“hwaaa, kok Bosku gantiii?” :((
“Lho, emang kenapa dengan calon bos barumu?”
“bosku orangnya nggak enak.. 🙁 “
“ya udah kalau nggak enak ya jangan dimakan, kasih ke kucing aja..:-“”
“:|”
Tanggal 17 Maret 2011 kemarin adalah tanggal yang sangat bersejarah bagi seluruh pejabat eselon 2, 3, dan 4 di lingkungan tempat saya bekerja. Karena di hari itu ada sejumlah 568 pejabat yang dilantik untuk menempati beberapa posisi baru. Dengan adanya pergantian (rotasi) ini otomatis menimbulkan kejutan-kejutan tersendiri bukan hanya bagi pejabat yang bersangkutan (yang baru tahu akan menduduki jabatan apa baru di hari pelantikan itu) tapi juga para anak buah dibawahnya. Ada yang tetap di posisi lamanya, tapi banyak juga yang mengalami rotasi, dan menempati posisi di biro yang baru.
Saya yang setelah pelantikan baru menyusul berangkat ke Bogor untuk bergabung bersama teman-teman di lokasi outbound setelah mengemsi di pelantikan “akbar” itu, langsung mendapatkan berondongan pertanyaan dari teman-teman, “Mbak, siapa atasanku yang baru?”. Lha ya mana saya hafal, kan ada 568 pejabat disana yang dilantik, dan yang mengalami rotasi juga banyak :(. Reaksi teman-teman yang mulai sibuk mencari tahu siapa calon atasan barunya sangat beragam. Bagi yang sudah menduga siapa calon atasan barunya kebanyakan sudah siap mental. Tapi bagi yang baru tahu siapa atasannya reaksi mereka ada yang suka cita, ada yang biasa saja, ada juga yang shock.
Uniknya ada salah satu teman yang ketika mengetahui siapa atasan barunya, matanya mendadak berkaca-kaca. Iseng saya tanya kenapa, jawabannya simple, “bakal atasanku itu orangnya agak nggak asik, Mbak..”. Saya sih sebenernya nggak mau berkomentar lagi, tapi saya penasaran ;))
“Emang kata siapa kalau calon atasan kamu nggak asik?”
“Ya ada yang bilanglah, Mbak.. :(“
“Atasan kamu yang sebelumnya emang orangnya asik?”
“Sebenernya ya nggak asik juga sih.. Tapi yang sekarang bakal lebih nggak asik lagi..”
“Lah, kalau sama-sama nggak asiknya, harusnya nggak ngaruh-ngaruh amat dong :D. Lagian kan kamu baru dengar “katanya”, belum menjalani sendiri. Siapa tahu akan ada keajaiban. Yang menurut orang lain beliau kurang asik, tapi ternyata buat kamu beliau asik-asik aja.. ;). Standar orang kan beda-beda, Dear.. “
“Iya, sih.. aku juga belum menjalani kerja sama dia. Ah, tapi aku paranoid deh, Mbak.. :(“
Iya, saya tahu, jadi pemimpin yang bisa memenuhi harapan semua orang itu memang tidak mudah. Apa yang kita sangka sudah sesuai (menurut kita) ternyata pada kenyataannya belum bisa memenuhi harapan bagi sebagian orang. Pemimpin kan juga manusia, jadi ya wajar kalau ada yang tidak sempurna.
Dulu, waktu pertama kali kerja, saya nggak langsung dapat atasan yang “asik” kok. Pengalaman kerja saya berasa kerja sama Voldemort :-ss. Kalau ada si boss, kami bisa seharian deg-degan, mode siaga penuh diaktifkan. Karena atasan saya termasuk tipe atasan yang moody dan high temper (mudah marah). Sebagai langkah antisipasi menghindari kena semprot dadakan, kami bersepakat untuk mengetahui mood apa yang sedang dialami si boss secara dini dengan melihat raut wajahnya ketika memasuki kantor. Kami mengodekan ekspresi wajah si boss dalam bentuk “cuaca”. Berhubung ruangan saya berhadapan langsung dengan ruangan pak boss maka kami bisa mengetahui secara live “cuaca” apa yang sedang berlangsung di hadapan kami. Kalau “cuaca cerah” berarti moodnya sedang bagus, nggak ada masalah, kita boleh sedikit tenang hati. Kalau “cuaca mendung”, artinya kita harus waspada karena itu bisa jadi akan hujan atau bahkan badai. Kalau “cuacanya badai dan petir menyambar-nyambar” itu artinya kita harus siaga satu, menyiapkan mental untuk menampung segenap kemarahan, menyiapkan jawaban untuk kasus yang mungkin akan dipermasalahkan. Jadi, selama kerja disana kita berasa kerja di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Lha ya gimana, wong isinya laporan perubahan cuaca melulu.. :|. Tapi positifnya adalah, selama berganti-ganti atasan, mental saya akhirnya jadi lebih siap karena sudah pernah merasakan bagaimana rasanya punya atasan yang “nggak asik” tadi. Untunglah setelah itu atasan-atasan saya asik-asik saja.
Kebalikan cerita diatas, saya juga pernah mendapatkan seorang atasan yang sangat enak diajak bekerjasama. Sangat humble, dan mau membaur bersama kami. Beliau tahu cara mendekati bawahannya, sering menyempatkan berdialog dengan kami secara personal, sekedar mampir di meja kami untuk menanyakan apa yang kami kerjakan, progress apa yang sudah kami dapat, berusaha mengenal kami secara pribadi, hafal seluruh nama-nama kami, dll. Hingga pada suatu hari, ketika kami mulai merasa nyaman dengan beliau yang baru kami kenal 4 bulan itu, secara mendadak beliau harus dipindahkan ke kantor pusat untuk menangani project baru lagi. Kami merasa sangat kehilangan seorang atasan yang kami anggap ideal walaupun kadang gayanya preman ;)). Tapi ternyata ada banyak hal baru yang lebih baik di kantor kami, ada path yang beliau bentukkan untuk kami teruskan perjalanannya. Ada kedekatan baru yang terjalin diantara para karyawan yang selama ini seolah individualis.
Seorang teman memberikan tips begini, “better love the job, not the boss!”. Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Karena mungkin maksudnya adalah untuk mengantisipasi timbulnya zona nyaman yang tercipta karena kepemimpinan seseorang sehingga kita tidak akan terlalu terpengaruh jika sewaktu-waktu si boss pergi meninggalkan kita untuk project lain dan lalu digantikan dengan atasan yang baru. Karena sesungguhnya posisi dan pekerjaan atasan itu bersifat dinamis. Dia harus siap ditempatkan dimana saja selagi perusahaan membutuhkan tenaga dan pikirannya.
Ah, ya.. setiap orang pasti punya gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, begitu pun dengan kita jika suatu ketika harus menjadi pemimpin. Sebagai bawahan kita tinggal belajar menyesuaikan diri, belajar menerima perubahan kebijakan dan gaya kepemimpinan yang beragam itu. Bagi para atasan semoga tidak segan untuk berbaur, belajar bersama, siap menerima masukan dari bawahan, dan tetap berusaha menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja. Yang penting adalah saling mengingatkan, terutama jika ada hal yang berjalan diluar koridor. Selebihnya biarkan semua berjalan secara natural.
Ah, ya.. semoga suasana kerja kita semakin menyenangkan dengan kehadiran atasan kita yang baru yah.. 😉
[devieriana]
8 Comments
boss will love you..if we love the job. ^_^
selama setahun lebih aku masuk ke dunia kerja, udah 2x ganti boss.
dan kedua orang yg pernah menjadi boss ku, Alhamdulillah adalah orang2 yg benar2 dikagumi oleh bawahannya karena caranya memimpin yg asik dan “bersahabat”.
duh, aku blm kepikiran gimana kalo nanti tiba-tiba dpt boss yg ga enak. 😐
tp untungnya di tempatku ga tiap bentar ganti atasan jg, sih. paling kalo pindah divisi doank.
Satuju …
Cintai jenis pekerjaannya … bukan atasannya …
Namun jujur saja …
Kita manusia biasa .., ada banyak hal-hal yang turut serta mendukung kondusif atau tidaknya lingkungan kerja … yang pada akhirnya berujung pada prestasi kerja …
dan salah dua hal tersebut dalah … rekan kerja yang asik … dan bos yang paten …
Salam saya Bu
gyahahaha..aku baru baca ini.
aku tauu siapa yg ngomong ituuu :))
Hihihi sebenernya si ganti bos jg gpp, yang penting kan kerjaan beres.. nah klo kerjaan beres tapi si bos masih ngelempar bantex ya gak tau deh.. itu mungkin yang bikin “gak asik” hehe 😀
Wah, bos-nya dipanggil Voldemort :). Kalau yang susah itu, sudah bos-nya ndak disuka, terus dikasih kerjaan yang ndak disuka, apes banget, ha ha… :D.
Aku bukan tipe penjilat atau orang yang suka deketin Boss, jadi siapapun bossnya kita harus melakukan pekerjaan kita dengan baik, bukan hanya agar diliat baik atau dianggap baik sama si boss.
Kalo di instansi saya, rotasi pimpinan sudah jadi makanan pokok.
Eh,gak cuma pimpinan malah hampir seluruh posisi kecuali pegawai non teknis.
Khusus untuk pimpinan tertinggi, biasanya dan memang selalu begitu. Pola pergantian nya adalah habis gelap terbitlah terang. Setelah galak datang yang penyyang. Ihihi
Sekarang sedang terang, cihuuuuy