Selamat Ulang Tahun!

Sepertinya ulang tahun saya yang kesekian ini jadi moment yang langka & cukup bersejarah dalam kehidupan saya deh. Bagaimana tidak, saya merasakan yang namanya ulang tahun di kantor orang & dalam moment yang bersejarah dalam sejarah karir saya. Ya, tepat di tanggal 2 Juni kemarin saya memasuki usia yang ke 17 tahun. Uhuk!! ;;). Kalau kata teman saya, “heu, 17 tahun? Maksudnya 17 tahun cahaya?”. Buset dah :)). Ya baiklah, usia saya bertambah 1 tahun & mengurangi jatah usia hidup saya di dunia selama 1 tahun juga.

Awalnya saya pengen banget merahasiakan ulang tahun saya, karena kalau kata senior-senior saya di kantor, siapa yang ulang tahun tepat pas prajabatan bakal dikerjain habis-habisan. Ya jelas jiper dong saya. Terbukti saya berdoa melulu di twitter.. maksudnya berharap semoga nggak akan dikerjain terlalu heboh aja. Kualat deh yang ngerjain saya, secara saya senior disitu, kecuali sama fasilitator/trainer BPS sih. mereka jelas jauh lebih tua daripada saya ;)). Tapi kok ya beberapa hari sebelumnya para widyaiswara (sebutan untuk trainer) sudah notice kalau saya berulang tahun tanggal 2 Juni nanti. Jadi ya sudahlah ya saya pasrah aja, apalagi sudah diumumkan pula di depan kelas.

Pagi harinya saya ya seperti biasa aja gitu. Suami & beberapa teman sudah mengucapkan secara spesial tepat di pukul 12 malam. Kalau keluarga saya sih biasanya pagi. Pas di kelas pun juga nggak yang terlalu heboh gimana gitu, paling mereka pada ngucapin, “Selamat Ulangtahun ya mbak..semoga..bla3x”. Udah itu doang. Tapi ada 1 sesi yang mengharukan. Ketika salah satu widyaiswara hari itu mengajak teman-teman sekelas untuk menyanyikan lagu Happy Birthday buat saya, wogh..asli saya pengen nangis. Nggak nyangka kalau lagu Happy Birthday terasa begitu sakral & mengharu biru buat saya saat itu.

Saya juga nggak menyangka bakal ada kejutan-kejutan lain yang disiapkan oleh teman-teman. Wong siang sampai sore mereka berlaku wajar. Hanya saja ada satu hal yang mengherankan & sempat membuat saya sedikit curiga :D.Biasanya kalau makan malam, semua pasti kumpul di ruang makan secara lengkap, nggak ada satu pun yang keluar asrama. Lha ini kok pada ngilang satu-satu. Kalau ditanya ada yang mau beli satelah, beli sabunlah, belanjalah, ke ATM-lah. Intinya jumlah teman saat itu yang makan malam di ruang makan berkurang drastis. Heran banget dong. Tapi saya nggak mau GR ah, secara saya juga sedang menunggu kiriman kue tart dari suami saya yang mau kita makan bersama-sama, gitu.. ;;)

Tak lama setelah makan malam, suami saya datang membawakan sebuah kue tart lengkap dengan lilinnya, plus 3 kotak donat J-Co. Akhirnya saya merayakan ulangtahun saya secara sederhana dengan makan tart blackforest dan anek donat bersama teman-teman. Setelah makan tart & foto-foto kita kembali ke alam..eh kamar masing-masing. Saya pun siap tidur. Tapii, sekali lagi ada yang aneh dengan gerak-gerik teman sekamar saya. Yang satu keluar kamar, katanya mau ke kamar sebelah, yang satu lagi mendadak mandi. Intinya saya sendiri yang siap mau tidur.

Tiba-tiba, pas sudah mau merem, terdengar ketukan pintu didepan kamar saya. Ah males banget deh aslinya, soalnya kan sudah PW (posisi wenak) banget itu. Akhirnya ya sudahlah saya buka pintunya..dan..

“HAPPY BIRTHDAAAAYY..!! <:-P, seru semua teman di depan kamar saya.

Satu pan pizza ukuran besar ada di depan saya. Saya pun diberi mahkota balon khas ala Pizza H*t & ketigapuluh sembilan teman saya lengkap menyanyikan lagu Happy Birthday lagi buat saya. Wow, lagi-lagi saya surprise banget <;D. Nggak nyangka mereka menyempatkan untuk merencanakan sebuah kejutan manis buat saya.

Makasih buat kejutan indahnya ya teman-teman. Makasih juga buat doanya. Semoga hal baik yang sama juga buat kalian semua ya.. Yang jelas, kenyang sekali saya malam itu. Sumpah ;))

Love you all, guys.. :*. Lagu favorit saya ini buat kalian yah.. šŸ˜‰

[devieriana]

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Makanya, Jadi Orang Yang Sabar!

Sore ini seperti biasa saya dan sahabat saya pulang kantor menyusuri jalanan Thamrin, Sudirman dan sekitarnya menuju Gatot Subroto. Seperti biasa pula yang namanya macet nggak mungkin bisa dihindari, apalagi menjelang long weekend seperti sekarang ini. Semua orang pasti pikirannya sama, ingin lebih cepat sampai dirumah. Ya iyalah kapan lagi bisa kumpul lebih lama dengan keluarga apalagi besok libur. Ya kan? šŸ™‚

Nah, seperti biasanya pula kami selalu ada “ritual” pilih jalur ketika akan memasuki daerah Sudirman. Ya kan pilih jalur yang nggak terlalu macet, biar lebih cepat sampainya. Dan herannya, ko ya selalu salah ;)) . Feeling kalau jalur sebelah kiri bakal lebih sepi & lebih cepat ternyata kena macet-macetnya bis yang segede-gede gaban itu. Pas ngira kalau jalur kanan jauh lebih sepi, eh malah kena sistem buka-tutup jalur sama polisi, yang bukanya lamaa banget. Alhasil kita stuck di jalan juga kan? Jadi ya begitulah, sama aja kayanya

Sore inipun kami menjalani “ritual pilih jalur” dan kali ini kami memilih jalur kanan. Apakah pilihan kami sore ini benar? Oh tentu, Maria! Tentu tidak! Karena pas kita lihat dijalur kiri jalanan begitu lengang, kendaraan dengan kecepatan sedang melaju dengan santai. Dengan hiperbola kami membayangkan mereka melambaikan tangan sambil daddah-dadah pada kami berdua. Coba bandingkan dengan kami yang jejeritan nggak jelas karena lagi-lagi salah pilih jalur & terpaksa harus berhenti ditempat. Sampai akhirnya ketika jalan merambat menimbulkan ide untuk pindah ke jalur kiri yang lebih lengang, menuju ke arah Plaza Semanggi. Berhubung memang tampak lengang sekali, maka pindahlah kita kesana. Tapi kita tidak tahu kalau sebenarnya disisi jalanan itu, diujung sana tepatnya, sedang macet-macetnya! Dan yak, bagus.. kita gantian terkurung dalam kemacetan di sisi lainnya.. :((

Kesel? Jelas. Gondok? Pasti. Lha wong niatnya pindah jalur biar nggak kena macet, ini malah nggak bisa gerak. Seolah-olah mencari kemacetan yang lain gitu.Ya bagus deh ~X( . Tapi justru disitu kita jadi menertawakan diri sendiri. Andai kita tadi sabar buat menunggu jalanan terbuka, pasti kita nggak akan malah stuck ditengah jalan kaya begini, dihimpit, bis dan mobil-mobil (iyalah, masa dihimpit sama ongol-ongol?). Tapi ya itulah, kan tadi kita yang milih sendiri, jadi ya tanggung resikonyalah ya ;)) .

Yang biasanya waktu tempuh sekitar 30 menit sampai ke Gatot Subroto, kali ini hampir satu jam. Tapi ada yang lucu pas kita sudah hampir berhasil melewati kemacetan dan mulai masuk kawasan Gatot Subroto (depan Plaza Semanggi), mendadak mobil hitam yang kami naiki dihentikan oleh seorang petugas polisi. Aduh, iya.. masih jamnya three in one yah? Padahal kita biasanya lempeng aja lho jam segitu, nggak pakai acara cegat-cegatan begitu. Ah, ya sudahlah, kita minggir dulu yah..


PolisiĀ  :
“Selamat sore, ..”
TemanĀ  : “Selamat sore pak. Ada apa ya?” *(sok) polos*
PolisiĀ  : “mohon maaf ada berapa orang dalam mobil?”
*sambil melongok ke dalam mobil* .

Eh, sumpah ya, kita pengen boneka ayam-ayaman di jok belakang itu mendadak hidup dan duduk manis terus senyum sambil benerin kacamata sama polisi itu. Biar kita nggak ditilang karena jumlahnya kan udah 3 orang.
PolisiĀ  : “cuma berdua ya bu? Boleh saya lihat kelengkapan surat-suratnya?”
TemanĀ  : “oh, boleh pak.. Emang jam berapa sih three in one-nya pak? Bukannya mulai setengah lima?”
PolisiĀ  : “iya bu, memang benar ini kan sudah jam lima kurang seperempat..”
TemanĀ  : “lho, bukannya mulainya setengah lima?”, tanya temen saya ngotot sambil buka dompet.

Nggak nyadar apa sama pertanyaannya barusan. Ini udah jam lima kurang seperempat Neng, three in one itu mulainya setengah lima. Ya jelas kita kenalah.. ;))


PolisiĀ  : “iya bu, ini sudah jam setengah lima lebih, jadi ya sudah mulai yah.. Bisa minta tolong mobilnya dipinggirkan?”
TemanĀ  : “oh iya ya? Udah setengah lima ya? “, dia terkekeh sendiri.

Tuh kan, lola jangan dipelihara dong ah.. *plaak!*

Sementara teman saya turun, saya lihat dari dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka berdua. Eh, tapi kok saya, dia, dan bapak polisi itu jadi cengengesan ya? Kalau saya sih geli aja melihat ekspresi teman saya sama polisinya. Tapi kalau temen saya sama polisinya ngapain coba? Saya lamat-lamat mendengar percakapan mereka dari balik kaca yang sudah saya buka.

PolisiĀ  : “iya ini tilangnya 500 ribu ya bu..”
Teman : “oh gitu ya pak? Wah, saya bener-bener nggak tahu pak. Biasanya saya bertiga, kali ini aja saya cuma berdua.. Aduh, maaf ya pak..”
PolisiĀ  : ” Baik,Ā  ibu rumahnya dimana?”
TemanĀ  : “saya di Halim, Pak..”
PolisiĀ  : “Lho, ibu istrinya anggota?”
TemanĀ  : “iya..”
PolisiĀ  : “Polri atau TNI?”
TemanĀ  : “TNI, pak..”
PolisiĀ  : “yah, kenapa ibu nggak bilang dari tadi Kalau saya tahu ibu istrinya anggota, mana mungkin saya tilanglah bu..”
Teman : “lah ya masa saya mau pamer-pamer kalau saya istrinya anggota. Ya kalau memang saya salah ya tegur aja pak, nggak apa-apa. Nggak usah sungkan apakah saya istri anggota apa bukan.. ”
PolisiĀ  : “ya tapi saya yang nggak enaklah bu, masa istrinya anggota saya tilang juga..Ya sudah, silahkan dibawa kembali surat-suratnya. Salam buat bapak ya bu.. Hati-hati dijalan..”
TemanĀ  : “baik pak terimakasih sudah diingatkan..”

Ah, untung polisinya baik hati. Salam buat komandannya ya Pak.. ;))

Begitu kita jalan, kita berdua ngakak-ngakak. Menyadari kebloonan kita, keteledoran kita, ketidaksabaran kita. Tentu saja menertawakan dengan lega kejadian yang baru saja kita alami. Nggak jadi ditilang gitu lho #:-s. Kayanya si pak polisi itu juga sempat melirik foto di dompet teman saya, plus “ngeh” dengan kata-kata “Halim” yang identik dengan pangkalan Angkatan Udara.

Ah, ya.. sore yang unik. Tapi justru dari situ ada sebuah pesan moral yang bisa kita ambil. Jadi orang itu mbok ya yang sabar. Karena kalau saja tadinya kita sabar, bertahan di jalur kanan, pasti nggak akan kena macet berkali-kali gara-gara tergiur pindah jalur yang lebih sepi yang akhirnya macet-macet juga bahkan lebih parah :)) . Sering-sering lihat jam, apalagi kalau niat masuk jalur three in one dengan penumpang kurang dari 3 orang.. ;))

[devieriana]

gambar dari situ

Continue Reading

Aku kenal kamu bukan tadi siang kan?

Saya dulu pernah menulis tentang chemistry. Kali inipun saya masih berminat menulis tentang hal itu. Bukan apa-apa, masih suka merasa ajaib aja dengan fenomena ini sebenarnya. Karena bukan suatu hal yang mudah untuk bisa membaur, merasakan dan tune in dalam satu “garis frekuensi” dengan seseorang. Belum tentu orang yang dekat dengan kita itu memiliki gelombang yang sama dengan kita.

Ngomongin apa sih kok dari tadi tentang frekuensi, gelombang, tune in. Bukan tentang radio kan ya? Bukan.. Wong saya mau membahas tentang perasaan kok šŸ˜‰ . Saya sebenarnya termasuk orang yang nggak selalu mendapatkan chemistry dengan seseorang. Kalau pas sama gilanya bisa jadi celetukan-celetukan yang muncul bisa nyambung banget, tektoklah istilahnya. Tapi ada juga yang walaupun dia dekat dengan saya tapi belum tentu saya bisa merasakan apa yang dia rasakan saat itu juga, begitu juga sebaliknya. Ya maklum namanya juga bukan cenayang ya, makanya feelingnya masih suka salah-salah ;)) . Tapi saya punya 2 orang teman yangĀ  bisa merasakan apa yang dia rasakan, begitu juga sebaliknya. Satu laki, satu perempuan. Keduanya bisa tune in satu gelombang dengan saya.

Salah satunya saya kenal sekitar 3 tahun yang lalu. Frekuensi percakapan kami selama ini sebatas window chat, itupun juga tidak setiap hari. Kalau kebetulan dia lagi nggak sibuk, atau sebaliknya kita suka klik ketemu di dunia maya, nggak janjian lho. Kami terpisah jarak & benua, saya di Asia sedangkan dia di Eropa. Awalnya saya juga tidak pernah menyangka bahwa kita akan menjadi sahabat. Wong komunikasi aja waktu itu juga jarang-jarang. Tapi entah kenapa saya “nyambung” sekali dengan dia, begitu juga (mungkin) sebaliknya. Tanpa diminta dia ada ketika saya butuh teman ngobrol aatu sekedar curhat. Cling, tiba-tiba dia ada di YM, atau g-talk. Tanpa saya ceritapun dia seolah tahu kalau saya lagi sedih, not in the mood, BT atau lagi bahagia sekalipun. Ah, dia memang sakti.. Jangan-jangan dulu dia pernah jadi anak buahnya paranormal siapa gitu yang melakukan ritual di Gunung Kawi.. ;))

Sampai tadi siang ketika saya lagi BT banget (biasalah ya masalah hormonal, menjelang PMS kayanya), dia tiba-tiba bilang :

Teman : ” udah, jangan manyun gitu.. ” :p
Saya :Ā  ” siapa yang manyun, aku biasa aja kok” ~X(
Teman :Ā  “aku bisa lihat lhoo..” ;))

Mau tak mau saya jadi senyumlah ya, masalahnya kan aneh aja kalau dia sampai bisa liat saya monyong-monyong BT gitu, kan? šŸ˜•

TemanĀ  :Ā  “kamu lagi sedih ya? ”
Saya :Ā  “enggak, wong lagi becanda-becanda kok..” :^o
TemanĀ  :Ā  “ah, enggak, kamu lagi nggak lagi becanda. Kamu kenapa?” :-w
SayaĀ  :Ā  ” kok kamu bisa tahu aku lagi sedih atau mood jelek? ”
TemanĀ  :Ā  “aku ngerasa aja.. Aku kenal kamu bukan tadi siang kan?”
SayaĀ  :Ā  “iya.. ”
TemanĀ  :Ā  “makanya aku bisa ngerasa kalau kamu ada apa-apa..”

Wah, saya harus seneng apa takut ya kalau punya temen yang bisa tahu apa yang saya rasakan? :D. Gak denk becanda. Saya justru senenglah punya temen yang bisa mengerti saya. Tahu sifat-sifat saya dari yang baiknya sampai yang buruknya. Yang ada di pikiran saya nggak selalu dia tahu sih >:) , tapi kalau ngerasa sih iya.

Kalau yang pernah saya baca sih bilangnya beginiĀ  :

” Chemistry is a connection, a bond or common feeling between two people. It starts very early in a friendship/relationship. Positive or negative chemistry is often one of the first feelings two people have about each other. It can be verbal or nonverbal, conscious or unconsciousā€”yes, just like you were hit over the head with it! “

To my dear friends, thanks for the chemistry we build. Love that!Ā  >:D<

[devieriana]

Continue Reading

Ketika Dia Berpulang

Sore tadi, ketika saya sedang sibuk menempelkan post it di masing-masing PC anak-anak buah saya karena nanti malam akan ada eksekusi penggantian PC & harus sibuk koordinasi dengan para IT di lantai 9, mendadak mata saya menangkap gerakan ketika salah satu anak buah saya mengusap airmata di sudut kubikelnya. Dia salah satu anak buah saya yang baru saja kehilangan ibunya beberapa hari yang lalu. Dalam bulan ini ada dua orang yang kehilangan orangtuanya dalam waktu yang berdekatan, selisih satu minggu, semuanya karena sakit menahun.

Ketika saya dekati, dia sedang menatap wallpaper PC-nya yang bergambar ibunya ketika masih sehat, berfoto bersama kakak perempuannya..

Saya : “kamu kenapa? Kangen sama ibu ya?”
TemanĀ  : “iya Mbak.. Rasanya rumah sekarang sepi banget. Tinggal saya sama adik saya aja.. Bapak di rumah kakak..”
SayaĀ  : *tercekat, nggak bisa ngomong*
TemanĀ  : “biasanya kalau sore gini pasti saya udah ditelpon, ditanya, pulang jam berapa? pengen dimasakin apa? Sekarang udah nggak ada yang tanya kaya gitu Mbak..”
SayaĀ  : *pengen nangis*
TemanĀ  : “rumah juga kaya kehilangan nyawa sejak Ibu nggak ada.. ”
SayaĀ  : ” Aku ngerti kok dear.. Ya namanya juga kejadiannya masih baru berapa hari.. Yang namanya kehilangan ya pasti masih berasa bangetlah. Namanya juga masih baru. Coba sementara ke rumah kakak aja gimana? Biar kalian nggak sepi, kalau orang jawa bilang biar nggak nglangut, ngelamun, sedih terus-terusan, mikir yang enggak-enggak. Semua pasti ada waktunya. Ibu dipanggil duluan sama Allah.. Diikhlasin aja say. Didoain. Biar Ibu juga tenang.. “, ujar saya (sok) tegar, padahal aslinya udah pengen nangisĀ  šŸ˜„Ā  .

Trenyuh itu pasti. Saya tahu & pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan sosok terdekat dengan kita, walaupun bukan orangtua, melainkan anak. saya melihat dia tengah menyusut airmatanya secara sembunyi-sembunyi. Bibirnya setengah bergetar menahan tangis. Sejenak saya tertegun melihat pemandangan di sudut ruangan. Ah, saya jadi ikutan mellow melihat dia.

Kalau ingat betapa isengnya dia kalau dikantor, betapa jahilnya dia sama temannya, betapa dia sering membuat jengkel teman-teman lainnya. Toh tetap saja ketika dia berada dalam titik terendah dalam hidupnya, ditinggalkan oleh ibunya, tentu akan sangat menyedihkan. Iyalah, sosok orangtua, terutama ibu tidak akan pernah tergantikan. Dia ibarat “nyawa” dalam sebuah keluarga.

Tanpa mengesampingkan arti & keberadaan seorang ayah, seringkali ketika saya bertandang ke rumah teman yang kebetulan salah satu orangtuanya sudah meninggal ada rasa atau aura yang berbeda ketika saya berkunjung ke rumah teman yang ibunya sudah meninggal, atau ayahnya yang sudah meninggal. Entah ini cuma perasaan saya saja atau memang begitu adanya ya. Ketika ada di rumah yang ayahnya sudah meninggal, saya masih merasakan adanya “kehidupan” disana. Masih ada rasa hangat dalam rumah itu. Berbeda ketika saya berkunjung ke rumah yang ibunya sudah meninggal, tinggal ayahnya saja. Yang saya rasakan hangat sih, namun “kering”. Gimana ngomongnya ya. Ya begitulah, sulit mengungkapkannya. Subjektifkah saya? Entah ya..

Jangankan ditinggal untuk selama-lamanya, ibu kita pergi beberapa waktu saja, rumah sudah seperti ada yang hilang. Pernah dulu Papa saya bilang,

” Kamu nanti harus bisa seperti Mama. Mamamu itu serba bisa, gesit & luwes. Bisa mengurus & menghidupkan rumah. Coba lihat ketika Mamamu pergi beberapa hari aja, rumah rasanya sepi & garing banget. Dulu, waktu kamu masih kecil, Mama tinggal bentar aja udah berantakan kamu acak-acakin..”

Sampai sebegitu hidupnya suasana rumah ketika seorang ibu masih ada. Dia bukan hanya roh sebuah tapi juga oksigen bagi keluarganya. Tanpanya kita hampa. Bukan berarti tanpa ayah kita juga fine-fine aja ya. Keduanya adalah sepasang roh yang saling menghidupkan keluarga.

Buat para perempuan yang sudah pernah melahirkan pasti tahu bagaimana sakit & lelahnya melahirkan. Buat para pria yang kebetulan mendampingi saat persalinan sang istri pasti juga bisa merasakan sakit & perjuangan sang istri ketika melahirkan sang buah hati, bukan? Seringkali kita bilang, “aduh, Mama tuh orangnya cerewet, selalu begini, begitu. Nggak boleh ini, nggak boleh itu. Begini salah, begitu salah. Pokoknya cerewet bangetlah. Sebel gue..”. Pernah kan? . Tapi coba deh, kalau cerewetnya hilang aja sehari, seperti ada hal yang kita kangenin. Iya nggak? :mrgreen:

Jujur, saya paling dekat sama Mama. Ibu, kakak, sekaligus teman yang setia. Pas dulu belum punya pacar kemana-mana perginya lebih comfort sama Mama, mungkin karena sama-sama perempuan, sifat & seleranya sama šŸ˜€ . Siapa bilang saya nggak sebel kalau Mama saya cerewet? Normal, pasti sebel. Kayanya, cerewet itu sudah identik sama ibu-ibu deh :mrgreen:. Tapi pernah suatu ketika Mama saya sakit, sampai menyebabkan saya harus menghandle semua pekerjaan rumah. Baru deh ngerasa ternyata begini tho beratnya jadi seorang mama. Ketika Papa kerja mulai jam 08.00 – 17.00, Mama sudah bangun mulai subuh & baru tidur ketika kami semua hampir terlelap.

A man’s work is from sun to sun, but a mother’s work is never done..

Berbahagialah kita yang masih mempunyai orangtua lengkap & masih sehat. Jaga & kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kita sewaktu kita masih kecil. Ah, jadi kangen banget sama mama & papa saya nih..Ā  šŸ™

gambar dari sini

Continue Reading

Besarnya Arti Sebuah Penghargaan

Posting ini sebenarnya adalah repost dari notes di facebook saya. Nggak ada niatan mau repost disini karena orang yang saya bahas disini pasti baca.. hahahaha. Makanya biar dia nggak GR saya posting di situs sebelah aja, itu awal pertimbangannya. Nggak taunya dia akhirnya tahu juga gara-gara ada postingan tentang dia di situs sebelahnya lagi (ceritanya situs kita kan kaya komplek gitu, tetanggaan šŸ˜€ ) & berhubung dianya penasaran pengen tahu seperti apa notes saya itu, akhirnya ya sudahlah saya repost disini.. :D. Ya Saya kopas persis tanpa ada yang saya ubah. Utang saya lunas lhoĀ Ā šŸ˜€

—–

Lama juga saya nggak bikin notes ya.. Bukan apa-apa, saya kalau udah nulis tuh cenderung panjang, dan toh isinyapun copy paste dengan blog saya. Jadi daripada double tulis sana-sini ya sudah saya tulis di blog dulu baru saya link disini :D. Intinya, agak males nulis dua kali. Itu aja sih..

Well, saya (tumben) gak mau nulis panjang-panjang.. Cuma terharu pas baca salah satu komen dari seorang follower blog say. Ketika saya bercerita bahwa sebenarnya blog saya itu isinya gak seberapa penting. Saya hanya menulis apa yang saya suka, saya mau, menarik perhatian saya, & sebatas apa yang saya tahu. Mungkin cenderung ringan, dangkal & nggak semuanya berguna buat orang lain.

Tapi ternyata dia memberi comment yang cukup mengharukan buat saya siang kemarin..

” just keep writingā€¦ akan selalu ada hal yg bisa diambil dari tulisanmuā€¦ tergantung yg membaca siapaā€¦
Dulu waktu SD, ujian bahasa Indonesia yg salah satunya mengarang itu, pernah waktu itu temanya aku dan citaā€kuā€¦ saking tak pandainya saya mengarang, saya bikin aja kalo saya bercita-cita jadi pahlawan pembela kebenaranā€¦ ditertawakanā€¦
Dan untuk itulah saya menulis, untuk membuat (setidaknya) beberapa orang tertawaā€¦
just keep writing, saya akan membacanya..”

Kalimat terakhirnya itulah yang membuat airmata langsung mengembung di pelupuk mata saya.. Again, betapa sebuah penghargaan sekecil apapun itu, ternyata sangat besar artinya buat orang lain..

Thanks, Bang.. šŸ™‚

Jakarta, 26 Agustus 2009, pukul 05.15 wib

———-
Ā Kalau mau tahu siapa orang yang saya maksud ini, tar juga dia komen sendiri, :))… šŸ˜€

[devieriana]

Continue Reading