Untuk Bulat Duniamu..

world in hand

Kau bilang duniamu itu bulat, persis seperti bola yang mudah menggelinding kesana kemari. Aku bilang duniaku bentuknya kotak persis seperti kubus yang hanya bisa diam di tempat mana dia diletakkan & hanya akan berpindah ketika ada yang memindahkan. Kau menertawakanku terbahak-bahak, “hei, mana mungkin dunia itu kubus!”. Tapi coba kau lihat, duniaku memang kubus. Lagi-lagi kau tertawa, bahkan kali ini jauh lebih keras.

Aku termenung gusar… Kami sama-sama punya dunia. Tapi mengapa dunia kami bentuknya berbeda? Seringkali kami berbeda kata menyikapi hal-hal yang terjadi di dunia kami. Ah ya, baiklah… mungkin karena aku belum sempat mengasah sudut-sudut duniaku hingga nantinya tampak bulat seperti duniamu ya?

Aku pun mulai sibuk mengikir sudut-sudut duniaku. Kau diam terpaku sembari sesekali mengernyitkan dahimu. Kenapa? Heran? Aku melakukan ini untukmu.  Ya, lihatlah, setidaknya aku mencoba membulatkan duniaku hingga mirip duniamu supaya kita punya dunia yang sama, dan aku tak salah lagi mengartikan cerita tentang duniamu.

Kupinta kau untuk melihat sejenak dunia yang ada di tanganku menggunakan kacamataku. Bagaimana? Sudah cukup bulatkah? Kau mengerinyitkan dahi dan berseru, “ini belum bulat!” Aku menghela nafas.

Aku lelah, aku tidak punya ribuan pangkat kesabaran seperti yang kau mau. Tak tahukah kau, sebenarnya yang kupinta hanya satu…

Sebuah pengertian…

* sebuah refleksi perenungan dari curhat seorang teman *

[devieriana]

gambar pinjam dari sini

Continue Reading

Perempuan Merah Jambu & Lelaki Panah Angin..

pink

Pada rembulan pucat & malam penuh jelaga perempuan merah jambu itu berkisah. Tentang segala balutan rasa manis, pahit, & getir  itu. Suka cita, rindu, resah, kecewa & bekas luka berdarah itu. Bergeming diantara tamparan hujan & ledakan petir yang sahut menyahut riuh terdengar jutaan kilometer diatas kepalanya. Padanya dia bercerita, tentang lelaki panah angin yang datang dari sebuah ruang & masa negeri antah berantah ribuan mil jauhnya. Lelaki yang tawa dan kerjap matanya menyimpan cinta..

Dia, lelaki yang derai tawanya masih terdengar radius puluhan kilometer diujung sana, wangi tubuhnya masih melekat samar-samar, yang belaian & pagutan-pagutan lembutnya masih membekas di ingatan. Sesekali perempuan itu memejam, mengingat & tergugu saat tanpa sengaja selarik deretan puisi berbaris, menari jumpalitan & seketika itu pula denting-denting dawai terdengar, memaksanya pulang ke rentang waktu puluhan purnama silam.. Saat sang lelaki panah angin menawarkan sebentuk hati yang telanjang..

Bergumam rembulan pucat pada perempuan merah jambu. “Segera cari, dan temukanlah dia.. Agar laramu tak berkarat..”. Perempuan merah jambu mendongak ke arah ribuan gugusan mata langit.. “Aku sudah menemukannya.. Dia tak kemana, tak disini, juga disana”, tunjuk perempuan merah jambu pada kerlip bintang yang paling terang. “Tapi dia ada disini..”, tunjuk perempuan itu pada sebuah hati yang meleleh berlumuran cinta..

Malam tua masih enggan bangun dari selimut awan gelap. Ditinggalnya kesadaran & jaga malam itu, meninggalkan perempuan merah jambu lelap bersama mimpi & angannya bersama..
Lelaki panah angin..

 

[devieriana]

gambar dari sini

Continue Reading

Bulan Yang Terluka ..

Malam itu bulan pucat kembali terluka. Tusukan-tusukan pedang  sang ilalang muda menginfeksi luka lama sang bulan pucat. Luka yang belum mengering itu kembali berdarah & bernanah. Perih itu, nyeri itu, ngilu itu, tiba-tiba menyerang & kembali meradang. Hujan badai menerpa liar padang rumput itu. Sang ilalang muda tertawa angkuh memegang pedang yang ujungnya berlumur darah.

Sang bulan pucat berteriak, mengaduh, menangis menahan ngilu. “Kau tak tahu maksudku, ilalang muda!”, teriaknya parau disela gemuruh hujan. Lukanya berdarah, makin terasa pedih luka yang menganga itu. Teriakan minta pertolongannya tak mampu mengalahkan gemuruh petir yang bersahut-sahutan. Kilat yang menyambar-nyambar & angin topan badai itu..

Sampai akhirnya badai menghempas sang bulan pucat luruh, teronggok kuyu menancap di karang yang terjal..

Sang ilalang melangkah menghampiri bulan yang terkoyak. Matanya hanya menatap hampa pura-pura kasihan.. “Itulah bayaran untuk kebebasan yang kuminta, Bulan.. “, serunya sambil menghamburkan pasir ke wajah sang bulan yang pucat, pias, tak bernafas..

Mati bersama tawa angkuh sang ilalang muda & auman serigala…

[devieriana]

Continue Reading

Lelaki Sayap Jingga

angel

Perempuan bersayap pelangi terpekur di sudut malam bersama pendar cahaya keperakan. Jemarinya ngilu, bibirnya bisu, wajahnya layu. Menunggu lelaki bersayap jingga pulang membawa jutaan kilowatt rindu & kerjap mata yang menyimpan cinta..

Melihat lelaki sayap jingga itu begitu jauh, berdiri tegak pada sebuah pulau kecil. Butuh sebuah perahu untuk mencapainya, butuh ribuan kayuh untuk menjumpanya, butuh ribuan kepak sayap untuk memeluknya. Sayang sayap kecilnya sedang patah, terbebat perban dedaunan kering. Hanya sepenggal harapan akan perjumpaan, di sebuah tempat, pada suatu waktu. Di sebuah ruang & hati dimana dia bisa menikmati mahligai rembulan lelaki bersayap jingga yang cahayanya memancar lembut melerai gundah jiwa..

Perempuan bersayap pelangi itu akhirnya lelap diujung malam. Terkulai tak berdaya, letih ditemani pendar cahaya keperakan & rembulan yang berjelaga..

—————————–

* Lagi pengen belajar nulis beginian.. Kalau jelek maklumin yah.. Namanya juga belajaran  😀

[devieriana]

gambar dari sini

Continue Reading