Dongeng, kemewahan masa kecil

Surat untuk Takita @IDcerita 🙂

Dear Takita,

Apa kabar, Sayang? Maafkan Kak Devi yang baru bisa menulis surat balasan buat kamu, ya. Tapi Kak Devi senang sekali mendapat undangan untuk menulis surat buat kamu.

Jauh sebelum Takita lahir, dongeng sudah menjadi salah satu hal yang akrab di masa kecil kakak dan kedua adik kakak. Bukan hanya dongeng yang diceritakan secara langsung oleh Papa, tapi juga melalui buku-buku dongeng untuk anak yang dibelikan oleh papa dan mama Kak Devi secara berkala. Ada buku dongeng cerita nusantara sampai dongeng anak sedunia. Mulai buku dongeng yang banyak tulisannya sampai yang banyak gambarnya. Bukan itu saja, papa/mama juga sering membelikan kaset Sanggar Cerita yang secara rutin akan diputar setiap hari Minggu pagi untuk membangunkan kami. Unik ya cara membangunkannya? ;))

Ada satu kebiasaan yang selalu papa lakukan sebelum kami berangkat tidur. Papa selalu menyempatkan diri untuk mendongeng. Padahal kakak tahu Papa juga pasti capek habis kerja seharian, bahkan kalau sudah capek banget kakak sering melihat papa ketiduran di kursi :(. Kasian sih, suka nggak tega kalau mau minta didongengi :(. Tapi ketika melihat semua usaha papa yang sedemikian rupa itu, akhirnya kakak sekarang mengerti bahwa mungkin itulah salah satu bentuk kasih sayang orang tua ke anaknya. Secapek apapun mereka, demi membahagiakan anaknya, mereka rela melakukan apapun :-s

Dongeng yang diceritakan pun bermacam-macam. Biasanya sih Papa baca dulu cerita yang mau diceritakan, tapi tak jarang juga mengarang indah ;)). Bahkan mengarangnya pun kadang terlalu kreatif. Uniknya, kalau sudah terlalu kreatif dan muncul pertanyaan-pertanyaan aneh dari kakak, pasti ending-nya menggantung. Dan kalau sudah menggantung itu artinya Papa kehabisan ide. Kalau sudah kehabisan ide biasanya muncul kata-kata begini, “ya udah kamu bobo dulu, lanjutannya besok, ya.” Lah, berasa nonton sinetron stripping, ya? ;))

Bukan hanya orangtua Kak Devi saja yang suka mendongeng, guru agama di SD kakak dulu juga sangat suka mendongeng. Sosok yang ramah, humoris, dan agamis itu menjadikan beliau sosok idola yang dekat dengan anak-anak namun juga disegani. Jam pelajaran beliau selalu menjadi jam pelajaran terfavorit, karena bukan hanya materi belajar mengajar saja yang akan kami dapatkan, tapi juga bonus dongeng mendidik sekaligus menghibur.

Entah ada hubungannya atau tidak, karena kesukaan kakak pada cerita/dongeng, membuat kakak berimajinasi ingin menulis cerita sendiri. Apalagi dulu papa/mama cuma membelikan buku dongeng sebulan sekali atau maksimal dua kali. Itu pun dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah habis kakak baca. Itulah kenapa Kakak akhirnya ingin membuat cerita sendiri, salah satunya supaya imajinasi kakak tersalurkan. Kakak tulis saja cerita di dalam buku tulis bergaris (biar tulisannya lurus, kalau nggak ada garisnya tulisan kakak suka naik-naik ke puncak gunung).

Cerita yang kakak tulis jenisnya bermacam-macam, ada yang cerita biasa, tapi ada juga yang jenisnya legenda. Kalau diingat-ingat aneh juga ya, masa legenda kok diciptakan sama anak usia 6 tahun? ;)). Masih ingat salah satu judul buku ciptaan kakak judulnya “Legenda Danau Semendung Rampang”, bhihihik ;)). Ceritanya tentang seorang anak yang dikutuk orangtuanya menjadi penghuni danau karena dia nggak nurut sama orangtuanya. Nggg… ya baiklah, nggak perlu dibahas 😐

Biasanya kalau sudah jadi buku, kakak suka minta teman-teman kakak untuk membaca. Komentarnya ada yang bilang bagus, ada yang bilang aneh, ada juga yang nggak komentar aoa-apa. Mungkin karena saking ajaibnya cerita kakak, ya? ;)). Tapi justru dari situlah kakak belajar yang namanya apresiasi.

Makin kesini kakak merasakan ternyata ada banyak sekali manfaat dongeng. Apalagi setelah kakak ikut langsung dalam kegiatan @IDceritaJKT. Dongeng bukan hanya bertujuan untuk menghibur dan menjadi media pengantar tidur bagi anak semata. Tapi lebih dari itu, dongeng bermanfaat untuk mengasah imajinasi dan daya pikir anak, sentuhan paling manusiawi untuk menjalin komunikasi dan kedekatan emosional antara anak dan orang tua. Dan satu lagi dalam dongeng bisa diselipkan pesan moral dan etika tanpa anak merasa digurui.

Tapi terlepas dari itu semua, menurut kakak, peran serta orang tua dalam memilah materi dongeng juga sangat disarankan, lho. Karena tidak semua dongeng itu memiliki muatan cerita dan moral yang bagus.

Takita sayang, cukup sekian kisah kakak hari ini. Semoga nggak bosen bacanya, ya ;).

Teruntuk para ayah dan bunda, pertanyaan sederhana saja, sudahkah mendongeng untuk si kecil hari ini? 😉

[devieriana]

ilustrasi Takita diambil dari

Continue Reading

Dongeng Kebun Nutrisi

Hari Sabtu, 28 Januari 2012, pukul 15.00-16.00 kemarin Tim Indonesia Bercerita Jakarta kembali tampil menghibur anak-anak. Kali ini @IDceritaJKT  bersama Sari Husada tampil mendongeng dalam Dongeng Kampung Gizi: Dongeng Kebun Nutrisi – Kidfest & Edufair 2012 di panggung utama Istora Senayan. Yaaay! \m/ \:D/

Seperti biasa, beberapa minggu sebelum tampil kami sudah berdiskusi dengan anggota lainnya via milis. Kami memang lebih banyak berkoordinasi secara online ketimbang offline demi efektifitas waktu dan tenaga, karena hampir semua anggota @IDceritaJKT adalah pekerja yang tidak bisa sering-sering ketemu kalau tidak sedang ada event, karena lokasi kerja kami terpencar jauh-jauh. Setelah berdiskusi sana-sini akhirnya saya, Dauz, Dana, dan Rika memutuskan untuk ketemu dulu dengan teman-teman dari Lotus PR yang merupakan EO dari Sari Husada yaitu Mbak Zadana dan Mas Bagus di Plaza Semanggi sepulang kami dari kantor.

Setelah acara meeting malam itu menghasilkan materi berupa PR untuk kami. Pihak klien menginginkan kami  meng-create sebuah pertunjukan dongeng yang ceritanya merupakan penggabungan ide antara nutrisi, gizi dan juga berkebun. Hmm, sepertinya harus menulis dongeng baru nih, karena stok dongeng yang sudah ada kebetulan belum ada yang memenuhi tema itu 😕

Setelah berjibaku, gedebugan sana-sini, akhirnya lahirlah sebuah dongeng yang berjudul Nubi dan Rakuza yang naskah aslinya ditulis oleh Kak Rudi Cahyo, dan dikembangkan oleh Tim @IDceritaJKT .  Setelah itu gimana? Sudah selesai? Satu setengah minggu menjelang pertunjukan dan kami belum siap dengan pemain… Baguus! Bukan karena nggak ada yang mau, tapi memang personil inti (yang sudah biasa manggung bersama) memang kurang karena banyak yang tidak bisa tampil di hari yang sama, ditawarkan ke beberapa alumni workshop Mendidik Melalui Cerita kapan hari pun kebetulan kok ya banyak yang nggak bisa :-s

Akhirnya, saya, Rika, Dana, Dauz pun memutuskan untuk meeting lagi di Plaza Semanggi. Alhamdulillah malam itu ada tambahan satu anggota baru yang siap bergabung, yaitu Deni. Halo, selamat bergabung bersama @IDceritaJKT , Kak Deni :D. Di meeting malam itu kami juga membuka penawaran di twitter. Siapa saja yang bersedia bergabung dan siap tampil bersama kami untuk acara tanggal 28 Januari 2012 dengan senang hati akan kami terima tanpa syarat. Soalnya memang kami lagi butuh banget 😀

Banyak mention yang saya terima malam itu, ya karena memang saya yang awalnya iseng membuka tawaran untuk tampil bergabung tampil di acara Kidfest & Edufair 2012 itu sih. Sampai akhirnya peran-peran tersebut satu persatu terisi dan tinggal beberapa peran saja yang belum terpenuhi karena setelah saya konfirmasi ulang ternyata di hari H nanti Si A masih ada yang di Bandung, Si B ada ujian, Si C ternyata harus tampil di acara lain, dll. Tapi syukurlah, menjelang hari H justru banyak yang menawarkan diri untuk bergabung. Ah, akhirnyaa…. >:D<

latihan di TIM

Singkat cerita, setelah bagi tugas ini itu, kami pun memutuskan untuk melakukan reading, pembagian peran, sekaligus langsung latihan di Taman Ismail Marzuki. Sebenarnya ada kejadian kurang mengenakkan siang itu karena mobil saya ditabrak dari belakang di daerah Grand Indonesia ketika akan beli konsumsi untuk latihan hingga penyok, hiks :(.  Tapi ya sudahlah, itu sekarang masih dalam penyelesaian dengan pihak penabrak deh.

Hari Jumat malam, kami berkumpul di Istora untuk rehearsal. Seperti biasa, kami tuh kalau rehearsal memang selalu begitu banyak cekikikannya, terkesan kurang serius, kurang meyakinkanlah pokoknya. Tapi alhamdulillah kalau sudah menjelang tampil tanggung jawab masing-masing langsung muncul. Pernah kok kami berbagi peran dan latihan hanya beberapa jam sebelum manggung 😉

briefing sebelum tampil

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itu tiba. Pukul 12.00 kami sudah berkumpul dengan manis di belakang panggung. Enam set kostum dengan karakter buah, sayur, dan raksasa sudah disiapkan oleh Kak Deny. Hai, Kak Deny, terima kasih ya sudah mau susah payah mengangkut kostum-kostum itu ke Istora, hmmm… ternyata lumayan berat ya :p *nyeret plastik kostum dari pintu depan ke belakang panggung utama*. Di belakang panggung kami mulai berganti kostum dan… mulai cekakakan ketika melihat Rakuza yang tinggi besar itu harus memakai wig. Terlontar celetukan si pemeran raksasa  yang membuat perut kami kaku, “baru kali ini lho ada raksasa pake hair extension!” :)) .

Langsung tergambar setting raksasa dengan rok dan rambut yang berkibar-kibar terkena blower diiringi  backsound lagu Anang – Syahrini:

“…jangan memilih aku, bila kau tak mampu setia. Kau tak mengerti aku, diriku yang pernah terlukaaa…”

Rakuza ber-hair extension

pengisi acara (masyaalloh Rakuzaaaa! :-o)

MC

Taraaaa.. pukul 15.00 adalah jatah slot kami untuk tampil. Saya membuka acara sore itu bersama Dana. Penonton yang awalnya berjubel setelah menyaksikan penampilan Kak Bimo yang suara dan cara mendongengnya keren itu terlihat meninggalkan tempat satu-persatu. Sempat agak khawatir kalau show dongeng kami yang bertajuk Nubi dan Rakuza itu nanti bakal sepi. Tapi ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Satu persatu penonton kembali memadati arena depan panggung. Anak-anak kecil terlihat antusias berebut duduk di tangga panggung, ingin menyaksikan kami lebih dekat. Ah, senangnya 🙂

kerumunan pada Bunda

menyimak dongeng bersama Bunda masing-masing

anak-anak yang khusyuk menyimak dongeng Nubi dan Rakuza

Sepanjang dongeng Nubi dan Rakuza saya bacakan, anak-anak terlihat menyimak dengan seksama. Bukan hanya anak-anaknya saja, ternyata para ayah dan bunda yang ada disitu pun betah menyimak hingga akhir cerita. Ada satu sesi dimana sempat saya hampir tidak bisa menahan tawa, yaitu ketika scene wig Rakuza mendadak lepas di panggung dan… taraaa… Rakuza mendadak mengalami problem kerontokan rambut  :))

Rakuza mengalami problem kerontokan rambut

Si Kecil ini tiba-tiba menghampiri saya sambil bilang, “namaku Lana…”

Ada berbagai kelucuan yang terjadi sepanjang acara. Apalagi di sesi berbagi goodie bag dari Indonesia Bercerita dan Sari Husada. Anak-anak berebut mengacungkan tangan padahal pertanyaannya saja belum kami ajukan, ih lucu banget sih kalian :-*. Ada pula yang belum pakai celana sudah naik ke atas panggung. Saking antusiasnya ada juga yang tiba-tiba mendekati saya sambil berbisik menyebutkan namanya (padahal ditanya juga enggak) :))

Kak Ahim rupanya sukses memerankan peran Rakuza, karena anak-anak ketakutan beneran sama dia. Sampai saya dengan konyol membujuk, “jangan takut, Sayang… anggap aja ini Syahrini, ya…”  Tapi lama-lama mikir juga, Syahrini kok segede bagong gini, berwarna hijau pula. Mungkin inilah yang disebut totalitas. Kak Ahim telah berhasil mewujudkan karakter raksasa yang sebenar-benarnya ;)). Yang lucu lagi ada yang waktu pertanyaan belum selesai dilontarkan tapi dia sudah mengacungkan tangan lebih dulu, giliran menjawab malah nanya ke temen yang ada di bawah panggung sambil mengode pakai kaki, berbisik, “eh, jawabannya apaan? heh.. heh… psst, apaan?” ;))

goodie bag IDceritaJKT

“salam bahagia, salam Indonesia Bercerita”

Bukan hanya itu, kami juga menantang 3 bunda yang berani tampil menyanyikan lagu yang kami nyanyikan sepanjang cerita Nubi dan Rakuza. Ternyata ada yang berani tampil menyanyi ke depan lho. Terima kasih buat spontanitas dan antusiasmenya ya, Bun >:D<

para Bunda yang menyanyikan OST Nubi dan Rakuza

di backstage bersama kru MetroTV

Yang paling seru adalah di backstage ternyata kami sudah ditunggu oleh crew dari Wide Shot MetroTV untuk diliput dan di-interview. Bukan hanya itu, ternyata ada Kak Pitra yang memotret kegiatan kami, dan Kak Goenrock yang mengabadikan penampilan kami dalam bentuk video. Nah, pas sesi interview sama Kak Goen ini yang lucu. Ketika saya sudah selesai direkam untuk video profile, dan hasilnya sedang dilihat ulang (review), kok ya pas di sudut sana ada penampakan Rakuza sedang ganti baju dan pakai singlet tho ya… Jyaaan, Kak Ahim ini memang merusak pemandangan  kok… ;))

Terima kasih Sari Husada yang sudah mengajak @IDceritaJKT untuk tampil di acara Kidfest & Edufair 2012. Acara yang seru! \m/. Semoga lain waktu akan ada tawaran kerja sama lain yang juga tak kalah menariknya ya 😉
*ngarep*

 

[devieriana]

Foto: dokumentasi pribadi, Kak @Pitra dan Kak @denald

Continue Reading

The Living Legend : Pak Raden

Sebagai generasi jaman TVRI yang hiburan untuk anak setiap hari Minggu cuma si Unyil dan beberapa film kartun, memang mau tidak mau ya tontonannya itu. Dinikmati sebosannya karena adanya cuma itu, belum ada stasiun TV swasta seperti sekarang. Jauh berbeda dengan dunia hiburan anak jaman sekarang yang lebih variatif dan modern. Tapi jika diperhatikan, sampai sekarang belum ada lho film dan tokoh rekaan yang begitu dicintai dan hidup hingga berpuluh tahun seperti Unyil dan kawan-kawan. Boleh dikatakan film Si Unyil adalah film boneka yang paling legendaris.

Nah, kalau bicara tentang Si Unyil pasti tidak akan lepas dengan sosok bapak-bapak Jawa, galak, berkumis tebal, menggunakan beskap, kain panjang, dan tak lupa blangkon. Ya, dia adalah Drs. Suyadi atau yang lebih dikenal dengan Pak Raden (Raden Mas Suryomenggolo Jalmowono) :D. Walaupun kalau di film galak tapi aslinya dia pecinta anak-anak lho. Film Si Unyil tanpa Pak Raden itu seperti sayur tanpa garam. Anyep!

Nah, hari Sabtu tanggal 25 Juni 2011, pukul 11.00 wib, bertempat di fX Sudirman, berlangsung sebuah acara yang bertajuk #PeduliPakRaden : “Kirim Cinta dengan Dongeng Untuk Anak Indonesia”. Acara ini hasil kerja sama antara Sekolah Cikal dan Rumah Main Cikal, fX Plaza, Female Radio, dan Indonesia Bercerita. Inti acara ini adalah untuk menunjukkan kepedulian kita terhadap sosok Pak Raden yang direntang usianya yang sudah tidak muda lagi (lahir di Puger, Jember, 28 November 1932) dan kesehatannya sudah tidak seprima dulu, beliau memang sedang membutuhkan bantuan dana untuk pengobatan kesehatannya.

Aha! Akhirnya saya bisa bertemu langsung, bersalaman, ngobrol sebentar, memeluk, bahkan berfoto bersama tokoh galak ngangenin yang pintar melukis dan mendongeng itu! Saya melihat beliau sedang duduk di deretan kursi panitia dan undangan. Sosoknya masih tetap sama seperti dulu, perawakan agak gemuk, memakai beskap, dan tak pernah lupa kumis artificial dan blangkon khas yang menunjang karakternya.

Namun, ketika beliau diundang untuk maju ke depan dan mulai mendongeng di sesi terakhir, saya merasa sedikit trenyuh. Untuk berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan di depan panggung itu, yang jaraknya sekitar 2 meteran, beliau harus dituntun dan berjalan agak tertatih-tatih, rematik. Ternyata bukan hanya tokoh boneka Pak Radennya saja yang dulu berkeluhan encok/rematiknya kumat, beliau sendiri juga mengalaminya. Saya melirik ke sebuah sudut depan panggung. Ada sebuah kursi roda yang bertuliskan “Pak Raden”. Di usianya yang hampir menginjak 80 tahun dan kondisi kesehatan yang mulai naik turun beliau memang memerlukan kursi roda untuk membantu mobilitasnya yang tak lagi gesit.

Singkat cerita, saya bersama teman-teman dari Indonesia Bercerita (Jakarta) hadir bukan hanya untuk sekedar menyaksikan acara yang dipenuhi oleh anak-anak berbagai usia itu, tapi juga melihat secara langsung bagaimana konsep mendongeng yang “seru” dan bisa menarik minat anak-anak. Saya yang masih sangat amatir di bidang dongeng jelas merasa mendapat banyak ilmu langsung dari masternya pendongeng yaitu Pak Raden, dan menyaksikan live performance menakjubkan dari Mbak Poetri Soehendro yang mendongeng dengan sangat atraktif.


Oh ya, sebagai pendongeng, Pak Raden punya ciri khas mendongeng sambil menggambar. Bisa dikatakan beliaulah pendongeng pertama di Indonesia, atau bahkan di Asia, yang menuturkan kisah dongeng sambil menggambar. Ada hal menarik yang disampaikan oleh Pak Raden, ketika ditanya mengapa dia lebih suka mendongeng sambil menggambar?

“Ya, biar anak-anak mendapatkan gambaran langsung tentang dongeng apa yang sedang diceritakan..”

Hmm, benar juga ya. Kadang anak-anak butuh penggambaran yang lebih jelas tentang jalannya sebuah cerita, jadi bukan hanya sekedar membayangkan dan mereka-reka. Oh ya, tentu kita masih ingat kan, kalau Pak Raden ini selain pendongeng juga seorang ilustrator dan pelukis handal? Ya, di rumahnya di area Petamburan kita bisa menemukan berbagai lukisan yang merupakan hasil kreatifitas tangan senimannya.

“Semua orang bisa jadi pendongeng. Tapi yang lebih penting adalah, cintai dulu siapa yang akan kita dongengi. Nah, siapa saja mereka? Ya anak-anak ini..”, tuturnya menjawab pertanyaan tentang bagaimana menjadi seorang pendongeng yang baik, sambil menunjuk ke arah puluhan anak yang mengerumuninya sebelum acara mendongeng dimulai.

Ah, betul sekali. Mendongeng dari hati. Mendongeng bukan hanya sekedar aktivitas menyampaikan sebuah cerita. Bukan hanya membacakan dongeng hingga anak tertidur. Tapi lebih dari itu, ada sebuah komunikasi dan pesan yang coba dibangun melalui dongeng itu sendiri. Akan terasa berbeda rasanya ketika mendengarkan dongeng yang disampaikan ala kadarnya (hanya membaca) dan yang disampaikan secara tulus (menjiwai). Ada ya mendongeng dengan tulus? Ada, saya menemukan dan melihatnya langsung dalam sosok Pak Raden ketika siang itu beliau mendongeng di depan puluhan anak kecil.

Beliau membawa boneka Pak Raden, Melani, Orang Gila, dan beberapa karakter boneka lainnya untuk mendukung dongeng yang akan dibawakan. Anak-anak lucu itu langsung berkerumun di sekeliling Pak Raden. Bagi mereka yang bukan hidup di jaman Si Unyil masih populer dulu, tentu merupakan hal yang menakjubkan. Tapi buat Papa Mama-nya tentu ini merupakan sesi nostalgia masa kecil ya :D. Pak Raden bukan hanya bercerita melalui boneka-boneka tangan tapi juga menulis sendiri dongenganya serta menggambarnya langsung di atas white board.

Satu hal yang saya pelajari hari itu. Jika ingin serius menjadi seorang pendongeng yang berhasil menyedot perhatian dan antusiasme anak-anak adalah dengan cara membaur dengan mereka, menghapus jarak,”ngemong”, dan jangan jaim. Tanpa mengecilkan pendongeng-pendongeng lainnya yang sudah ada, untuk semua hal diatas kita harus mengakui bahwa Pak Raden masih tetap maestronya hingga saat ini!

Di akhir pertemuan saya dengan beliau, saya bisikkan di telinga pria berjulukan “kakek sejuta cucu” itu :

“Pak, saya senang bertemu dengan idola masa kecil saya dulu. Tetap sehat ya, Pak. Sehingga Pak Raden tetap bisa berkreasi terutama untuk dunia anak-anak..”

Beliau pun mengangguk, tersenyum, sembari menepuk lengan saya, matanya terlihat sedikit berkaca-kaca. Kami pun berpelukan sebentar. Tak terasa saya pun larut dalam suasana haru dan ikut menitikkan air mata 🙁

Sampai ketemu di lain kesempatan ya, Pak. Semoga Tuhan menjaga serta senantiasa memberikan kesehatan dan usia yang panjang untuk Pak Raden. Doa kami, anak-anak Indonesia, teriring untuk Pak Raden, our living legend 🙂

[devieriana]

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Berbagi Cerita dan Cinta

Hari Minggu tanggal 19 Juni 2011 kemarin bertepatan dengan kegiatan pertama tim Indonesia Bercerita Jakarta. Setelah meeting di Anomali Coffee di hari Jumatnya, kami pun berencana untuk mengadakan acara di sebuah pesantren yang bernama Missi Islam Pusat Jakarta di daerah Rawa Badak Selatan, Koja – Jakarta Utara. Lumayan jauh sih ya, ujung ke ujung karena saya pas berangkat dari rumah mertua saya di daerah Cipayung Jakarta Timur. Pondok pesantren Missi Islam Pusat Jakarta ini menyelenggarakan pendidikan pesantren bagi kaum dhuafa dan yatim piatu secara gratis sejak tahun 1983 dan masih tetap terselenggara hingga kini. Nah, kegiatan kami disana adalah untuk mendongeng sekaligus memberikan hiburan berupa workshop sederhana kepada para santri disana untuk berkreasi membuat dongeng. Ya, itung-itung sambil mengolah imajinasi mereka, gitulah..

Ini adalah kali pertama saya berkunjung ke pesantren. Kami berangkat sekitar pukul 08.30 wib lokasi acara. Karena pesantren yang akan kami kunjungi ini lokasinya agak masuk, terselip  di tengah pemukiman padat penduduk, mobil kami harus parkir jauh di ujung gang karena memang kendaraan tidak bisa masuk ke gang sesempit itu. Tapi entah bagaimana caranya tiba-tiba si Hubby sudah memarkir mobil kami persis di halaman pesantren. Mungkin dia menerbangkan mobil kami ;)).

Pesantren Missi Islam Pusat Jakarta ini sudah berdiri sejak tahun 1983. Oh ya, pesantren ini membiayai seluruh kegiatan operasionalnya secara mandiri dengan pembiayaan infak yang di kelola dari jamaah, pengajian-pengajian, dan para simpatisan. Jadi kalau masih banyak kekurangannya ya wajar, lha wong tidak ada dana :(. Guru yang mengajar disini juga dibiayai dari sumber dana yang sama. Kata si Bapak yang menemui kami kemarin, kurikulum pendidikan yang diajarkan disana adalah murni 100% kurikulum Islam dengan pembinaan aqidah dan akhlak, ada juga kurikulum tambahan mata pelajaran umum seperti matematika, biologi, kimia, fisika dan bahasa Inggris tapi sayang tidak ada gurunya. Katanya sih ada beberapa yang sempat mengajar, tapi seringnya tidak datang mengajar. Entahlah, apa karena waktu mereka yang berbenturan dengan hal lain, atau karena (hanya) dibayar secara sukarela.

Begitu masuk kita sudah dihadapkan dengan pemandangan yang sedikit kumuh. Bangunan 2 tingkat itu semacam bangunan semi permanen, campuran antara tembok dan papan (triplek). Di bawah, ada sebuah ruang yang sedikit lebih besar yang difungsikan sebagai ruang serbaguna. Jika waktu shalat telah tiba ruang tersebut difungsikan sebagai masjid, di lain waktu juga difungsikan sebagai kelas untuk belajar para santri, namun jika sedang ada acara seperti sekarang juga digunakan sebagai ruang pertemuan. Ada hal yang sedikit memprihatinkan, ketika ruangan itu difungsikan sebagai tempat belajar, pemisah “kelas”-nya hanyalah sebuah papan setingi kurang lebih 1,5 meter yang tentu saja jika proses pembelajaran sedang berlangsung di “kelas” sebelah, pasti akan terdengar oleh murid di “kelas” sebelahnya. Bersyukurlah kita yang dulu menjalani proses pendidikan di ruangan dan kondisi wajar dan nyaman.

Kami mendongeng di antara sekat pembatas santri putra dan putri. Kami membawakan dongeng fabel yang berjudul Bella Si Kupu-Kupu. Jumlah santri yang mengikuti kegiatan ini sekitar 37 orang dengan range usia antara 8-12 tahun. Ketika melihat mereka jujur hati saya trenyuh. Baju yang mereka pakai kebanyakan sudah kumal dan kusam, warna putihnya pun sudah pudar :(. Namun semua itu tak melunturkan semangat mereka untuk mengikuti acara kami hingga selesai. Mereka mendengarkan dongeng kami dengan antusias. Ya walaupun sesekali terdengar becandaan di sana-sini tapi secara keseluruhan saya melihat antusiasme mereka mengikuti kegiatan ini adalah karena mereka menganggap ini adalah sebuah kegiatan baru bagi mereka.

Seusai sesi mendongeng, kami pun mulai membagi mereka dalam beberapa kelompok kecil untuk selanjutnya bekerjasama untuk mengkreasikan sebuah dongeng baru ala mereka. Kami membagikan kertas HVS, kertas warna, krayon, pensil, penghapus, dan spidol. Jujur saya sempat meragukan kemampuan mereka dalam mengolah kata, apalagi berimajinasi membuat dongeng. Dengan melihat lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka sepertinya kurang memberikan ruang dan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan diri apalagi berimajinasi dan berkreativitas. Hmm.. 😕

Namun di akhir sesi mengarang bebas itu, tak disangka-sangka, mereka yang awalnya tampil dan berinteraksi secara malu-malu, ternyata ketika diberi kesempatan untuk maju membawakan dongeng kreasi mereka hasilnya bagus-bagus lho. Mereka bukan hanya mampu membuat dongeng fabel, tapi sebagian besar juga menggabungkannya dengan kutipan ayat-ayat Qur’an/hadist. Pantas saja ketika kami mendongeng, beberapa diantara mereka ternyata bukan hanya sekedar mendengarkan kami mendongeng, tapi juga mengerutkan dahi mengingat-ingat dan saling bertanya pada rekan disebelahnya tentang hubungannya dengan ayat Qur’an beserta artinya. Subhanallah.. Ah, saya jadi merasa kecil dan bersalah sudah underestimate duluan sama mereka.. 🙁

Kami mengakhiri aktivitas hari itu dengan mengumumkan kelompok favorit yang berhasil mebawakan dongeng dengan baik dan memberikan mereka hadiah tambahan selain goodie bag yang berisi perlengkapan sekolah berupa buku dan alat tulis yang kami bagikan ke seluruh peserta workshop hari itu.Ternyata pemberian sederhana kami itu disambut dengan senang hati dan antusias oleh mereka. Oh ya, saya yang kapan hari sempat beli buku dongeng yang entahlah mungkin sayanya yang impulsive, dan belum sempat saya baca, akhirnya saya serahkan buku itu sebagai kenang-kenangan dan bahan hiburan/bacaan bagi mereka.

Alhamdulillah, ternyata saya dan juga teman-teman yang tergabung dalam @IDceritaJKT masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk berbagi ilmu, keceriaan, dan sedikit rezeki dengan kaum dhuafa dan yatim piatu .. :). Semoga akan ada banyak kegiatan kreatif dan positif bersama anak-anak lainnya di lain waktu dan kesempatan 🙂

[devieriana]

 

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Tentang (Lomba) Mendongeng Itu..

Seperti yang pernah saya ceritakan di sini , tidak pernah terbayangkan bahwa saya akan masuk dalam dunia dongeng mendongeng. Kalaupun akhirnya saya suka mendongeng itu juga karena hanya bermaksud untuk membantu teman saya yang mengelola situs dongeng Kisah Anak, sebelum akhirnya saya diperkenalkan kepada founder situs dongeng format baru Indonesia Bercerita .

Nah, berhubung saya juga mulai jarang membuka twitter, saya jadi kurang update kalau ternyata ada kontes podcast cerita anak yang diselenggarakan oleh Indonesia Bercerita bekerjasama dengan Klik Hati. Kalau saja @IDcerita tidak me-mention saya di twitter dan mengajak saya untuk berpartisipasi di kegiatan kontes podcast cerita anak itu, mungkin saya juga tidak akan ikut :D.

Saya mendaftar tepat di hari terakhir pendaftaran kontes podcast cerita anak, karena hari sebelumnya yang awalnya saya rencanakan akan merekam suara saya, ternyata terbentur oleh kesibukan dan waktu, sehingga baru sempat “memproduksi” dongeng di hari terakhir. Itu pun hanya satu dongeng saja, sementara ada peserta yang lain yang mendaftarkan lebih dari 5 podcast :-o. Ya sudah pasrah saja, tidak ada salahnya untuk dicoba. Kalau nantinya menang ya alhamdulillah, kalau kalah ya sudah biasa, berarti ada yang lebih bagus daripada saya kan? ;). Menurut panitia, penilaian akan terbagi dalam 2 bagian. Penilaian materi oleh dewan juri sebesar 65%, sedangkan sisanya sebanyak 35% ditentukan oleh jumlah vote (likes di facebook dan tweet/RT di twitter). Itu juga ada yang likes-nya mencapai seribu likes, lho! Wow banget yah? :-bd

Kalau penilaian dewan juri sudah pasti sifatnya mutlak, tidak mungkin diganggu gugat atau diintervensi. Sedangkan untuk mendongkrak hasil penilaian via RT dan likes tentu juga tidak bisa dipaksakan. Kalau sekedar mempromosikan dan mengajak teman-teman menyumbangkan likes dan RT sih sudah saya lakukan. Tapi soal nantinya di-likes dan di-RT beneran oleh teman-teman ya tentu kembali lagi ke keikhlasan teman-teman saya dong ya :D. Namanya juga minta tolong, minta dibantu :). Kalau soal ikut lomba, ini tentu bukan yang pertama buat saya, tapi kalau lomba bercerita/mendongeng ini memang yang perdana. Tapi tetap saja, seperti biasa, yang namanya lomba pasti akan ada yang kalah dan menang, yang tentunya harus didika.

Ada hal menarik ketika menunggu waktu pengumuman tiba (jika tidak ada perubahan jadwal pengumuman pemenang tanggal 14 Mei 2011), tiba-tiba Mas Bukik (founder Indonesia Bercerita) menghubungi saya via twitter dan meminta saya agar bersedia diinterview oleh KBR68H Jakarta sebagai Bunda Pencerita dalam rubrik feature. Tentu kesempatan langka ini tidak saya sia-siakan, walaupun masih setengah tidak percaya ya. Karena sejak diinterview oleh majalah TEMPO sekitar tahun 2009 lalu tentang kemunculan berbagai situs vertikal, setelah itu tidak ada aktivitas lain lagi yang menjadikan saya layak untuk diwawancarai ;)). Hingga akhirnya kemarin sore, tepat pukul 15.45 wib datanglah Mbak Dede Riani dari KBR68H ke kantor saya untuk mengadakan interview seputar aktivitas mendongeng. Butuh “perjuangan” untuk mendapatkan hasil rekaman yang maksimal, ya Mbak Dede? Karena interviewnya dilakukan di kantor, jadi berbagai macam suara (noise) ada yang masuk ke rekaman, padahal seharusnya sunyi senyap, sedangkan kalau harus menunggu sampai sesepinya kantor juga tidak mungkin. Tapi syukurlah, tepat pukul 17.00 wib interview selesai, dan Mbak Dede harus melanjutkan perjalanan ke rumah narasumber dongeng yang lain di daerah Kelapa Gading dan Tangerang (kalau tidak salah).

Tadi sore, ternyata Paman Tyo, salah satu dedengkot situs Dagdigdug, yang juga sering komen-komenan di posterous kami masing-masing, ternyata juga memasang link dongeng saya di facebook beliau dan mulai ngobrol dengan komentator lainnya seputar dongeng anak. Ada salah satu komentar yang membuat saya terkagum-kagum, yaitu tentang Sri Mulyani :

“Aulia A Muhammad : “bertahun lalu, aku pernah menelpon Sri Mulyani sekitar jam 08.30 malam, bermaksud wawancara, dan jawaban dia sungguh mengejutkan, “satu jam lagi ya Mas, saya baru saja membacakan dongeng untuk anak saya…”. Sesibuk itu, dan dia wajibkan dirinya! Benarlah kata Dian Sastro, “Ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas juga..” :D. Tapi kata Raam Punjabi, ibu-ibu rumah tangga sudah terlalu lelah untuk berfantasi, meski hanya memodifikasi kisah dari bacaan kecil mereka, dan sinetron adalah jalan keluar dari kelelahan itu :-p”

Bayangkan, untuk orang sesibuk Sri Mulyani ternyata masih menyempatkan diri untuk mendongeng bagi putra/putrinya. Masa kita yang “belum” sesibuk beliau tidak sempat? Ya kalau saya sih wajar, karena belum ada momongan :). Tapi kalau nanti saya sudah punya momongan, insyaallah akan saya tularkan kebiasaan mendongeng kepada putra-putri saya. Seperti saat Papa menyempatkan sedikit waktu sebelum tidur beliau untuk mendongengi saya dan adik-adik saya.

Nah, bagaimana dengan Anda, masih sempatkah Anda meluangkan waktu untuk mendongeng untuk Si Kecil? 😉

[devieriana]

 

ilustasi dari sini

Continue Reading