Gempa !!

 

GEMPA!! GEMPA!! GEMPA !!! Allahu Akbar.. Astaghfirullah!!

Teriakan kami sahut menyahut begitu berasa gedung tempat kami bekerja berguncang hebat. Tangga darurat mendadak sesak oleh ratusan karyawan yang berebut keluar gedung. Yang saya khawatirkan cuma satu, nasib dua orang ibu hamil anak buah saya gimana? Untungnya salah satu dekat sama saya jadi selama evakuasi tangan kami tak lepas bergandengan tangan. Sementara 1 lainnya saya lihat sudah ada teman yang menjaga. Syukurlah, setidaknya ada yang menjaga atau mengingatkan supaya lebih berhati-hati ketika turun tangga.

 

Sampai di depan gedung suasana sudah ramai layaknya orang yang mau siap-siap upacara. Halaman gedung & parkiran yang selama ini hanya terisi mobil kini terisi lautan karyawan yang sibuk teleponan ke kerabat masing-masing untuk mengabarkan kondisi terakhirnya. Panik? Hyaiyalah, secara gedung kami Atrium Mulia ini termasuk gedung tua gitu.

 

Ditengah-tengah kepanikan kami masih saja ada kejadian lucu dibalik gempa ini, utamanya buat orang-orang callcentre. Bisa ngebayangin nggak sih pas agent lagi asyik-asyiknya melayani pelanggan mendadak seluruh ruangan terguncang & pastinya spontan pasti ingin berebut keluar ruangan kan? Bayangin deh, gimana nasib si pelanggan di ujung sana ya? Saking paniknya bilang gini :

“Pak.. ada gempa. Nanti telepon lagi ya. KLIK “ , hihihihi, emang dipikir nelpon rumah? 😀

 

Atau, saking paniknya ketika para team leader teriak-teriak mengingatkan, “jangan berebutan! Jangan berebutan!!”. Para agent mendadak semuanya tuli, nggak peduli (hyaiyalah). Panik turun tangga sambil jejeritan, “hwaaaa…hwaaaa..Hwaaa..”, sambil lari pontang-panting keluar tangga darurat. Eh nyampai bawah ketemu spv, “kamu tadi sudah pencet tombol aux?”. Dhieeengg.. Haduh sudahlah, maafin aja ya Bu, ga mungkin dong mereka balik lagi hanya untuk tekan tombol aux bukan? Aux itu semacam tombol istirahat, jadi callmasternya ngga akan terima call untuk sementara. Haduh, kalau sudah panik begitu mana sempat mikir tekan ini, tekan itu. Yang kepikiran cuma satu, menyelamatkan diri. Tapi ya begitulah kalau di kerjaan kita nih dalam situasi sepanik apapun kita masih ada rules-rulesnya.

 

Masih ngos-ngosan mendadak handphone saya bunyi. Saya lihat nomor yang muncul di layar HP saya salah satu teman team leader Medan :

“halo.. Mbak..”
“heeii.. habis ada gempa disinii..”
“hehehe.. iya tau, makanya aku telpon. Mbak baik-baik aja kan?”
“alhamdulillah baik say. Makasih udah nelpon..”
“syukur deh.. kenceng banget kan gempanya? Medan aja pas tsunami kemarin 9 skala richter, beti-lah sama kalian. Beda tipis..”
“iya, 7.3 aja udah kaya begitu.. gimana 9 ya? Udah rontok semua kali kami disini”
“oya.. tempat si Ibu (spv kami) gempa juga ya?”

Saya diam sejenak, baru beberapa detik kemudian saya ngakak..

“heh Ucrit!! Si Ibu itu kan kantornya Wisma Mulia – Gatot Subroto, aku di Atrium Mulia – Rasuna Said. Jarak kami cuman berapa kilo ini. Ya jelas, disini aja aku gempa, disana ya pasti gempalah..”
Kami ngakak berdua karena sama-sama bego beberapa detik.
“wahahaha.. Masih loading lu mbak? Kirain saking paniknya udah error..”
“sialan.. ya masihlah..”, tawa saya berderai-derai

 

Kami yang jauh dari pusat gempa begini tentu masih bisa ketawa-ketiwi. Lha kalau yang dekat dengan pusat gempa, apa ya nggak kalang kabut semua? Jangankan ketawa, paling juga jejeritan dimana-mana.. Haduuh serem ya?  🙁  . Semoga sih gak ada gempa-gempa susulan lagi deh. Cukup hari ini saja ya Tuhan.. Ngeri kami membayangkannya 🙁

 

[devieriana]

Continue Reading