Happy Birthday, Alea!

Alea ketika baru lahir, dan Alea sekarang

 

Minggu pagi, tanggal 17 Juli 2016, sekitar pukul 5 pagi, Alea bangun lebih dulu daripada kami semua. Seolah dia tahu kalau hari ini adalah hari istimewanya, tiba-tiba dia bertepuk tangan sambil masih tiduran di antara kami, dan bersenandung lirih lagu Happy Birthday dengan logat dan suara anak-anaknya yang menggemaskan, “epi… tu yuuu… epi…. tu yuuu… Yeeeey!”. Sontak mata saya terbuka; sambil menahan senyum saya colek papanya Alea yang masih pulas di samping saya untuk ikut diam-diam mendengarkan nyanyian bayinya yang hari ini bukan lagi bayi. Ya, hari ini Alea tepat berusia 2 tahun!

Hari ini adalah ulang tahun Alea yang kedua. Jeda 12 bulan setelah ulang tahunnya yang pertama Alea mengalami banyak sekali perubahan dan pertumbuhan yang signifikan. You are no longer a baby, but a little girl. I didn’t think I could love you more, but I do.

Penguasaan bahasa dan kata-katanya berkembang pesat. Dia sudah bisa menirukan kata apapun yang kami ucapkan, menirukan ekspresi wajah, hampir hafal setiap scene film animasi yang sengaja kami download-kan buat dia tonton di rumah, bahkan baru opening scene-nya saja dia sudah tahu itu film apa, sudah bisa minta minum kalau haus, minta maem kalau lapar, sudah bisa bilang pup, bahkan mengajukan protes ketika dia tidak berkenan terhadap sesuatu, seperti misalnya kemarin malam ketika kami memintanya gosok gigi sebelum tidur:

Eyang: “ayo Alea, gosok gigi dulu sini sama Nan…”
Alea: “Nan, nggak mau, Nan! Mamaaa!”
Eyang: “Oh, maunya sama Mama?”
Alea: “Mama, iya…”

and banyak lagi lainnya…

Kadang saya, papanya, atau eyangnya suka ‘frustrasi’ sendiri ketika tidak mengerti apa yang dia inginkan. Seperti misalnya, dia tiba-tiba bilang, “pipi panyas”. Biasanya, kalau memang iya benar apa yang kami katakan itu sesuai dengan maksud dia, Alea akan merespon, menganggukkan kepala atau mengiyakan apa yang kami katakan. Tapi kalau tidak, biasanya dia akan diam, menunggu sampai respon kami sesuai dengan maksudnya, hahaha… Sepertinya harus kursus bahasa asing nih, spesialisasi bahasa bayi.

Kadang dia juga suka marah kalau apa yang dia inginkan tidak selamanya kami turuti. Kadang sedih juga kalau lihat dia marah, tapi seringnya malah bikin geli. You are cute even when upset, Alea! Hahaha. Tapi sering juga ketika dia melakukan sesuatu dan itu bikin saya kesal ending-nya malah bukan kesal, tapi gemas. Seperti misalnya ketika dia minta snack Pringles, saya bilang:

Me: “Alea, nanti kalau maem, jangan di kamar ya, jangan di kasur, nanti banyak semut. Ya, Nak ya…”
Alea: *mengangguk tanda paham*

Ya sudah, saya nyuci piring di dapur, tapi di sela nyuci piring itu mata saya mengarah ke kamar. Eh, lha kok ndilalah Alea sedang menuangkan remah-remah Pringles ke lantai kamar *tepok jidat*

Me: “Alea! Huhuhu, kenapa kok ditumpahin ke lantai? Kan nanti banyak semut… Emang Alea mau bobo sama semut?” *sambil nyapu lantai*
Alea: “Mau! Hai cemuuuk, dadaaah….” *sambil kakinya diangkat ke kasur karena lantainya mau saya sapu*
Me: *speechless*

Lha? Kok jawabannya malah mau, pakai dadah-dadah segala ke semutnya… Moment seperti itulah kadang yang bikin kita awalnya kesel jadi gemes seketika.

Dan moment yang paling mengharukan adalah ketika dia tiba-tiba melakukan gaya shalat di keset depan pintu, sambil mengangkat kedua tangannya dan lalu sedekap sambil bilang, “Awoooo, hwa bas!”, maksudnya Allahu akbar… Saya bengong melihat dia rukuk dan sujud, lalu berdiri lagi. Kurang lebih mirip dengan gerakan shalat. Dia memang sering ikut saya shalat dan ketika sujud, dia pun ikut sujud. Tapi baru kali ini dia melakukan gerakan menyerupai orang yang sedang shalat. Ah, Alea…

Secara fisik pertumbuhan dia cukup bagus, bahkan banyak yang bilang kalau badannya panjang, lebih tinggi dari anak seusianya, tapi saya tetap saja kurang ‘ngeh‘ dengan perbedaan tingginya. Memangnya kalau anak usia 2 tahun harus seberapa sih? Ya alhamdulillah kalau memang tinggi, kan nanti bisa jadi Paskibraka ya, Nak… hihihik. Aamiin…

Selama beberapa bulan dia di daycare, sedikit banyak mempengaruhi perkembangan emosi dan psikologisnya. Saya akui penguasaan emosinya luar biasa. Pernah suatu ketika dia saya drop di daycare dan saya tidak bisa lama-lama berada di sana karena saya harus mengemsi di sebuah acara. Saya tahu dia kurang suka saya tinggal begitu saja, tanpa saya temani dulu, saya tahu dia pengen nangis, tapi dia hanya mewek sedikit ketika mencium tangan saya dan saya cium kedua pipinya, melihat saya pergi sambil dadah-dadah dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Dan ketika dipeluk salah satu bunda pengasuhnya itu saya lihat dia sedang menitikkan air mata. Dia menangis, tapi tidak tantrum, tidak menangis keras seperti anak lainnya. Dia mampu mengendalikan perasaannya. Ah, Alea… kamu bikin Mama baper ketika menuliskan ini, Nak…

Saya dan papanya Alea sedang belajar-belajarnya jadi orang tua. Sudah banyak nasihat yang kami terima baik itu dari orang tua maupun dari diskusi, buku/web parenting. Satu hal yang paling stuck out most adalah, ikutilah nalurimu. Dan itulah yang sedang saya coba. Menjadi orang tua memang tidaklah mudah, and yet you make it all worthwhile; menjadikan segalanya berharga. Bahkan di saat-saat yang sulit sekalipun.

I can’t tell you how much you mean to me, Alea; and how glad I am to have you in my life…

Happy 2nd birthday, my sweetie pie…
I love you now and for always…

[devieriana]

Continue Reading