Tour de #KantorBaruKASKUS

 

Beberapa waktu yang lalu saya kebetulan diundang dalam acara pembukaan kantor barunya Kaskus. Rasa penasaran mendominasi kedatangan saya malam itu. Bagaimana tidak penasaran, karena katanya, kantor barunya Kaskus ini bakalan beda dengan tampilan kantor yang biasanya. Hmm, dalam bayangan saya mungkin kantornya nanti semacam ruangan luas tanpa sekat dan kubikel gitu, ya? Atau interior yang modern dengan sentuhan furniture yang futuristik mungkin?

Meskipun kantor baru Kaskus yang berlokasi di Menara Palma – Rasuna Said itu terbilang dekat dengan tempat tinggal saya, tapi tetap saja terasa jauh karena macet. Tapi syukurlah saya datang tidak terlalu terlambat. Bahkan di depan lift saya sempat bertemu dengan Mbak Ainun dan Mbak Rara Adam.

Begitu tiba di tempat acara kami disambut dengan mbak-mbak resepsionis yang sudah siap membagikan goodie bag. Sesudah mengisi buku tamu, kami lalu masuk ke ruangan yang berjuluk Green Room. Ruangan yang didesain dengan pencahayaan yang teduh, dengan sentuhan rumput dan pohon artifisial, disanalah kami (para undangan) disambut oleh manajemen Kaskus yang diwakili oleh Ghina Aliya

Selanjutnya adalah tour de office. Kami semua diajak untuk menelusuri satu persatu ruangan yang ada di kantor barunya Kaskus. Dari Green Room kami diajak melewati sebuah lorong yang lantai dan dinding kiri kanannya semua terbuat dari kayu. Dengan pencahayaan yang temaram mengingatkan saya pada jalanan tambang di bawah tanah. Di dinding sebelah kanan terpasang pigura-pigura yang berisi tulisan-tulisan/berita, dan juga foto-foto. Semacam hall of fame, gitu.

Ternyata lorong itu menghubungkan kami pada toilet yang didesain dengan unik. Dindingnya boleh kami coret-coret untuk menjejakkan nama, tanda tangan, dan akun socmed kami. Ketika menoleh ke arah kanan, terpasanglah sebuah WC duduk yang sengaja dipasang terbalik, sebagai tanda bahwa ini adalah kakus! Ya iyalah, masa ruang direksi kaya begini :mrgreen:. Uniknya, kalau tutup dudukan kloset itu dibuka, isinya adalah tempat scan sidik jari. Gokil abis, ya? 😀

spot unik di toilet kantor Kaskus

Kami lalu diajak mengunjungi sebuah ruangan luas mirip hall dengan daun-daun artifisial yang menjuntai di plafon. Sebutan bagi ruangan ini adalah Playground. Disana ada 4 divisi yang tergabung dalam satu ruangan tanpa sekat/kubikel. Ada bagian Creative, Design, Content, dan Strategist. Jangan salah, disana juga ada tempat bernama X-BOX yang bisa digunakan untuk melepas stress, main games, dan atau main musik. Asli, keren! Jadi pengen kerja disini.. *eh*. Oh ya, masih di hall yang sama, disana juga ada ruangan IT yang dilengkapi dengan scan sidik jari kalau mau masuk kesini.

Playground

Yang paling menarik bagi saya adalah ruang meeting yang ada di balik dinding. Mengingatkan saya pada scene adegan film-film sci-fi. Ketika pintu yang mirip dinding itu dibuka, didalamnya ada sederetan kursi-kursi kulit berwarna putih, dengan meja kaca, pencahayaan putih yang terang benderang, layar LCD, dan dinding yang semuanya dilapisi kaca. Jadi, nggak ada tuh yang namanya whiteboard. Yang mau meeting boleh corat-coret dan brainstorming di kaca itu.

Ruang Meeting Rahasia yang terselip di balik dinding

Berikutnya, kami diajak ke sebuah ruangan yang namanya Secret Chamber. Oh ya, sebelum ke Secret Chamber, kami diajak makan malam dulu di sebuah ruangan mirip ruang makan besar yang terdiri dari meja-meja dan bangku-bangku kayu. Yang terpenting adalah, it’s all free food here! Lumayan kan, kita nggak perlu keluar uang buat beli makan siang/makan malam. Selesai makan malam yang ditutup dengan desert berupa cendol hijau, barulah kami ke secret chamber. Disanalah sejarah Kaskus ditayangkan di sebuah giant screen. Tak kalah menariknya, selain ada games yang memperebutkan Ipad, disana kami dihibur oleh Soulvibe penampilan yang makin memeriahkan suasana malam itu. Sayangnya sih saya nggak dapet Ipad-nya.Ya udahlah nggak apa-apa, ntar beli sendiri. Jiaah, gaya! 😀

Secret Chamber yang gelap gulita

Soulvibe

Salah satu spot lucu lainnya yaitu booth foto. Disini kami boleh berfoto dengan gaya apa saja, yang nanti akan dicetak dan langsung dibagikan pada kami. Biasalah, kalau ada moment tapi nggak foto-foto kan rasanya kurang afdol ya. Apalagi di kantor sekeren ini. Wajib hukumnya! :p

booth foto Kaskus

Kalau kemarin saya kapan hari pernah nanya kantor impian dan kantor yang asik itu seperti apa dan rata-rata banyak yang menjawab seperti kantornya Google, Facebook, dll. Here we go, di Indonesia ternyata juga ada lho. Dan, kantor dengan desain unik ini sepertinya baru dimiliki oleh Kaskus, yang notabene adalah perusahaan asli Indonesia.

 

Well, akhirnya malam itu saya pulang dengan perasaan puas karena sudah diajak mengubek-ubek seluruh isi kantor keren itu. Ah, andai kantor saya yang tampilannya serius luar dalam itu tiba-tiba dirombak desain interiornya menjadi lebih hype dan modern, dengan fasilitas yang sama seperti kantornya Kaskus ini ya, pasti juga tak kalah kerennya, ya.. 😀 . Iya, tahu, nggak mungkin juga sih kayanya 😀

Nah, kalau desain kantor kalian seperti apa? 😉

 

 

[devieriana]

 

foto pribadi

Continue Reading

The Backup Plan

Malam minggu ini terpaksa saya harus menghabiskannya sendiri karena si hubby keluar kota sampai dengan hari Senin. Tadinya sih rencana mau jalan sendiri kemana gitu ya, tapi berhubung mendung & hawanya kok lebih enak buat dirumah jadi ya akhirnya dirumah aja.

Kebetulan beberapa hari yang lalu sengaja beli 3 dvd buat di tonton di akhir pekan jadilah saya tonton film itu sendiri. Oh ya, film yang saya tonton malam ini adalah The Back Up Plan yang dibintangi oleh Jennifer Lopez & Alex O’Loughlin. Film yang rilis sekitar bulan April ini bergenre komedi romantis, kesukaan saya ;). Sepanjang film ini saya ngikik-ngikik sendiri & komentar-komentar sendiri, ya karena saya emang nonton sendiri. Poor me huh, no? 😕 ;))

Cerita ini dibuka oleh Zoe (Jennifer Lopez) yang sedang berada di dokter untuk melakukan inseminasi buatan. What? Serius? Ya, dia memang sangat mendambakan hadirnya keturunan walaupun harus tanpa melalui hubungan pernikahan. Ternyata bukan hal yang mudah untuk mencari pria yang tepat untuk dinikahi sekalipun sudah mencoba berkali-kali. Di tengah keputusasaannya itulah  Zoe memutuskan untuk segera mencari cara lain atau dia tidak akan memiliki keturunan seperti yang dia inginkan.

Namun ironisnya ditengah program kehamilan buatan yang dia lalui itu dia bertemu dengan Stan (Alex O’Loughlin) saat berebut taksi, pria yang bisa jadi sudah ditunggunya selama ini. Dari sinilah cerita ini dibangun. Saat mereka mulai memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius, Zoe terjebak diantara rencana kehamilannya dan hubungan cinta yang dia cari selama ini. Apalagi ketika tes kehamilan menunjukkan dia positif hamil. Makin bingung antara bahagia & dilema untuk mengatakan ini pada Stan, kekasihnya.

Ketika Stan diberi tahu tentang kehamilan Zoe, tentu saja terkejut & sempat menuduh Zoe menipunya. Mereka sempat ragu antara meneruskan hubungan atau sampai disitu saja, alias putus. Namun toh akhirnya kebesaran hati Stan yang membuatnya mengerti bahwa bagaimanapun program kehamilan itu dilakukan tepat di hari pertemuan mereka & disaat yang tak pernah mereka rencanakan sebelumnya.

Banyak adegan lucu, absurd & bikin saya ketawa sendiri. Seperti misal adegan bulan-bulan pertama Zoe hamil & harus mengalami kesulitan ketika naik taksi. Adegan yang sukses bikin saya ngakak-ngakak sendiri. Lebay banget, sumpah :)). Atau adegan tengah malam saat Stan stress lalu ke dapur mau masak kaya orang lagi nggak sadar. Atau adegan water birth dengan berbagai ekspresi aktor-aktornya yang super kocak. Atau adegan pingsannya Stan ketika mengetahui bahwa bayi yang dikandung Zoe bukan hanya satu tapi kembar :)). Atau adegan Zoe mencari kembali gulingnya bulukan miliknya yang sudah dibuang Stan ke sampah yang menurut saya..aduh please deh ya, ngapain coba ibu hamil, malem-malem terjun ke bak sampah cuma buat nyari guling buluk? Udah gitu, pas hamil tua aja masih bisa jalan pakai high heels. Kalau saya yang hamil mah udah saya pensiunkan  dulu high heels-high heels saya. That’s so absurd! :)). Masih banyak adegan lucu lainnya yang lebay ala Hollywood =))

Yang membuat film ini layak ditonton selain pengemasan ceritanya yang ringan & lucu, adalah.. hey saya suka banget sama make up & dandanan rambut Jennifer Lopez yang dalam beberapa scene film ini rambutnya digelung asal-asalan itu. Oh ya satu lagi, badannya J-Lo bikin iri mampus (iyalah, J-Lo gitu lho), plus soundtrack filmnya yang bagus-bagus :

1. What is Love? – Jennifer Lopez

2. Say Hey (I Love You) – Michael Franti & Spearhead

3. Fallin’ for You – Colbie Caillat

4. Disco Lies – Moby

5. A Beautiful Day – India.Arie

6. Key to My Heart – Jessica Jarrell

7. Crabbuckit – k-os

8. Bottles – VV Brown

9. You, Me & The Bourgeoisie – The Submarines

10. Let’s Finish (Sinden Remix) – Kudu

11. Day Dream (Title theme from The Backup Plan) – Stephen Trask

12. She Drives Me Crazy – Raney Shockne f/ Barbara Perry

13. What a Wonderful World – Raney Shockne F/ Barbara Perry

Jadi buat yang belum nonton selamat menonton ya 🙂

[devieriana]

Continue Reading

Final Destination 4 : Death Trip

Akhirnya kesampaian juga nonton sub horor movie yang sebenarnya kategorinya bukan “aku banget”, Final Destination. Awalnya gara-gara pas nonton The Proposal kan salah satu trailer filmnya Final Destination ini. Dengan sok pengen nonton saya bilang ke suami, “wah gila keren, kayanya kita musti nonton nih film “. Suami cuma ngeliatin gak percaya, “yakin mo nonton film thriller kaya begitu? Bukannya kamu spesialis rom-com & drama?”. Saya (lagi-lagi) dengan sok yakin bilang, “yeee, masa musti lihat yang jenisnya begitu terus. Sekali-kali ganti kategori bolehlah. Kayanya spesial efeknya dahsyat tuh..”. Suami manggut-manggut sambil senyum-senyum gak yakin karena dia tahu saya orangnya ngerian & penakut, hihihihihi. “Ok, we’ll see then”, sahutnya.

Nah akhirnya, kesempatan itu ada. Selesai bukber kemarin langsung meluncur ke arah Plangi buat nonton Final Destinaation. Berhubung jam mainnya baru pukul 21.10 sedangkan kami beli tiketnya pukul 19.15 makanya kita thawaf dulu keliling Plangi sampai gempor baru nangkring di bioskop 😀 . Film ini dibuat dengan 2 versi, 3D & 2D. Tapi berhubung yang versi 3D nggak available di semua bioskop jadi ya sudah kita nonton yang versi 2D-nya di bioskop terdekat. Nggak masalah sih, yang penting kan menikmati filmnya. Bioskop lumayan rame (hyaiyalah, kalo sepi mah kuburan), maksud saya untuk pertunjukan ini hampir semua seat terisi penuh sampai bangku A. Utamanya sih datang berombongan karena habis bukber juga lanjut nonton. Kayanya sih gitu ya. Hmm, ternyata banyak juga yang suka nonton film thriller kaya begini ya (atau karena sayanya yang sengaja selalu menghindari nonton film serem macam ini ya?).

Film ini diawali dari arena balap mobil dimana 2 pasang remaja : Nick, Lori, Janet & Hunt berkumpul untuk menyaksikan balap mobil maut. Awalnya semua berjalan lancar sampai suatu waktu Nick merasakan aroma kematian di sekitar mereka. Selintas Nick diperlihatkan sebuah kejadian kecelakaan dahsyat yang akan merenggut nyawa semua orang di tempat itu. Antara percaya & tidak Nick menyampaikan firasat itu ke teman-temannya. Tentu saja tidak smeudah itu mereka percaya karena memang sebelumnya Nick tidak punya kemampuan melihat kejadian yang akan datang. Sampai ketika Nick bisa menebak semua kejadian satu persatu secara detail & menyarankan semua orang keluar dari area penonton karena akan ada kejadian kecelakaan dahsyat yang akan menimpa semua orang disitu diabaikan.. BOOM!! Semuanya terlambat.. semua penonton tewas dalam kecelakaan mobil balap yang jungkir balik saling bertabrakan & rubuhnya tribun penonton. Hanya orang-orang yang mau ikut bersama Nick keluar arena saja yang selamat.

Ternyata itu baru awal dari serentetan kejadian kematian yang akan terjadi. Sang kematian mengincar korbannya berdasarkan urutan tiket masuk & urutan tempat duduk. Susah payah Nick berusaha memperingatkan orang-orang terdekatnya untuk berhati-hati, namun semua tak mengindahkan peringatannya. Walapun orang-orang termasuk 2 sahabatnya yang lain menganggap Nick sudah mulai sinting & terlalu paranoid dengan kejadian yang belum tentu terjadi itu namun Nick & Lori keukeuh berusaha menghentikan rantai kematian dengan berusaha menyelamatkan nyawa orang-orang yang dianggap akan jadi sasaran berikutnya. Dalam penglihatannya, sepandai apapun mereka berusaha mencurangi maut cepat atau lambat semuanya akan terenggut satu persatu. Yang membedakan hanya waktu, kapan mereka akan mati. Itu saja.

Sepanjang film ketegangan sangat terasa, terutama buat saya (bisa ditebak kan? Yaah, you know me well-lah yaa.. 😉  ). Yang lain kayanya santai-santai aja nontonnya. Saya malah sibuk sendiri, yang nutupin matalah, jejeritan gak jelas, remas-remas tas, untung gak sampai salah pegang tangan mas-mas sebelah kanan saya *digampar pake gilesan* (mungkin dia juga ngebatin : d’ooh mbak satu ini ribut bener sih!”, hahaha..). Sampai pas lagi tegang-tegangnya nonton adegan berdarah-darah & gencet-gencetan, mendadak.. PET! Filmnya berhenti, layarnya gelap. Mati! Innalilahii.. Tepat pas lagi tegang-tegangnya.. Bagus kan? *gemes*. Langsung moment itu saya pakai buat napas (d’ooh.. kok kesannya selama pertunjukan saya nggak napas ya..). Untung semua penontonnya sopan & sabar menunggu sampai filmnya nyambung lagi. Woalah, masa iya tadi itu petugasnya lagi ganti CD atau dibalik dulu ganti side B? (Hwee.. emang lu pikir kaset lagu?  😀 ). Gak tahu juga kenapa saya lantas jadi parno setelah liat film ini ya. Pas pulang nonton trus liat orang bawa las benerin atap mall, parno (takut atap mallnya ambruk, atau alat lasnya jatuh). Liat pekerja ngebenerin tegel dengan kabel menjuntai sana-sini, parno (takut tiba-tiba nyetrum). Pokoknya jadi parno-parno bodoh & nggak jelas gitulah. Ya semoga hanya efek sementara setelah lihat film horor aja ya. Moga-moga sih gak keterusanlah :D. Maafin ya, noraak.. :mrgreen:

Ada beberapa pesan moral yang saya ambil dari film ini, menyadarkan kita bahwa kematian tidak datang tiba-tiba. Ada satu proses panjang menuju titik ini. Ada sebuah skenario hingga seorang manusia menemui ajalnya. Buat mereka yang religius, ini disebut takdir sementara yang lebih memilih jalan logika mungkin melihatnya sebagai sebuah proses alami. Ketika maut sudah diambang nyawa tak ada seorangpun yang bisa menyelamatkan diri. Selagi masih ada kesempatan, hidup, & umur kenapa tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya? Boleh dibilang Final Destination ini semacam film tentang safety. Artinya, sekecil apapun kecerobohan atau ketidakhati-hatian kita, bisa jadi akan membahayakan nyawa kita atau orang lain. Kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan hidup di dunia ini kan? So, be careful, gunakan waktu & kesempatan sebaik-baiknya guys 🙂

[devieriana]

Continue Reading

The Proposal – Here Comes The Bribe

Ahaa.. akhirnya semalam keturutan nonton film komedi romantis The Proposal. A good romantic comedy only has to tick two boxes : depict two people falling in love and be funny about it. Simple as that. Film genre komedi romantis yang bisa membuat saya terpingkal-pingkal sekaligus terharu sepanjang film ini diputar. Nangis lagi? ahahay, you know me well-lah 😉 . Kegiatan dadakan di akhir minggu yang sama sekali di luar rencana lantaran tujuan utama ke Plangi hanya buat buka puasa, akhirnya “tarawih” di mall juga. Begitu masuk 21 langsung “jatuh hati” sama posternya The Proposal dimana Sandra Bullock berlutut meminang Ryan Reynolds dengan sebuah cincin di kedua belah tangannya. Sandra Bullock,  tampak begitu prima di usianya yang ke 44 dengan stelan jas pas badan & rok pensil membalut tubuhnya yang sangat langsing. Siapa yang mengira kalau usianya sudah mendekati setengah abad kalau melihat begitu sempurnanya penampilan dia di film ini?

Sebenarnya ada banyak film yang mengambil tema tentang pernikahan pura pura ala Hollywood. Contohnya What Happen In Las Vegas dan While You Were Sleeping. Dan sekarang, The Proposal. Film ini diperankan oleh Sandra Bullock dan Ryan Reynolds. Digarap oleh sineas wanita bertangan dingin, Anne Fletcher dengan porsi drama komedi yang ringan. The Proposal mengisahkan kehidupan Margareth Tate (Sandra Bullock) , seorang executive editor in chief  sebuah perusahaan penerbitan buku – Colden Books. Seorang perempuan mandiri, cekatan sekaligus keras hati. Karena sikapnya yang suka semena-mena itu dia dibenci oleh hampir semua karyawan. Termasuk asistennya yang charming yaitu Andrew Paxton (Ryan Reynolds). Adegan awal di film ini sempat mengingatkan saya pada adegan awal The Devil Wears Prada : seorang asisten editor in chief  yang bangun kesiangan & harus berlari-lari ke sebuah kedai kopi untuk memesan kopi buat bossnya & dirinya sendiri.

Karena sesuatu hal, Margaret terancam dideportasi ke Canada karena masalah visa. Tentu saja itu membuat dia panik dan berusaha mencari jalan keluarnya. Di tengah-tengah kekalutannya ini mendadak dia menemukan ide untuk mendeklarasikan pertunangan (secara sepihak) dengan asisten pribadinya, Andrew, yang kebetulan seorang warga Amerika. Kaget? Jelas, karena masalahnya mereka ini tidak pernah saling cinta. Hubungan mereka hanya sebatas profesionalisme bos – asisten, tanpa melibatkan rasa samasekali. Tentu saja bukan hal mudah, utamanya bagi Andrew untuk langsung menyetujui “pertunangan” dadakan ini. Jikalau pun akhirnya Andrew setuju terlibat dalam sandiwara ini namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Margareth, termasuk salah stunya harus berlutut untuk melamarnya. Lantas apakah semudah itu mereka menikah? Tentu tidak, ditengah keraguan pihak dinas imigrasi yang sangat menyangsikan “cerita cinta” mereka berdua yang terkesan mendadak & pasti maksud tertentu mengingat masalah visa Margareth Tate yang bermasalah itu, mereka harus sibuk bersandiwara untuk meyakinkan semua orang bahwa, yes they’re really couple.

Cerita dibangun ketika keduanya harus pergi ke Sitka – Alaska untuk menemui kedua orangtua Andrew sekaligus merayakan ultah neneknya yang ke 90. Disini Margareth menemukan kenyataan bahwa keluarga Paxton adalah keluarga kaya dengan bisnis yang berderet-deret. Menarik, saat bagaimana Andrew & Margareth harus bersandiwara & menceritakan kisah cinta mereka di depan semua keluarga & tetangga. Ada banyak kejadian lucu sekaligus mengharukan yang berawal dari Alaska ini. Utamanya ketika mereka diminta harus menikah secepatnya oleh keluarga Andrew. Lantas akan semudah itukah mereka menjalankan pernikahan? Toh hanya sebatas “pernikahan berlatar belakang bisnis” ini (mereka sepakat akan bercerai beberapa tahun kemudian setelah masalah visa ini mereda). Dilematis. Satu sisi yang bertabrakan dengan sisi lainnya. Apalagi kalau bukan hati nurani. Margareth yang akhirnya menyadari bahwa dia sesungguhnya tidak bisa memaksakan kehendak semaunya ketika ketulusan keluarga Paxton begitu menyentuh hatinya.

Ah, saya selalu suka dengan gaya Sandra Bullock di tiap filmnya. Sekarang ditambah dengan kepiawaian Ryan Reynolds dalam memainkan mimik mukanya, makin tambah bikin klop akting mereka berdua. Soal perbedaan usia antara mereka yang cukup jauh (Bullock 44, Reynolds 33) sepertinya nggak ada masalah deh. Toh orang lebih melihat isi filmnya dibanding dengan kehidupan asli pemerannya bukan? Fletcher juga pandai dalam mengarahkan dan menempatkan humor-humor di saat dan posisi yang pas. Jika menonton film ini, maka dari menit-menit awal maka film ini telah mampu memberikan rasa humor yang baru, dengan suasana lingkungan kantor. Tak hanya itu, permasalahan yang menjadi inti dari film ini pun dibuat dengan cara menghibur sehingga dapat dikatakan kalau film ini tidak membosankan dari menit awal hingga menit terakhir. Alurnya sendiri sangat enak diikuti dan selalu bikin penasaran, meskipun ujung-ujungnya juga gitu karena memang sudah jadi pakemnya romantic-comedy. Singkat kata : nggak ada yang mengecewakan.

Pesan moral yang saya catat & agaknya ingin disampaikan di film ini adalah just be nice & respect to anyone, kita tidak pernah tahu kapan kita justru akan membutuhkan mereka. Cinta juga bisa muncul kapan saja, dimana saja & melalui jalan yang tak terduga.

[devieriana]

 

gambar dipinjam dari sini

Continue Reading

If Only It Were True

Semalam saya baru selesai membaca novelnya Marc Levy – If Only It Were True. Novel romantis yang didalamnya ternyata ada banyak sekali istilah kedokteran. Awalnya saya kira penulisnya pasti seorang dokter atau paramedis gitulah karena banyaknya penggunaan istilah-istilah kedokteran di novel itu. Knowledge tentang istilah-istilah yang sering digunakan oleh paramedis dan arsitek ditulis dengan begitu mengalir & lancar.

Setelah dibaca lebih lanjut.. oh ternyata si Marc Levy ini seorang arsitek, sodara-sodara. Eh, padahal biasanya penulis novel itu tulisannya nggak jauh-jauh dari profesinya. Itu bisaanya lhooo.. Tapi banyak juga kok penulis yang berusaha keluar dari comfort zone-nya, keluar dari rutinitas sehari-harinya. Berubah jadi sebuah karakter yang beda samasekali atau bahkan jauh dengan karakter aslinya. Hyaa.., kenapa jadi membahas si Marc Levy sih? Padahal saya mau bahas tentang isi bukunya lho.. 😀

Hmm.. coba ya bayangkan, jika sebuah tiba-tiba sebuah bank memberikan kalian uang sebesar $ 86.400 setiap hari. Catet ya.. setiap hari. Dan jumlah tersebut harus dihabiskan dalam satu hari. Setiap sore uang yang tersisa akan dihapuskan dari account jika kalian gagal untuk menggunakannya sepanjang hari. Apa yang akan kalian lakukan ? Tentunya kalian akan menggunakan uang tersebut setiap sen yang ada, bukan?

Selintas saya memang benar-benar membayangkan bahwa itu adalah real “uang”, $ 86.400. Waduh, buat apa aja ya nantinya? Kontan menari-nari di kepala saya rencana ini itu, beli ini itu, kasih si A, si B, si C, dan segudang rencana lainnya. Lah, kok jadi serius amat saya ngebayanginnya ya.. :mrgreen:  .Setelah bosen ngebayangin, lanjut baca lagi. Oalah, ternyata yang dimaksud  $ 86.400  itu adalah.. WAKTU.. Iya, Sang Waktu..
Lho, kok bisa?

Kita semua memiliki bank seperti itu, temans. Namanya WAKTU. Setiap pagi, kita diberikan waktu 86.400 detik. Setiap malam akan dicatat sebagai kehilangan jika kita gagal untuk menginvestasikan dengan tujuan baik. Jumlah tersebut tidak akan dipindah-bukukan untuk keesokan harinya, juga tidak dapat dilakukan penarikan lebih dari jumlah yang telah ditentukan. Setiap hari akan dibuka sebuah account baru untuk kita dan setiap malam account tersebut akan dihapuskan. Jika kita gagal untuk menggunakan simpanan pada hari itu, it means kita akan kehilangan. Hal ini tidak akan pernah kembali. Tidak akan pernah ada penarikan untuk hari esok. Kita harus hidup pada saat ini, untuk simpanan hari ini . Investasikan hal ini untuk memperoleh dari investasi tersebut kesehatan, kebahagiaan dan keberhasilan yang sepenuh-penuhnya …

Untuk menyadari nilai SATU TAHUN, tanyakan pada seorang pelajar yang gagal naik tingkat. Untuk menyadari nilai SATU BULAN, tanyakan pada seorang ibu yang melahirkan seorang bayi prematur. Untuk menyadari nilai SATU MINGGU, tanyakan pada editor dari majalah mingguan. Untuk menyadari nilai SATU JAM, tanyakan seorang kekasih yang menanti untuk bertemu. Untuk menyadari nilai SATU MENIT, tanyakan seorang yang ketinggalan kereta api.. Untuk menyadari nilai SATU DETIK, tanyakan pada seseorang yang baru saja terhindar dari kecelakan. Untuk menyadari nilai SEPERSERIBU DETIK, tanyakan pada seseorang yang baru saja memperoleh medali perak dalam Olimpiade..

So, tunggu apa lagi? Mulai hargai setiap waktu yang kita miliki. Dan hargailah waktu itu lebih baik lagi, karena kita juga membagikannya dengan seseorang yang khusus, cukup khusus untuk membuang waktu kita. Dan ingatlah bahwa waktu tidak akan menunggu seseorang pun.

Kemarin adalah sejarah …
Hari esok adalah sebuah misteri dan hari ini adalah suatu hadiah
Itulah yang disebut dengan berkat …
Waktu terus berjalan …
Jadi, lakukanlah yang terbaik untuk hari ini..

🙂

[devieriana]

sumber gambar dari sini

Continue Reading