Bisakah saya?

100_1399

 

 

Hari Jumat sebenarnya libur nasional, kecuali saya.. Sebenarnya pun saya libur hari itu tapi karena alasan kewajiban & pekerjaanlah yang membuat saya “terpaksa” harus masuk kantor. Kebetulan ada anggota team saya yang juga masuk, jadi sekalian menemanilah 🙁

 

Pulangnya, sebenarnya saya juga tidak ada rencana mau jalan. Ternyata suami mengajak ke Plaza Semanggi jadi ya sutralah saya meluncur ke arah Plangi dengan tujuan utama ke Gramedia, tempat favorit saya :). Setelah berkeliling mencari buku yang sesuai dengan kebutuhan saya & sebuah buku dongeng buat si kecil tetangga pavi saya, iseng saya menuju ke rak buku apa ya.. mmh.. bukunya sih tentang bahasa & sastra gitulah. Dari situ akhirnya membawa saya ke pertemuan dadakan dengan salah seorang teman penulis saya Safir Senduk & temannya. Lama ga ketemu membuat banyak hal yang diobrol & diobral.. hehehehe.. Makan-makan di Sky Dining Plangi membuat waktu bergulir begitu cepat, tak terasa pukul 23.00 wib.

 

Ada banyak hal yang kami berempat perbincangkan & tentu saja beberapa news update tentang saya & teman saya itu. Utamanya sih tentang menulis. Hobby yang tengah saya tekuni akhir-akhir ini. Kami berbincang tentang profil-profil orang yang awalnya bukan penulis, bukan pakar, tapi kenapa mereka banyak diburu media, tulisan-tulisannya banyak dicari orang? Alasannya sederhana, mereka memiliki skill menyampaikan informasi yang sederhana & mudah diterima oleh masyarakat, tidak terlalu menggunakan bahasa baku & istilah-istilah jargon, tapi cukup mengena.

 

Kita ambil contohnya Safir Senduk, seorang financial planner yang ternyata baru memperoleh sertifikat financial plannernya tahun 2008. Buat sebagian orang tidak peduli tentang sertifikat-sertifikatan itu karena yang mereka butuhkan adalah solusi yang mudah dimengerti & bisa mereka terapkan langsung. Atau dr. Sonia Wibisono, ternyata dia sebenarnya tidak memiliki semacam ijin praktek (CMIIW), tapi kenapa semua orang mencari dia sebagai narasumber produk-produk kesehatan? karena bisa jadi communication skill-nya bagus sehingga orang mudah mencerna penjelasannya, atau bisa jadi penampilannya juga mendukung untuk menjadi spoke person, dll.

 

Hmm.. kalau saya.. bisa ga ya kaya mereka?

🙂

 

 

Continue Reading

Be Proactive ..

Hari ini entah apa yang sedang terjadi dengan (lagi-lagi) sahabat saya. “Aura”-nya saya rasakan sedang dalam kondisi yang kurang nyaman, kurang semangat. Bisa saya rasakan dari cara berbincangnya, gaya bahasanya, saya kenal betul dengan karakternya. Sejenak saya mengkoreksi diri sendiri apakah saya sudah melakukan kesalahan.. Ya namanya manusia, kita kan ga pernah sengaja kalau kita sudah melakukan kesalahan terhadap orang lain.

 

Tapi jujur saya merasakan perubahan yang signifikan akhir-akhir ini terhadap sikap & moodnya dia. Gampang sekali up & down-nya. Kadang saya melihat ada persamaan sifat-sifat tertentu saya dengannya, hehehehhe.. Tapi kita mencoba untuk mengimbangi. Ketika saya down dia yang menyemangati saya, menghibur saya. Ketika dia down saya yang gantian menghibur, memberikan dia semangat, andai saya bisa carikan solusi saya akan coba carikan semampu saya. Baik banget kan saya? hehehehe.. 😀

 

Saya suka mengamati orang lain. Tanpa kita sadari saat kita melakukaan kesalahan dengan mudah kita menyalahkan orang lain/keadaan/lingkungan, emosi & mood  mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Jika lingkungan sedang tidak enak, kita jadi ikut terpengaruh tidak enak. Intinya kita yang dikontrol oleh mood, bukan kita yang mengkontrol mood. Mungkin saya juga pernah seperti itu (baca : sering) 😀

 

Saya pernah membaca & pernah berdiskusi dengan salah seorang sahabat saya yang lain mengenai buku fenomenal Steven Covey, 7 Habits of Highly Effective People. Poin perpoin kami diskusikan bersama. Dan, ternyata ada hal yang slapped me much.. Yaitu : poin pertama bahasan di buku itu : BE  PROACTIVE

 

Baiklah, sekedar mereview poin-poin dalam buku tersebut :

habit 1 – be proactive
This is the ability to control one’s environment, rather than have it control you, as is so often the case. Self determination, choice, and the power to decide response to stimulus, conditions and circumstances. –> ini nih yang bikin saya ketampar, saya yang suka menyalahkan keadaan, mood yang berubah-ubah karena menurut saya lingkungan sayalah yang salah sehingga mood saya sering berantakan. Moga-moga sekarang lebih berkurang dibanding sebelumnya.. 😀

habit 2 – begin with the end in mind
Covey calls this the habit of personal leadership – leading oneself that is, towards what you consider your aims. By developing the habit of concentrating on relevant activities you will build a platform to avoid distractions and become more productive and successful.

habit 3 – put first things first
Covey calls this the habit of personal management. This is about organising and implementing activities in line with the aims established in habit 2. Covey says that habit 2 is the first, or mental creation; habit 3 is the second, or physical creation.

habit 4 – think win-win
Covey calls this the habit of interpersonal leadership, necessary because achievements are largely dependent on co-operative efforts with others. He says that win-win is based on the assumption that there is plenty for everyone, and that success follows a co-operative approach more naturally than the confrontation of win-or-lose.

habit 5 – seek first to understand and then to be understood
One of the great maxims of the modern age. This is Covey’s habit of communication, and it’s extremely powerful. Covey helps to explain this in his simple analogy ‘diagnose before you prescribe’. Simple and effective, and essential for developing and maintaining positive relationships in all aspects of life. (lihat tentang the Johari Window –> Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari)

johariwindow

Keterangannya gini :

Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita,  yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang

Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.

Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.

habit 6 – synergize
Covey says this is the habit of creative co-operation – the principle that the whole is greater than the sum of its parts, which implicitly lays down the challenge to see the good and potential in the other person’s contribution.

habit 7 – sharpen the saw
This is the habit of self renewal, says Covey, and it necessarily surrounds all the other habits, enabling and encouraging them to happen and grow. Covey interprets the self into four parts: the spiritual, mental, physical and the social/emotional, which all need feeding and developing.

 

Nah, yang pengen saya garisbawahi adalah kebanyakan kita nih yang suka dikontrol oleh keadaan, kita yang dikontrol oleh lingkungan. Kalau ada yang kurang enak di hati nih, langsung ngaruh ke mood, emosi (heheh.. saya juga masih begitu, tapi lately saya belajar untuk ga gitu lagi kok.. 🙂   ).  Semoga tulisan ini dibaca oleh sahabat saya. Saya ga tahu masalah kamu apa, mungkin kamu sekarang ada di HIDDEN AREA. Ok, tapi tak apalah, saya coba pahami itu karena tidak semua hal saya boleh/perlu tahu kan? 🙂 . Jangan kelamaan BT-nya ya..  jadi gak asik tau ga?

 

Hope you’ll be fine soon ya.. 🙂

 

 

 

Continue Reading

Too Much Talking Day ..

tabber

 

Hari ini saya sebut “the too much talking day”.  Ga tau kenapa hari ini saya bawaannya pengen nyerepet melulu. Sejak pagi sampai dengan siang menjelang sore ini bawaannya ngomong melulu. Bukan kemauan saya juga, tapi memang ada hal yang membuat saya harus banyak bicara 🙁

 

Mulai kegiatan telpon menelepon bersama spv saya, menerangkan pencerahan cara kerja ke team saya, memberikan informasi cara kerja ke tetangga sebelah ruangan yang juga Quality Assurance, bargaining tentang penilaian buat team saya, berdebat & menyamakan persepsi dengan spv saya.. Beeuh, seperti rasanya kembali jadi trainer, sehingga harus sedikit mengalami radang tenggorokan..heheheh.. Sedikit berlebihan sepertinya ya.. tapi itulah yang saya alami sekarang. Kalau dulu tenggorokan saya tahan-tahan saja ketika harus online 8 jam menjadi callcentre officer. Sejak menjadi trainer yang juga harus tetap menjaga kualitas suara tetap prima malah jadi rawan terserang radang tenggorokan 🙁

 

Alhasil sekarang, ngomong agak banyakan dikit (a.k.a cerewet) langsung yang namanya radang tenggorokan nangkring dengan manisnya. Padahal sudah lama saya menghindari minum yang dingin-dingin. Males banget deh kalau sudah terserang radang tenggorokan, karena pasti saya jadi demam. Ga lucu banget sementara kerjaan bejibun, sayanya demam.. 🙁 . Moga-moga radangnya ga lama ya.. Nanti sore mau mampir ke Guardian beli vitamin C plus FG Troches.. Hopefully it works .. 

 

 

 

Continue Reading

For My Dear Friend ..

 

15hugs-07

 

 

Hari ini saya kembali berdialog dengan sahabat baik saya yang berada nun jauh disana, tepatnya curhat. Hope you’ll be fine soon, Dear.

 

Saya tahu, saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Sedih & kecewa itu pasti, karena ada hal yang berjalan tidak sesuai dengan rencana. Tapi itulah yang namanya pengorbanan, Dear. Ada kalanya untuk mendapatkan suatu hal yang baik kita perlu berkorban. Toh itu juga buat masa depan kalian juga. Ambil positifnya saja.

 

Tuhan sekarang sedang memberimu rezeki melalui cara-NYA, disyukuri saja. Sebagai imbalannya memang untuk sementara waktu kamu tidak bisa kembali ke Indonesia, pulang bertemu dengan keluargamu. Sedih, kangen, kecewa, marah, kesel, BT.. saya tahu itu. Itu reaksi normal & wajar ketika kita menerima hal baru yang tidak sesuai dengan harapan. Ingatlah, bahwa pekerjaan itu amanah, ibadah, jihad. Kamu saat ini tengah mencari rezeki sekuat tenaga untuk keluarga. Mereka pasti bangga sama kamu.. jangankan mereka, saya aja yang bukan keluarga bangga kok sama kamu.. Percaya deh, mereka juga sama kangennya sama kamu. Anak-anak & mamanya anak-anak juga pasti kangen sama kamu. Tapi insyaallah mereka ngerti kok kalau orang yang mereka sayangi belum bisa pulang saat ini.

 

Dijalani aja dulu ya Dear.. semoga semua yang kamu kerjakan barakallah.. Diberi kesempatan untuk bisa pulang secepatnya. Segala sesuatu kalau dibuat berat ya pasti berat, tapi kalau kita menjalaninya ikhlas, insyaallah semua akan terasa ringan..

 

.. Sabar ya dulu ya Dear..  

 

Continue Reading

Blurry ..

 

untitled

 

 

Siapa yang bener, siapa yang salah sama -sama ga jelas. Yang jelas, kemarin saya bengong karena harus mendengarkan perdebatan 2 pihak yang samasekali beda divisi dengan saya yang mengaku sama benarnya. Inti topiknya adalah masalah katering alias makanan. Yang 1 ngakunya sudah menyediakan sesuai dengan jumlah total karyawan yang makan di pantry, yang 1 lagi ngaku kalau tidak pernah kebagian makanan karena makanan selalu habis ketika mereka ber-13 mau makan.. Hmm.. (??! really?)

 

Sempet bingung juga karena setahu saya (karena saya baru saja mendarat dari pantry) makanan masih full & tidak ada indikasi makanan sudah habis karena petugas katering masih standby. Hyaaeeyyyalah, secara masih jam 12 an gitu, masih jam makan siang. Akhirnya setelah beradu argumentasi yang cukup emosional mendapat hasil akhir : mulai besok tgl 24 Maret 2009 tolong sediakan makan nasi dus aja untuk 13 porsi..  —> dengan nada esmosi tentunya..  🙁

 

Ya ampun, masalah makanan aja kok ya sampai jadi rame sih.. Entah dimana letak misunderstanding-nya. Semua pihak merasa merekalah yang paling benar, sama-sama menunjukkan arogansi. Saya sempat speechless ketika satu-persatu menceritakan kronologis dengan versi masing-masing. Entah siapa yang benar, siapa yang salah.. Yang jelas buat saya semuanya tidak ada yang benar, tidak ada yang salah..

 

Belum ada titik temu. Yang ada adalah perang dingin yang entah samapai kapan bisa mencair.

 

Beda persepsi, beda anggapan, beda pendapat, beda argumentasi, beda penerimaan. Itu yang saya lihat dari 2 pihak yang sedang berselisih ini. Tidak ada 1 pun yang mau mengalah. Kalaupun ada yang mengalah menuruti menyediakan makanan dalam kotak (bukan prasmanan) ya lebih ke emosi juga.

 

Saya sendiri bukan salah satu pihak yang berselisih. Kebetulan saya kenal dengan mereka, mereka tahu saya, & saya leader disini sehingga mereka merasa bahwa saya adalah pihak yang bisa dicurhati.. Hikss.. Kenapa saya jadi terbawa-bawa sih? 🙁

 

Ya sudah, kesimpulannya : makan dalam dus, bukan prasmanan dengan batas waktu yang belum bisa ditentukan.

 

Ayolah temans.. ini cuma kesalahpahaman.. Jika kalian mau bertemu, jika kalian mau berunding, saya mau kok jadi mediatornya. Jangan perang dingin seperti ini ah.. Selain ga enak diliat, juga ga enak didenger sama pihak lain.. Masa gara-gara makanan aja ribut..  🙁

 

P E A C E

 

 

 

 

 

 

Continue Reading