Child Labour

Enggak tahu kenapa saya selalu tertarik membahas tentang pekerja anak, arahnya mungkin lebih ke prihatin sebenernya ya. Selain saya adalah pencinta anak (eh bukan yang suka ama anak kecil kaya fedofilers ya ;))), juga mungkin naluri wanita, naluri seorang ibu ya.. Sedih dengan kehidupan anak-anak yang terpaksa harus menjadi pekerja dibawah umur. Anak – anak yang seharusnya masih harus menempuh pendidikan, masih menikmati masa anak-anaknya terpaksa harus menjadi tumpuan hidup bagi keluarganya. Di negara kita Indonesia tercinta ini tidaklah sulit menemukan pekerja anak.. & bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun..

Salah satunya adalah anak-anak yang bekerja di atas jermal. Jermal adalah semacam tempat penjaringan ikan yang dibangun di atas tonggak-tonggak kayu di tengah lautan. Jermal tersebut terpencil dan sulit dijangkau. Saya pertama kali mengenal istilah jermal saat saya membaca buku Readers Digest beberapa tahun yang lalu & sampai sekarang masih membekas. Dari situlah saya mengetahui bahwa jermal-jermal ini mempekerjakan anak dibawah umur (dibawah usia 15 tahun). Jermal sering ditemui di perairan di Sumatera Utara, perairan selat Malaka. Mending sih kalau mereka dibayar dengan upah yang layak & jam kerja yang layak pula. Beberapa waktu yang lalu sempat melihat tayangan Kick Andy yang membahas tentang peekerja anak (anak jermal) , kok mendadak saya jadi trenyuh ya. Mereka (anak-anak yang bekerja di jermal) ini hanya dibayar Rp 200.000/bulan, dengan libur hanya 2x selama sebulan, jam kerja yang tidak pasti (subuhpun mereka masih bekerja. Kurang jelas antara masih bekerja atau sudah mulai bekerja) . Kasihan banget saya liatnya..  🙁

Padahal, seharusnya anak-anak seusia mereka yang masih usia sekolah mereka juga memiliki : hak hidup, hak tumbuh & berkembang, hak untuk mendapatkan perlindungan, dan hak untuk berpartisipasi (didengarkan pendapatnya). Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa akar semua ini adalah :  kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, pola pikir yang keliru tentang menjadikan anak sebagai tumpuan nafkah keluarga, serta masih belum maksimalnya law enforcement (undang-undang yang benar-benar melindungi hak-hak anak).

Suka sedih melihat mereka harus berpeluh-peluh diantara sampah, hujan, & rawannya kriminalitas kota besar. Padahal seharusnya mereka menikmati masa kanak-kanaknya dengan indah ya.. Semoga sih kedepannya jumlah pekerja anak di Indonesia bisa makin turun ya.. Amin..
Bisa enggak sih? .. Wallahualam.. 🙁

Bersyukurlah kita & anak-anak kita yang bisa melalui masa kecil dengan indah & mengalami tumbuh kembang sesuai usianya..   🙂

 

Selamat Hari Anak Nasional.. We do love you..

 

[devieriana]

Continue Reading

When you thought I wasn’t looking

Children_Painting_4

MOMMY…

When you thought I wasn’t looking,…
I saw you hang my first painting on the refrigerator,..
you looked so-so-so proud…
and I immediately wanted to PAINT another one…

When you thought I wasn’t looking,…
I saw you feed a Stray cat, and show your love to the cat…
and from that, I learned that it was GOOD to Be KIND to animals….

When you thought I wasn’t looking,…
I saw you make my Favorite cake for me… and from that I learned,
the LITTLE things can be THE SPECIAL things in life.

When you thought I wasn’t looking,…
I heard you say a Prayer,…
and I knew THERE is GOD I could always TALK TO
and I learned to TRUST in HIM

When you thought I wasn’t looking,…
I saw you make a Meal and take it to a friend who was sick,…
and I Learned that we ALL have to HELP to take CARE of each other…

When you thought I wasn’t looking,…
I saw you give of Your time and money to help people who had nothing…
And I learned that those who have something
SHOULD GIVE to those who don’t…

When you thought I wasn’t looking,…
I saw you take Care of our house and everyone in it…
and I learned that We have to take care of what we are GIVEN.

When you thought I wasn’t looking,…
I saw how you handled your responsibilities, even when you didn’t feel good…
And I learned that I would have to BE RESPONSIBLE when I grow up.

When you thought I wasn’t looking,..
I saw your tears falling down from your eyes,..
And I learned that sometimes things HURT, but it’s all right to CRY…

When you thought I wasn’t looking,…
I saw that you Cared…
And I wanted
to BE EVERYTHING that I could be..

When you thought I wasn’t looking,…
I learned most of life’s lessons that I need to know…
TO BE GOOD and PRODUCTIVE person when I grow up…

When you thought I wasn’t looking,…
I looked at you…
and wanted to say…

“Mommy… Thank you for ALL the THINGS I saw,..

When you thought I wasn’t looking…”

[devieriana]

 

picture taken here

Continue Reading

Aku mau jadi selebriti ..


“kalau sudah besar mau jadi apa?”

…..

Waktu masih kecil kita pasti sering medapat pertanyaan seperti itu kan? Itu pertanyaan sekitar 20 atau 30 tahun yang lalu kali ya (berasa tua banget nih). Mungkin kita juga pernah menjawab, “pengen jadi dokter”, “aku mau jadi insinyur”, “aku kepingin jadi guru..”

Tapi coba sekarang ulangi dengan pertanyaan yang sama ke anak tentangga, keponakan, atau anak Anda sendiri (buat yang sudah berputra) yang kira-kira menjelang remaja atau ABG gitu. Mereka akan dengan “lihai” menjawab, ingin menjadi artis, bintang sinetron, penyanyi, atau model. Intinya jadi seorang pesohor alias selebriti deh. Oke deh tidak semua.. :mrgreen:

Coba lihat kalau pas di tv ada acara pemilihan calon miss apa, atau bintang apa, atau model apa, pasti dibanjiri ribuan peserta. Bahkan mereka sampai  rela berpeluh-peluh mengantri untuk ikut audisi. Stars are not born, they are created. Pernah dengar kalimat itu? Ya, itulah fenomena yang marak di masyarakat kita..

Istilah selebriti sendiri berasal dari kata celebrate yang berasosiasi kehidupan meriah, glamor, seksi. Nah, bagi anak muda, jadi selebriti itu suatu “profesi” yang mengasyikkan karena inilah jalan termudah & tersingkat untuk dikenal & dipuja orang, sering muncul di media massa, punya harta berlimpah ruah. Kenapa ya anak-anak sekarang lebih suka jadi selebriti? Apa karena lebih gampang cari duitnya?

Kenapa mereka tidak memilih jadi dokter? “Yah, ini sih profesi yang gak seksi..”  . Selain “tua” di laboratorium (karena sekolahnya tahunan), begitu luluspun mesti mulai dari nol lagi. Belum lagi mesti menjalani dinas PTT di daerah-daerah terpencil. Katanya, di salah satu majalah yang saya pernah baca, kalau dihitung-hitung, penghasilan seorang dokter baru mungkin hanya setengah honor seorang bintang sinetron ABG. Intinya sih profesi artis bisa mengubah from “zero to hero..”.

Bener gak sih? Bukan saya ngiri lho ya :mrgreen: . Ya kalau saya sih sudah ketuaan ikut-ikutan kontes-kontes kaya begitu.. 😆 . Wong gak jadi artis aja tiap bulan pasti dimintain tanda tangan kok…
*nyisir poni*

Tanda tangan BAST buat ke supervisor saya..

[devieriana]

Continue Reading