Ujian Akhir Semester

Pernah ketawa sendiri sampai diliatin orang-orang se-busway? Belum? Lha, kenapa belum? Saya sudah dong! *bangga*. Bukan. Bukan karena saya telat minum obat trus tiba-tiba kambuh di bus, tapi ini akibat iseng baca bbm group yang sedang membahas hasil UAS anaknya temen (namanya Kaka), dan itu bikin saya nggak mampu menahan tawa. Asli absurd! =)) . Ya kalau di tempat yang nggak banyak orang sih saya bisa aja ngakak dengan gagah berani. Lha kalo di bus? Diantara orang-orang yang sedang bergelantungan dan duduk pura-pura tidur, trus tiba-tiba saya ketawa sendiri aja, gitu? Lha apa nggak akan menimbulkan berjuta tanda tanya, “Mbak, mentalnya sehat, Mbak?”

Cerita si Kaka ini mengingatkan saya ke zaman masih awal-awal sekolah di SD. Ah ya, kita pasti nggak langsung pinter, dong. Waktu kecil pasti pernah menjawab soal ujian dengan jawaban yang absurd. Ya namanya juga masih belajaran, menyerap beberapa ilmu sekaligus dengan kapasitas otak yang baru tumbuh pasti menghasilkan dispute disana-sinilah. Contohnya nggak usah jauh-jauh, saya dan Si Kaka ini.

Coba yah, apa reaksi kalian kalau baca screen capture ini?

Kalau saya, selain bertanya-tanya juga ngakak tertahan sampai perut kaku. What the… KIPLI? Siapakah gerangan Si Kipli ini kok sampai (berani-beraninya) jadi nabi dan rosul yang terakhir? Nama lengkapnya Julkipli? πŸ˜•

Usut punya usut, Si Ayah akhirnya cerita:

“iya, ternyata anakku diajari lagu nama-nama nabi sama guru ngajinya. Ada Adam, Idris,….. dst sampai Zulkifli. Jadi ajarannya baru nyampe Zulkifli, belum sampai Muhammad. Dan kok ya pas yang didenger cuma Kipli-nya aja..”

Saya langsung ngakak nggak berhenti-berhenti. MWAHAHAHAHA! =))

Tenang, itu baru soal pertama. Di soal berikutnya, jawaban Si Kaka juga nggak kalah lucunya. Kali ini soal PKn. “Upacara pembakaran mayat di Bali disebut …..” Kaka pun menjawab pertanyaan itu dengan polos: “obong-obong”. Ayahnya pun komentar sambil tergelak, “woogh, cah gemblung!” . Saya lagi-lagi tak bisa menahan tawa. Lha, emangnya sampah kok diobong?Β  Tapi bener sih, obong itu kan bakar, ya? Obong-obong berarti bakar-bakar. Masuk logika ;))

Jawaban soal berikutnya pun tak kalah menakjubkan. Kali ini pertanyaannya adalah “Pembangunan harus dilakukan oleh …..” Dijawab oleh Kaka dengan mantap: “Bapak’e Suli. Suli teman kampung Kaka. Bapak’e kerja buruh bangunan…”. Kali ini Ayahnya mengelus dada, “owalah, anakku, anakku…”

Mantab, Nak! Pakai penjelasan pula! Seharusnya soalnya lebih dilengkapi lagi, “Pembangunan Balai RW di sebelah rumah dilakukan oleh…” Nah itu baru bener, oleh Bapaknya Suli yang tukang bangunan tadi. Ketika dikonfirmasi oleh ayahnya, Si Kaka masih bersikeras kalau jawabannya benar, dan menjawab pertanyaan Ayahnya itu dengan lugas dalam bahasa Jawa:

“Lho, bener Yah… Bapak’e Suli iku suka mbangun rumah, tiap hari melakukan pembangunan… Bu Sulem iku ancene (emang) nggak ngerti…”

Ya Tuhaaaan, saya ngakak sesorean di dalam bis nggak berhenti-berhenti. Tiga jawaban Kaka itu sukses membuat perut saya kaku lantaran menahan tawa. Tapi tenang Ka, kamu nggak sendiri. Tante dulu waktu SD juga gitu, kok \m/

Waktu SD dulu ada soal ulangan Bahasa Indonesia, semacam soal cerita, gitu. Ceritanya tentang liburan di rumah Paman dan Bibi yang tinggal di desa. Paman dan Bibi punya peternakan kuda. Nah, ketika tiba pada pertanyaan berikut ini saya mendadak bingung. “Paman adalah suami …”. Saya jawab aja kuda. Asli saya nggak tahu silsilah suami isteri itu apa. Suami itu artinya apa, isteri itu artinya apa. Lagian ada ilustrasi gambar kuda yang sedang mengangkat kedua kaki depannya. Saya mikirnya suami isteri itu semacam istilah untuk binatang peliharaan, gitu. Gemblung, ya? X_X

Papa yang melihat hasil ulangan Bahasa Indonesia itu nggak mampu menahan tawa. Makanya kalau lihat ada kuda malah justru ngeledekin saya, “tuh, isterinya Paman lewat tuuuh…”Β  😐

Pun ketika menjawab pertanyaan apa nama baju tradisional Ujungpandang (sekarang Makassar), saya jawab baju goblok. Kan bodo(h) itu sama aja goblok. Haduuuh, nista sekali sih daya nalar saya waktu SD :((. Bodo dan bodoh itu beda jauh… *puk-puk diri sendiri*

Kalau diingat-ingat lagi, waktu kecil aja saya sudah absurd begitu, makanya pas sudah gede absurd-nya sudah level advance, tinggal nyari sertifikasi aja, nih ;))

Buat Kaka, kamu cerdas, Nak. Daya nalarmu jalan. Terus belajar ya, Sayang. Biar makin pinter :-*

Kalau kalian punya cerita apa tentang masa kecil kalian? Absurd jugakah? Monggo lho kalau mau di-share πŸ˜‰

 

 

[devieriana]

sumber gambar asli dariΒ Ayahnya Kaka πŸ˜€

Continue Reading