Tanpa Senandika..

Hujan, sepi, senyap
Menggigil melawan rindu yang tak jua menepi
Aku tak pernah berlari meninggalkanmu !
Pun melangkah menjauhimu..

Aku, masih disini….
Mengurai lembar demi lembar hujan menjadi kenangan tentangmu
Menatap bulan merah jambu di atas langit Jakarta abu-abu
berharap ilham pada setiap bulir air yang jatuh
bergantung pada asa yang rapuh dan kenangan yang menjauh

Namun, tak sebaris senandika pun birama ku buat
Apalagi sebentuk sonata
tentang interlude rindu tanpa jeda
tentang serpihan janji-janji usang di waktu luang..

Ya, nyatanya aku tak pernah mampu memanah waktu
Ragaku terlalu penat hingga tak lagi sempat..
Melenyap hasrat bersama asa yang tak lagi pekat
membawa pergi jiwa yang lengas dalam kemarau kata yang meranggas

[devieriana]

Continue Reading

Serpihan Subuh..

Bergeming ditengah malam yang menua..
menyangga tubuh yang nyaris rubuh.
Sendiri mewarna jelaga langit menjadi pagi
Menyulam mimpi menjadi hari

Kemanakah dia?
Adakah dia mencariku di serpihan subuh
seperti biasa?

Diam diantara kepingan diksi yang terserak
Tersisa gumaman antara netra yang berpandangan
Dia tahu kemana harus mencariku..

Entahlah..
Masihkah dia disana?

Hanya jarum jam yang mendetak..
Mengiring nyanyian pagi untuk hati yang meranum..

[devieriana]

Continue Reading

Curhat Di 1/3 Malam

Duduk bersimpuh
menghambur ribuan keping doa
Dalam khusyuk, bisu dan hati yang bicara
sibuk melerai gundah & penat jiwa

Tak perlu memilih yang mana, Tuhan
karena toh semuanya sama..
Terserah saja mana yang ‘kan Kau kabulkan
karena ‘ku tengah berdoa..

Lihat, hanya ada aku di sepertiga malam-Mu, Tuhan
malam dimana seringkali kuistirahatkan raga & pikirku
raga ini sungguh lelah, Tuhan
pikir ini sangat penat..
sering ‘ku melupa ketika euphoria
hanya teringat ketika perih pula menyisa

Ah, malunya aku, Tuhan..
terlalu banyak meminta, seperti biasa
dan Kau yang telah terbiasa
melihatku sama seperti milyaran umat manusia-Mu..

Tuhan, aku tahu..
aku meminta terlalu banyak malam ini..
tapi tolong..

Jangan marah ya Tuhan..

[devieriana]

Continue Reading

Jiwa Yang Terabai

crossroad

 

Berdiri dia dalam diam
di sudut sebuah persimpangan..
Jalanan didepannya terpecah dalam satuan kilometer
yang panjang dan tak beraturan
Debu jalanan mengaburkannya
menjadi jalanan panjang tak berujung
dan kumparan yang terulur

Dimanakah sosok itu?
Meninggalkan sebuah hati yang bias dan tak jelas
Terabai bagai angin yang tak tergapai
Tercekik, mengejang..
Lalu melayang..

Akankah sosok itu akan hilang menembus labirin waktu yang berbeda?
Pelahan memasuki sekat ruang yang tak bisa dia ingat kalau dia pernah ada
Atau akankah hanya horizon sang waktu
yang mampu menjawab sebuah tanya?

 

 

 

 

gambar dipinjam dari

 

 

Continue Reading

Pada Secangkir Kopi

 

black coffee

 

Dititipkannya kisah penat & kuncupnya kelopak mata
pada kepulan uap & aroma secangkir kopi di pagi hari
nikmat diantara pekaknya belantara kota
disela deret huruf, angka, dering telepon & pendarnya kotak cahaya

 

Pada secangkir kopi & keping cakram James Morrison
ditautkannya kisah ketidakjemuan pada canda, tawa
ledakan amarah & kadang lelehan airmata
praktis disela semua tarian jemari diatas keyboard
saksi terbungkusnya sebuah kisah hidup & cinta

 

Pada secangkir kopi beserta ampasnya
dia bertutur  tentang sosok adam & hawa
yang kisahnya bak roman percintaan
antara jarum pendek dan jarum panjang
yang senantiasa bercinta tepat pada dentang pukul dua belas

 

Tentang rindu dendamnya pada bintang langit
yang nyaris tak terjamah
bahkan oleh tangan setan & malaikat sekalipun

 

Rindu yang sangat pekat itu..
.. kental bagai kopi tanpa gula ..
.. Pahit..
.. tapi penuh aroma ..

 

 

[devieriana]

 

gambar pinjam dari sini

 

Continue Reading