Era Baru Karnaval

Jaman kita masih sekolah di TK atau SD, bahkan SMP atau SMA, pasti masih mengalami yang namanya ikut baris-berbaris atau karnaval menyambut peringatan HUT RI ya. Biasanya akan disertai juga dengan kegiatan lomba-lomba di lingkungan sekitar rumah, sekolah, atau kantor orangtua. Lombanya pun tak jauh-jauh dari balap karung, panjat pinang, tarik tambang, memasukkan pensil dalam botol, atau lomba kelereng. Ya lomba-lomba lainnya yang berbeda pasti ada, tapi lomba-lomba wajib macam yang tadi pasti ada 😀

Jaman TK juga pasti masih lucu-lucu ya, jalan bareng-bareng sambil pakai baju daerah. Soal capek hampir tidak dirasakan (ada yang capek juga deng), karena berbaur dengan jalan-jalan. Kalau jaman SD levelnya sudah beda, yaitu baris-berbaris. Jaman saya dulu hampir pasti diikutkan lomba baris-berbaris. Posisinya kalau nggak anggota barisan ya komandan peleton ;)). Biar kecil-kecil gitu saya dulunya galak sih. Errr.. hubungannya? Nggak ada ;)). Ya lantaran ditunjuk sama pembina latihan buat jadi komandan peleton, jadi ya sudahlah nurut saja jadi komandan peleton. :D. Kalau SMA kan sudah ketahuan tuh berapa senti tinggi badan saya (baca : imut), jadi ya nggak diikutkan dalam acara PBB yang rata-rata tinggi badan pesertanya 160 cm ke atas. Lha saya, 160 cm ke bawah.. 😐

Kalau jaman dulu nih, sepertinya acara karnaval & parade tujuh belasan macam itu menjadi acara yang ditunggu-tunggu ya. Sebuah ajang tahunan yang melibatkan kreativitas rakyat & untuk menghibur rakyat. Tapi kalau sekarang kok sudah nggak ada ya karnaval baris berbaris kaya gitu? Iya lho, sejak saya di Surabaya & sekarang tinggal di Jakarta (apalagi), saya belum menemukan acara parade karnaval seperti jaman dulu. Apa mungkin karena eranya juga sudah berbeda ya? Atau alokasi dana untuk acara itu dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih meriah & jauh lebih menarik? Lagian kayanya bakal bosen juga kali ya kalau kita cuma melihat parade baris berbaris yang monoton, atau parade sepeda & mobil hias yang dibentuk jadi pesawat-pesawatan, tank-tank’an, kapal-kapalan, dan sejenisnya.

Tapi kapan hari di televisi saya masih lihat beberapa kegiatan semacam parade tapi event-nya memang tidak bersamaan dengan perayaan HUT RI, tapi mereka menyelenggarakan sendiri sebagai event tahunan daerah masing-masing. Sebut saja Tomohon Flower Festival yang mirip-mirip dengan event Tournament of Roses yang dulu juga sempat diikuti beberapa kali oleh Indonesia, tapi kali ini diselenggarakan di Tomohon. Atau event yang sempat digelar secara megah di Jember & diliput oleh berbagai media lokal maupun internasional, Jember Fashion Carnaval yang menjadi kegiatan unggulan kota Jember. Parade fashion yang unik ini sedikit banyak memang terinspirasi oleh Festival Mardi Gras di Rio de Janeiro (Brasil) dan Venesia (Italia). Pagelaran sejenis juga ada di Solo, yaitu Solo Batik Carnival, idenya juga sama, tapi dia lebih mengutamakan pemakaian batik sebagai bahan dasar pembuatan busana paradenya. Bisa dimaklumi karena Solo juga dikenal sebagai salah satu daerah produsen batik terkemuka di Indonesia.

Jenis-jenis parade sekarang memang tidak lagi dikhususkan sekedar karnaval baris-berbaris untuk merayakan peringatan tujuh belasan saja. Tapi justru dari situlah terlahir berbagai ide parade jalanan yang bukan saja menyajikan hiburan baru bagi masyarakat tapi juga promosi pariwisata & income bagi daerah penyelenggara. Hmm, kalau jaman kita sekarang saja paradenya sudah heboh begini, kira-kira kalau jaman anak cucu kita nanti paradenya akan seperti apa ya? 😕

[devieriana]

 

ilustrasi dari sini

Continue Reading