saya justru tahunya dari teman, bukan hasil melihat sendiri. Tahu-tahu dikasih selamat aja.

Nah, sekarang saya mau cerita tantangan terbesarnya. Ketika saya diumumkan masuk final, waktu untuk mempersiapkan desain menjadi mock up (baju jadi) tinggal beberapa hari menjelang libur lebaran. Bisa dibayangkan dong betapa paniknya saya. Seperti sewajarnya lomba desain, peserta yang dinyatakan sebagai finalis ujung-ujungnya pasti akan diminta membuat mock up desain dan presentasi. Kebetulan saya kebagian tanggal 12 September 2011. Disitulah paniknya. Toko kain di  Tanah Abang sudah banyak yang tutup karena menjelang lebaran, dan warna kain yang ditentukan termasuk jarang ada di pasaran (saya mencari warna yang sesuai dengan permintaan Citilink yaitu Pantone 355C dan atau 360C). Demi mendapatkan warna yang sesuai, kemana-mana saya bawa 2 lembar Pantone warna itu untuk ditunjukkan ke setiap toko kain, supaya warna kain yang saya beli tidak terlalu lari dari yang sudah ditentukan. Benar-benar perjuangan yang melelahkan mencari warna yang sesuai untuk dua desain saya itu, selain juga harus mengejar waktu ke penjahit sebelum mereka mudik lebaran :((

Setelah tahapan yang menegangkan itu saya pikir saya sudah boleh bernafas lega. Iya dong, kan kain dan penjahit sudah dapat, tinggal menunggu hasil jadinya saja, kan? Oh jangan salah, ternyata “cobaan” tidak berhenti sampai disitu. Penjahit yang saya harapkan bisa menyelesaikan 2 desain saya maksimal tanggal 10 ternyata memberitahukan hal yang membuat saya kaget bukan kepalang. Tukang potong yang juga sekaligus tukang pola ternyata baru kembali dari Cilacap hari Sabtu tanggal 10 September. Itu artinya dia baru akan ada di Jakarta tanggal 11 September. Hanya selang sehari menjelang waktu presentasi saya. Belum lagi baca sms dia yang bilang begini : “bantu doa ya, Mbak. Semoga tukang cutting saya balik ke Jakarta tepat waktu”. Hwaa, makin paniklah saya..:((

Namun saya berusaha tenang, ketika hari Sabtu pagi, saya ditelepon Citilink.

Citilink : Halo, dengan Mbak Devi?

Saya : iya, saya sendiri. Dari mana?

Citilink : saya dari Citilink, Mbak. Mbak Devi sudah tahu kan kalau Mbak presentasi hari Senin tanggal 12 September 2011 pukul 09.00-10.00?

Saya : iya, Mbak.. Saya sudah terima emailnya kok..

Citilink : ok, Mbak.. Mbak Devi bisa hadir kan? Sudah siap dengan mock up desainnya kan?

Saya : insyaallah hadir, Mbak. Insyaallah siap..

Citilink : baik, sampai ketemu hari Senin jam 9 ya, Mbak..

Saya : iya, Mbak.. Makasih 🙂

Habis tutup telepon,barulah  rasa suntuk, bete, dan gelisah, campur aduk jadi satu. Kalau orang Jawa bilang “kemrungsung” alias galau. Hanya bisa pasrah dan berdoa semoga diberikan ketenangan, setidaknya hingga saya dipertemukan dengan penjahitnya besok. Jika memang ini adalah rezeki saya dan berkah, semoga dimudahkan dan dibukakan jalannya oleh Allah Swt. Sudah, itu saja doa saya. Terlalu berisiko memang. Suami sih pengennya saya ambil kain yang sudah ada di penjahit itu lalu kita keliling cari penjahit yang lain. Tapi entah kenapa, saya kurang setuju dengan ide itu, karena si Mbak penjahit menyanggupi dan bersedia lembur sampai jahitan selesai. Sampai salah satu sahabat yang saya curhati mengajak untuk shalat dhuha bareng, biar saya lebih tenang. Uniknya posisi saya di Mampang, dia di Cibubur :). Tapi terima kasih lho, saya jadi sedikit lebih tenang dibandingkan sebelumnya 🙂 >:D<

Hari Minggu, tanggal 11 September 2011, tepat pukul 9 saya akhirnya bertemu dengan bapak pembuat pola. Setelah berdiskusi dan menjelaskan maksud desain yang saya maksudkan akhirnya dia pun mulai mengerjakan desain saya yang ribet itu. Ya gimana nggak ribet, lha wong saya dengan tega menggabungkan dua model menjadi satu. Kulot sekaligus sackdress (rok terusan). Jadilah desain yang hybrid. Mumet, mumet deh yang bikin pola. Duh, maaf ya Pak, sudah merepotkan.. :-s. Penjahit saya pun menjanjikan kedua baju itu bisa selesai sekitar pukul 10 malam. Jadi yuk mari kita melekan..

Nah, sekitar pukul 9 malam terjadi sedikit kehebohan. Si Mbak penjahit mendadak sms dan bilang kalau kancing bungkus yang saya minta ternyata tidak ada, sudah dicari ke beberapa toko tidak ada yang ready stock. Makin paniklah saya, mau cari kemana saya malam-malam begitu, jam 9 lebih, plus hari Minggu pula :-s. Terus gimana caranya mengancingkan baju kalau kancingnya sendiri nggak ada? :((. Mau dikasih lem? Ditempel pakai double tape? Sepanjang jalan menuju tempat penjahit itu saya gelisah. Wajah si hubby sudah tidak terdeskripsikan, apalagi saya. Tak henti-henti berdoa semoga ada keajaiban yang terjadi pada saya. Sesampainya disana, alhamdulillah ternyata si Mbak penjahit menyimpan 1 gross kancing warna hijau sisa produksi, yang ketika saya pasangkan di baju saya itu warnanya pas sekali. Alhamdulillah.. *sujud syukur*

Sudah lega dong ya, kan sudah beres, tuh? Oh, siapa bilang? Ternyata setelah saya cek lagi ternyata kemeja hijau mudanya salah model. Oh, no.. :((. Itu artinya jahitan harus dibongkar, harus dibuat pola baru lagi, dan yang jelas itu sangat memakan tenaga dan waktu. Yang seharusnya pukul 22.00 seluruh jahitan sudah jadi, terpaksa molor hingga pukul 01.00 dini hari. Bayangkan, jam segitu saya masih berkutat dengan jahitan dan tukang jahit. Syukurlah, tepat pukul 01.00 seluruh jahitan selesai dalam keadaan sudah rapi terseterika dan dimasukkan dalam portable suit cover, dan saya tiba di rumah seperti habis pulang dugem dong, pukul 02.00 dini hari.. Pffiuh..

Singkat cerita, keesokan harinya, tepat pukul 09.00 saya presentasi di depan Con Korfiatis, beberapa flight attendant, dan beberapa orang dari management Citilink. Awalnya 2 baju itu hanya saya gantungkan sambil saya jelaskan desain saya. Tapi Si Con rupanya kurang puas, maka 2 flight attendant diminta untuk mencoba baju-baju saya. Sempat khawatir kurang pas di badan mereka. Tapi syukurlah, pas, ya walaupun tidak sengepas kalau pakai ukuran mereka sendiri ya. Alhamdulillah presentasi selama satu jam itu berjalan lancar, saya pun tak lagi nervous, karena mungkin saya bawa santai kaya orang lagi ngobrol atau ketika saya sedang ngemsi, kali ya. Kalau menang ya alhamdulillah, kalau kalah pun tak apa. Yang penting sudah berusaha, setidaknya saya sudah mencoba walaupun berangkat dari iseng. Oh ya, foto-foto peserta lainnya bisa dilihat di sini .

Nah, jika direnungkan, sepanjang perjalanan “keisengan” saya hingga menuju final ini (ternyata) saya sudah melakukan sebuah hal yang gambling sekali. Bayangkan, saya percaya bahwa desain saya itu akan beneran jadi, dan berani-beraninya saya menyatakan bahwa saya akan hadir dalam acara presentasi padahal yang di penjahit masih berupa lembaran kain 3 meteran. Lha kalau ternyata tukang cutting/jahitnya nggak jadi datang, jadi apa kain-kain saya itu? Taplak? Seprei? Gorden? :-s

Oh ya, masih ada satu acara lagi, sebagai acara puncaknya yaitu pengumuman yang dikemas dalam acara fashion show, seperti selazimnya launching seragam sebuah maskapai penerbangan. Kalau acaranya terbuka untuk umum, datang yuk! Kasih semangat buat saya gitu :). Untuk waktu dan tempatnya masih tentatif sih. Jujur, saya tidak berani berharap banyak dari hasil semua keisengan ini. Yang jelas, apapun hasilnya akan saya syukuri, kok 🙂

Do your best, and let God do the rest.. 😀

[devieriana]

dokumentasi pribadi

Continue Reading