Kenapa harus horor?

Dari jaman saya kecil sampai sekarang, saya itu termasuk orang yang takut sama hal-hal serem. Dulu, jangankan nonton film horor yang jelas-jelas mengandung hantu, lihat serial Unyil pas adegan hutan lindung aja saya sudah deg-degan, takut tiba-tiba keluar nenek sihir atau makhluk hutan yang menakutkan lainnya. Itulah kenapa saya sangat antipati sama film horor, yang sebagian besar syutingnya hampir selalu dilakukan di malam hari, gambar dengan aura suram, gelap, ditambah sound effect yang bikin merinding. Iya karena saya memang penakut X_X. Kalaupun misalnya ada acara nonton gratis tapi kalau filmnya film horor saya pasti akan dengan sukacita menolaknya. Jangankan nonton yang berbayar, di TV aja jaman-jaman ada acara uji nyali atau acara setan on tv show aja saya sudah pasti ganti chanel.. walaupun seringnya penasaran pengen tahu peserta uji nyalinya berhasil sampai finish nggak, atau ada penampakan sesuatu nggak disana.. ;))

Beda sama adik saya yang nomor 2, kalau soal nonton film horor dia jagonya, walaupun itu malam hari dan harus nonton sendirian. Kalau saya sih, makasih deh. Pernah saya terbangun karena pengen pipis, eh lihat dia lagi anteng nonton film Shutter , ngakunya sih sempat kaget pas lihat saya tahu-tahu seliweran lewat, karena mungkin dia lagi tegang-tegangnya ya ;)). Duh, emang muka saya mirip sama setan ya? :|. Dulu sempat tanya ke adik saya itu, kenapa dia berani nonton film horor, dengan ringan dia menjawab :


“halah, kan disitu ada sutradaranya, Mbak. Itu semua bikinan manusia..”

Iya tahu kalau disitu ada sutradaranya, saya juga tahu kalau yang syuting itu artis semua, saya juga tahu kalau mereka didandani sedemikian rupa oleh make up artist-nya sehingga mirip makhluk-makhluk menyeramkan sesuai lakon di skenario itu. Tapi kan pas adegan itu diambil, kru yang ada dibelakang layar nggak ikut disorot. Nggak mungkin dong pas lagi adegan suster ngesot pas lagi ngesot serem-seremnya eh sutradaranya lewat sambil bawa gorengan atau make up artist-nya mendadak benerin bedak lantaran muka si suster terlihat masih kurang pucat.

Sering bertanya-tanya sendiri, bukankah seharusnya menonton itu jadi kegiatan yang menghibur & bersifat rekreasi ya. Tapi kenapa “hiburannya” harus berupa hal yang menakutkan? Bukankah malah jadi stress? Kalau dalam keadaan ketakutan begitu lalu dimana letak menghiburnya ya? 😕 . Sempat berpikir, kenapa ya orang-orang suka menonton film horor? Rela larut dalam suasana yang menakutkan, tegang, deg-degan, dan teror. Untuk pertama kalinya saya sengaja menonton yang jenisnya thriller (atau horor supernatural?) Final Destination 4 (buat saya film jenis thriller ini termasuk kategori “horor”, film teror). Pulang jam 11 malam sambil paranoid sendiri (walaupun nontonnya sama hubby). Selama menuju parkiran lihat tukang yang lagi ngelas benerin atap mall, saya paranoid. Lihat tangga besi yang lagi disandarkan di tembok, saya juga paranoid. Parno kalau tiba-tiba alat las atau tangganya jatuh menimpa dan mencederai orang yang lewat. Berlebihan ya? Emang! 😐

Kalau kejadian mengalami langsung sih nggak pernah minta, amit-amit jangan sampai yaa.. :-s. Walaupun kayanya sih pernah pas di rumah Budhe saya yang di Malang itu, kan rumahnya memang agak spooky (spooky itu bukan merk motor matic lho ya). Pernah merasa ada yang sedang lari dengan nafas ngos-ngosan di kamar saya ketika saya sedang tidur, dan itu dekat sekali dengan telinga saya. Kayanya lho ya. Padahal kamar saya di rumah Budhe itu bukan fitness centre, seharusnya nggak ada yang olahraga malem-malem kan ya? *ngusap tengkuk*. Halah, ini kok malah cerita horor beneran. Filmnya, filmnyaaa!

Iseng saya tanya sama beberapa teman yang suka nonton film horor, beberapa alasannya :
1. menonton film horor itu mengandung adrenalin rush, ada ketegangan yang ingin ditaklukkan
2. penasaran, kali ini setannya berbentuk apa ;))
3. penasaran nanti endingnya bagaimana, setannya yang mati atau lakonnya yang mati
4. ceritanya seseram gambar di posternya nggak, atau barangkali ada “bumbu-bumbu” erotismenya (u kate acara memasak pake bumbu?). Kalau yang ini pasti sukanya sama film horor Indonesia deh 😐

Kalau kata seorang psikolog, kenapa manusia suka film horor : “sebenarnya manusia menyukai perasaan ketakutan, bahkan mencari perasaan tersebut, karena mereka sadar tidak sedang berada dalam bahaya yang sesungguhnya”. Iya juga sih, kita sengaja memberanikan diri nonton film horor tapi kan di bioskop, coba kalau sengaja mencari penampakan sendirian, tengah malam, trus ketemu beneran sama hantunya. Belum tentu berani juga kali ya :-s.

Kalau kalian suka film horor nggak?

[devieriana]

Continue Reading

Amazing Sam Tsui!

Sebenarnya sudah lama saya ingin menuliskan profil penyanyi yang satu ini. Penyanyi muda favorit saya yang saya yakin belum banyak orang yang tahu padahal kualitas vokalnya nggak kalah dengan penyanyi-penyanyi senior, range suaranya lebar dan satu lagi.. Justin Bieber mah lewat ;)). Ah, kerenlah pokoknya. Dialah Sam Tsui! \:D/

Pertama kali saya “kenal” dia secara tidak sengaja sekitar pertengahan tahun lalu ketika saya iseng cari video musik acapella di youtube. Padahal niat awalnya cuma mau searching Neri Per Caso, pengen tahu album barunya apa, eh malah kesasar ke Owl City dan akhirnya ke Sam Tsui. Tapi justru dari situlah mata saya jadi terbuka bahwa di luar sana ada banyak sekali orang berkualitas dengan bakat luar biasa yang tidak banyak orang yang tahu. Bahkan ada banyak penyanyi cover version yang kualitasnya bagus tapi belum diajak rekaman oleh major label.

Samuel Tsui adalah salah satunya penyanyi cover version yang punya kualitas bagus. Seorang mahasiswa keturunan China Amerika yang berkuliah di Yale University mengambil jurusan Bahasa Yunani. Mengawali karirnya sebagai seorang penyanyi cover version di youtube bekerja sama dengan sahabatnya Kurt Hugo Schneider, seorang produser muda bertangan dingin dan terkenal sangat kreatif :-bd. Secara berkala mereka berdua mengunggah video hasil kerjasama mereka di youtube, biasanya Sam yang menyanyi, Kurt yang jadi komposernya. Karena konsistensi dan kreativitas merekalah akhirnya Sam Tsui & Kurt Hugo Schneider mulai banyak dikenal banyak orang. Kreatifitas  Kurt mengolah nada & video digabung dengan suara Sam yang luar biasa membuat mereka ibarat botol yang ketemu tutupnya. Tak jarang Kurt mengolah 2 lagu yang berbeda menjadi medley lagu baru, dan Sam Tsui menyanyikannya dalam beberapa nada berbeda yang sahut menyahut sehingga seolah-olah yang menyanyi lebih dari satu orang. Seperti lagu berikut ini :

Love The Way You Lie – Mashup :

atau Nothing On You & Soul Sister :

Video yang diupload pun bukan sekedar video rekaman biasa, melainkan telah melalui serangkaian proses editing yang sophisticated hingga dianggap layak ditampilkan didepan publik. Seperti kedua video hasil kreatifitas Sam Tsui dan Kurt Hugo Schneider berikut ini :

Fireflies

Just A Dream (feat. Christina Grimmie)

Tak bisa dipungkiri bahwa youtube memang telah menjadi salah satu sarana untuk mempopulerkan diri. Terbukti sudah jutaan orang mengunggah video mereka di youtube tapi hanya yang memiliki kualitas saja yang akan langgeng dikenal orang. Jadi, untuk menjadi terkenal dan tidak mudah dilupakan orang kita butuh kreatifitas, berani tampil beda, dan punya kualitas :-bd.

Ya seperti biasa ini teori sok tau ala saya.. :-”

[devieriana]

gambar dari sini

Continue Reading

Yiruma : Romantic Melody

Yiruma, sebuah nama yang mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian dari kita ya? Tapi siapa sangka kalau sebenarnya dia sudah cukup dikenal di luar sana. Kepiawaiannya mengolah nada menjadi sebuah alunan musik yang cantik membuat namanya melambung & album garapannya terjual laris manis di benua Asia, Amerika dan Eropa.

Yiruma adalah seorang komposer muda lulusan The Purcell School of Music, London. Lahir di Korea, tanggal 15 Feb 1978. Pernah memiliki kewarganegaraan ganda, UK dan Korea, tapi akhirnya sih memilih jadi warga negara Korea. Yiruma sudah mulai bermain piano sejak usia 5 tahun. Bayangkan 5 tahun sudah pinter main piano, saya dulu usia segitu masih mainan karet gelang, bekel, sama congklak.. ;)).

Lagu-lagu ciptaannya sangat melodius, peaceful & romantis. Di youtube hampir semua videonya sudah dilihat oleh lebih dari 2 juta sampai 6 juta orang. Tak heran kalau banyak yang kagum, permainan pianonya yang terkesan biasa saja tapi ternyata sangat menakjubkan. Nggak neko-neko tapi menenangkan banget, karena dia memainkan musik dengan hatinya.

Coba saja dengarkan saja lagu yang satu ini, Love Me :

atau River Flows In You :

Saya langsung jatuh cinta ketika mendengarkan lagu-laguya untuk pertama kali. Jatuh cinta sama gaya bermusiknya yang sederhana tapi indah itu. Ah selera saya memang gado-gado banget sih, nggak ada patokan saya senengnya sama musik apa. Seperti yang pernah saya ceritakan disini. Walaupun selera musik yang saya suka itu sebenarnya yang semi rock macam David Cook – Always Be My Baby, Incubus – Drive, atau musik-musik macam yang jadi OST-nya Smallville dan musik-musik sejenis mereka gitulah, ngerti maksud saya kan? ;). Pokoknya yang nggak yang perempuan-perempuan banget gitu. Tapi nggak menutup kemungkinan kalau nantinya ada jenis musik yang terdengar catchy kayanya saya bakal suka juga *plin-plan* :)) . Intinya sih nggak menutup kemungkinan berbagai genre musik kecuali underground, soalnya nggak ngerti sama musik & bahasanya.

Jadi baiklah, selamat menikmati keindahan musik Yiruma. Mumpung lagi hujan deres diluar. Monggo kalau mau nyakar-nyakar jendela biar semakin menjiwai lagu ini. Saya mau ngemsi dulu di Sekretariat Militer, ada acara pelantikan di gedung sebelah *dadah-dadah* Begini ini kalau ide posting datangnya tiba-tiba, daripada ide terlanjur hilang & terserang males lagi mending saya posting duluan 😀 —-> jangan ditiru ya, harusnya kerja dulu baru ngeblog. Ini ngeblog dulu baru kerja. Heyyaaahh! \m/

[devieriana]

gambar pinjam dari sini

Continue Reading

The Backup Plan

Malam minggu ini terpaksa saya harus menghabiskannya sendiri karena si hubby keluar kota sampai dengan hari Senin. Tadinya sih rencana mau jalan sendiri kemana gitu ya, tapi berhubung mendung & hawanya kok lebih enak buat dirumah jadi ya akhirnya dirumah aja.

Kebetulan beberapa hari yang lalu sengaja beli 3 dvd buat di tonton di akhir pekan jadilah saya tonton film itu sendiri. Oh ya, film yang saya tonton malam ini adalah The Back Up Plan yang dibintangi oleh Jennifer Lopez & Alex O’Loughlin. Film yang rilis sekitar bulan April ini bergenre komedi romantis, kesukaan saya ;). Sepanjang film ini saya ngikik-ngikik sendiri & komentar-komentar sendiri, ya karena saya emang nonton sendiri. Poor me huh, no? 😕 ;))

Cerita ini dibuka oleh Zoe (Jennifer Lopez) yang sedang berada di dokter untuk melakukan inseminasi buatan. What? Serius? Ya, dia memang sangat mendambakan hadirnya keturunan walaupun harus tanpa melalui hubungan pernikahan. Ternyata bukan hal yang mudah untuk mencari pria yang tepat untuk dinikahi sekalipun sudah mencoba berkali-kali. Di tengah keputusasaannya itulah  Zoe memutuskan untuk segera mencari cara lain atau dia tidak akan memiliki keturunan seperti yang dia inginkan.

Namun ironisnya ditengah program kehamilan buatan yang dia lalui itu dia bertemu dengan Stan (Alex O’Loughlin) saat berebut taksi, pria yang bisa jadi sudah ditunggunya selama ini. Dari sinilah cerita ini dibangun. Saat mereka mulai memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius, Zoe terjebak diantara rencana kehamilannya dan hubungan cinta yang dia cari selama ini. Apalagi ketika tes kehamilan menunjukkan dia positif hamil. Makin bingung antara bahagia & dilema untuk mengatakan ini pada Stan, kekasihnya.

Ketika Stan diberi tahu tentang kehamilan Zoe, tentu saja terkejut & sempat menuduh Zoe menipunya. Mereka sempat ragu antara meneruskan hubungan atau sampai disitu saja, alias putus. Namun toh akhirnya kebesaran hati Stan yang membuatnya mengerti bahwa bagaimanapun program kehamilan itu dilakukan tepat di hari pertemuan mereka & disaat yang tak pernah mereka rencanakan sebelumnya.

Banyak adegan lucu, absurd & bikin saya ketawa sendiri. Seperti misal adegan bulan-bulan pertama Zoe hamil & harus mengalami kesulitan ketika naik taksi. Adegan yang sukses bikin saya ngakak-ngakak sendiri. Lebay banget, sumpah :)). Atau adegan tengah malam saat Stan stress lalu ke dapur mau masak kaya orang lagi nggak sadar. Atau adegan water birth dengan berbagai ekspresi aktor-aktornya yang super kocak. Atau adegan pingsannya Stan ketika mengetahui bahwa bayi yang dikandung Zoe bukan hanya satu tapi kembar :)). Atau adegan Zoe mencari kembali gulingnya bulukan miliknya yang sudah dibuang Stan ke sampah yang menurut saya..aduh please deh ya, ngapain coba ibu hamil, malem-malem terjun ke bak sampah cuma buat nyari guling buluk? Udah gitu, pas hamil tua aja masih bisa jalan pakai high heels. Kalau saya yang hamil mah udah saya pensiunkan  dulu high heels-high heels saya. That’s so absurd! :)). Masih banyak adegan lucu lainnya yang lebay ala Hollywood =))

Yang membuat film ini layak ditonton selain pengemasan ceritanya yang ringan & lucu, adalah.. hey saya suka banget sama make up & dandanan rambut Jennifer Lopez yang dalam beberapa scene film ini rambutnya digelung asal-asalan itu. Oh ya satu lagi, badannya J-Lo bikin iri mampus (iyalah, J-Lo gitu lho), plus soundtrack filmnya yang bagus-bagus :

1. What is Love? – Jennifer Lopez

2. Say Hey (I Love You) – Michael Franti & Spearhead

3. Fallin’ for You – Colbie Caillat

4. Disco Lies – Moby

5. A Beautiful Day – India.Arie

6. Key to My Heart – Jessica Jarrell

7. Crabbuckit – k-os

8. Bottles – VV Brown

9. You, Me & The Bourgeoisie – The Submarines

10. Let’s Finish (Sinden Remix) – Kudu

11. Day Dream (Title theme from The Backup Plan) – Stephen Trask

12. She Drives Me Crazy – Raney Shockne f/ Barbara Perry

13. What a Wonderful World – Raney Shockne F/ Barbara Perry

Jadi buat yang belum nonton selamat menonton ya 🙂

[devieriana]

Continue Reading

The Hurt Locker : Drama Perang Irak

Sebenarnya genre film perang tidak termasuk dalam genre film favorit saya. Pun halnya seperti film horor maupun thriller. Namun kadang dalam case tertentu selera saya mendadak improvisasi secara tiba-tiba, seperti halnya ketika saya yang biasa menonton film-film komedi romantis dan “tertantang” untuk menonton film Final Destination kapan hari yang full darah sana sini X_X . Saya memang suka angin-anginan kalau nonton film ;)) . Tapi belum pernah berani menantang diri sendiri untuk sengaja nonton film horor. Udah deh, makasih banyak, sudah kenyang.. X_X

Film The Hurt Locker atau yang jika diterjemahkan secara “bahasa perang” adalah danger zone bukan hanya ingin menyampaikan pesan tentang superioritas Amerika yang (seperti biasa) selalu ber-image superb. Namun ada sisi kemanusiaan lain yang ingin disampaikan oleh Kathryne Bigalow sang sutradara & Mark Boal sebagai penulis skenarionya. Memang sih menurut banyak orang film ini kental sekali dengan “arogansi” ala Amerika ketika melakukan ekspansi ke Irak beberapa tahun lalu dengan misi menumpas rezim Saddam Hussein yang dituduh (katanya) memiliki senjata pembunuh massal yang akan membahayakan umat manusia di dunia itu lho. Padahal sampai saat ini tidak terbukti sama sekali tuh mereka punya senjata itu. Jadi kesimpulan sementara, film ini menang karena berusaha memamerkan kepada dunia bahwa ada sisi positif militerisme Amerika di Irak? Err, nggak tahu juga denk.. *takut dikeplak*  :-s

Ada beberapa sudut pandang yang (semoga) membuka hati kita sebelum memberikan judgement film ini begini, begitu, dsb. Coba ya, dari sudut pandang orang Amerika pro George Bush dulu (karena perang ini kan salah satu akibat dari kebijakan Mr. Bush beberapa waktu yang lalu kan ya?). Buat mereka pasti ini adalah salah satu film yang membanggakan. Ya betapa tidak, gambar-gambar di dalamnya seolah ingin menunjukkan bahwa Amerika adalah negara yang penuh sisi kemanusiaan, siap berkorban nyawa untuk keselamatan manusia, yang digambarkan melalui sosok tiga manusia pemberani yang mempertaruhkan nyawanya di tengah ancaman bom yang bisa saja meledak sewaktu-waktu. Demi apa? Ya demi nyawa masyarakat sipil-lah.. :>

Dari sudut pandang keluarga tentara Amerika yang keluarganya berangkat dan gugur di medan laga. Pasti sedih banget. Film ini seolah membuka luka lama mereka, memutar kembali memori detik-detik kematian keluarga mereka dalam misi militer itu :((  *sedih*

Dari sudut pandang orang Irak, tentu juga sangat memilukan bila disuguhi dengan film ini. Perang, selalu saja identik dengan kehilangannya keluarga mereka. Bukan hanya dari keluarga militer, tapi juga rakyat sipil. Saya saja nangis waktu lihat adegan yang memperlihatkan seorang warga yang menghiba minta dibebaskan dari bom bunuh diri yang dililitkan dibadannya oleh seorang teroris dan akhirnya meledak  :(( . Disini sang lakon digambarkan sebagai seorang pragmatis ketimbang jagoan yang siap mengorbankan segalanya. Takut mati juga sebenernya. Tapi masih ingin mati dengan cara yang “layak” , seperti yang dibilang oleh sersan William James,  “There’s enough bang in there to blow us all to Jesus. If I’m gonna die, I want to die comfortable..”

Ah tapi sudahlah, kalau kita berkutat dengan opini masing-masing ya nggak akan pernah menjadikan film sebagai hiburan, malah debat kusir nantinya (saya sosok yang netral rupanya ya? ;)) ). Karena buat saya nonton itu ya buat hiburan, bukan buat menjadikannya perdebatan. Kalau buat saya yang penting ada nilai moral yang bisa diambil dari sebuah film. Mau ada nilai politisnya, mau ada khayalnya, mau ada ini itunya, buat saya nonton itu bagian dari meng-entertain diri. Itu aja sih. Ya yang beda pendapat sih monggo ya, masih dihalalkan lho.. ;). It’s a movie not a documentary..

Tagline film ini adalah : War is a drug. Kutipan dari buku War Is A Force That Gives Us Meaning ini menjadi pembukaan bagi The Hurt Locker. Heran? Sama seperti saya ketika berusaha menerjemahkan bagaimana mungkin sebuah pengalaman di tengah medan perang menjadi sesuatu yang diinginkan. Wah, pasti dia punya beberapa lembar nyawa kalau sampai bicara begitu. Karena buat saya, perang itu selalu saja menimbulkan efek traumatis, ketakutan, dan phobia bagi yang pernah terlibat didalamnya. Tapi di film yang dibintangi oleh Jeremy Renner, Anthony Mackie, Bryan Geraghty, dan Evangeline Lily ini berbeda. Berada dalam gabungan tim elit penjinak bom Amerika Serikat, Explosive Ordnance Disposal (EOD) dan bertugas di medan perang Irak, tempat yang layak disebut sebagai “hell on earth” sama saja artinya dengan mempertaruhkan nyawa kita setiap harinya. Hidup biasa-biasa saja di kota Baghdad bagi tentara Amerika sudah sangat berbahaya, apalagi masuk dalam regu penjinak bom? Arisan nyawa itu namanya. Hidup dalam medan dimana semua orang terlihat sebagai musuh dan setiap benda adalah bom mematikan.. :-ss

Hidup para tentara berubah saat atasan yang baru, Sersan William James ternyata mengabaikan semua prosedur untuk menjinakkan bom. Dia adalah seorang serdadu muda yang tampil mencuri perhatian para seniornya. Nekat mengambil alih usaha penjinakan salah satu bom paling berbahaya. Aksinya, langsung membuat kedua seniornya, Sanborn dan Eldridge kebat-kebit, ulahnya yang seenaknya itu tentu saja menimbulkan friksi, hingga salah seorang dari tentara ini berniat membunuhnya. Namun friksi internal itu mereda setelah sebuah peristiwa terjadi. Sikap James memang “tidak biasa”, cenderung nyeleneh dan berperilaku seolah-olah dia tak gentar dengan kematian, tapi justru itu yang membuat dia makin disegani. Bila yang lain takut, ia justru selalu merangsek maju. Menjinakkan lebih dari 873 bom selama karirnya, membuatnya selalu merasakan adanya ketegangan tersendiri yang hanya bisa ia puaskan apabila ia berhasil menonaktifkan bom itu. “War is a drug”.

Pertama kali saya lihat karakternya saya nyaris berpikir, “nih orang kayanya “sakit” deh”. Masa iya menjadikan ladang yang penuh dengan ranjau bom dimana-mana sebagai hal yang “menyenangkan”, medan perang yang justru buat dia “feels like home”. Sinting, pikir saya. Adrenaline junkie bener nih orang. Tapi setelah saya ikuti lagi ceritanya, ah ironic banget ternyata. Ada pertempuran batin & tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus berada dalam tiga pilihan yang sulit. Perang, misi sosial, dan kehidupan nyata sebagai suami/ayah dalam keluarganya.

Sosok karakter Jeremy Renner memang menjadi fokus utama dalam film ini, namun keberadaan Anthony Mackie dan Brian Geraghty juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Chemistry ketiganya dalam sebuah tim menghasilkan sebuah kolaborasi nyata yang terasa mengalir tanpa terkesan dibuat-buat. Keren sekali.. =D>

Efek yang ditampilkan di film ini terlihat sangat realistis. Untuk mendapatkan setting perang Irak yang “hidup”, film ini memilih tempat syuting di Yordania dan Kuwait, hanya beberapa kilometer dari perbatasan negara tersebut dengan Irak sehingga suasana perang benar-benar terasa, setelah sebelumnya dipindahkan dari Pangkalan Militer AS di Kuwait karena tidak mendapatkan ijin. Semua adegannya, mulai dari menonaktifkan bom sampai duel sniper, setiap adegan perang dalam film ini terasa mencekam. Keren sekali penyutradaraan wanita satu ini :-bd .

Sekali lagi terlepas dari opini positif-negatif dari film ini, pesan utama the Hurt Locker yang saya tangkap adalah :
1. Perang bisa menjadikan sebuah candu. Seorang tokoh pernah berkata, “syukurlah perang itu begitu mengerikan bila tidak, manusia akan lebih suka berperang”.
2. Tak peduli peralatan semodern apapun, tak peduli sehebat apapun dirimu, semuanya takkan bisa menyelamatkanmu bila maut memang mengancam dan menjemputmu dari setiap penjuru.


” You love playing with that. You love playing with all your stuffed animals. You love your Mommy, your Daddy. You love your pajamas. You love everything, don’t ya? Yea. But you know what, buddy? As you get older… some of the things you love might not seem so special anymore. Like your Jack-in-a-Box. Maybe you’ll realize it’s just a piece of tin and a stuffed animal. And then you forget the few things you really love. And by the time you get to my age, maybe it’s only one or two things. With me, I think it’s one..”


(Staff Sergeant William James, speaking to his son)

gambar dipinjam dari sini

[devieriana]

Continue Reading