Imaginary Friends

bing bong

Minggu lalu saya baru nonton Inside Out. Kebetulan Alea sedang senang-senangnya menonton film animasi. Tapi berhubung Eyangnya Alea agak kurang setuju kalau Alea menonton film ini, dengan alasan ada muatan film yang belum pas kalau ditonton Alea di usianya yang sedang senang-senangnya meniru apapun yang dia lihat. Jadi, ya sudahlah, saya tonton sendiri dulu kali ya.

Di sepertiga film itu itu ada adegan yang mengingatkan saya ke masa kecil dulu. Ketika tokoh Joy dan Sadness terlempar ke daerah Ingatan Jangka Panjang; saat mereka bertemu dengan sesosok makhluk yang bentuknya merupakan gabungan antara permen kapas, kucing, gajah, lumba-lumba dan memperkenalkan dirinya sebagai Bing Bong . Dia adalah teman khayalan masa kecil Riley, tokoh utama film ini.

Bicara tentang teman khayalan, dulu saya juga punya teman khayalan yang bernama Vikung. Vikung ini adalah sosok yang punya kepribadian abu-abu. Tidak selamanya baik, tapi juga tidak selalu jahat. Pokoknya manusiawi, walaupun lebih banyak ngeselinnya daripada menyenangkannya. Tapi di balik ‘ngeselinnya‘ itu Vikung tetap sosok yang baik, suka menemani saya main dan ngobrol. Sosok Vikung itu saya ‘gambarkan’ sebagai anak perempuan yang seusia saya. Rambutnya sebahu, suka dikuncir dua, berponi, agak kurus, pipi kiri kanannya masing-masing ada jerawat 3 biji, dan suka pakai kaos kaki panjang, sepintas mirip sosok Pippi Longstocking. Entah kenapa sosok Vikung mirip dengan Pippi Longstocking, apakah karena waktu itu saya lagi suka-sukanya baca buku-buku fiksi anak, macam Lima Sekawan, Pippi Si Kaus Kaki Panjang, dan sejenisnya ya?

teman khayalan - Pippi Longstocking
teman khayalan versi saya

Kurang pasti kapan Si Vikung ini hadir menemani hari-hari saya, tapi yang jelas seiring dengan semakin bertambahnya usia saya, semakin sibuknya saya di sekolah, dan semakin banyaknya teman yang saya miliki, lambat laun sosok Vikung ini ‘menghilang’ dengan sendirinya. Dulu sempat mikir, apa saya saja ya yang punya teman khayalan? Saya aneh nggak sih karena punya teman khayalan? Gimana nggak ‘aneh’ kalau saya main sendiri, ngobrol sendiri, ‘berantem-berantem’ sendiri, kadang seolah berebut sesuatu dengan ‘seseorang’ padahal ya saya sedang sendiri. Ngeri, ya? Hahaha…

manfaat-teman-imajinasi

Tapi sebenarnya sebagian besar anak kecil yang berusia antara 3-5 tahun wajar kalau memiliki teman khayalan dengan bentuknya masing-masing. Usia di mana mereka mulai membentuk identitas diri dan mulai tahu batas mana dunia khayal dan dunia nyata.

Tapi ada kelegaan juga, karena kalau merujuk pada salah satu artikel di Parents Indonesia, menyatakan:

“Penelitian menyebutkan bahwa anak yang memiliki teman khayalan punya kemampuan berempati lebih baik dibandingkan teman sebaya yang tidak punya sahabat imajiner. Studi lain juga menyatakan anak-anak tersebut memperoleh nilai tes bahasa yang lebih tinggi, mampu bersosialisasi dengan baik, dan yang paling penting punya lebih banyak teman.”

Begitu juga ketika saya iseng baca di The Verge :

“children who keep imaginary friends, eventually develop better internalized thinking, which separately has been found to help children do better with cognitive tasks like planning and puzzle solving.”

Jadi, kalau kebetulan kita punya anak yang punya teman imajiner, jangan terburu-buru mengecap anak kita aneh. Karena justru dari situlah perkembangan emosi dan cara berpikir anak dimulai. Anak yang punya teman khayalan akan tumbuh menjadi anak yang penuh rasa ingin tahu, mudah berteman, kaya kosakata, dan kreatif.

Menurut saya, selama anak tidak banyak menghabiskan waktunya setiap hari berbicara dan bermain dengan teman khayalannya, dalam artian dia masih mau berbicara dan bermain dengan teman nyata (non-imajiner), berarti masih dalam taraf normal. Tapi kalau ternyata sebaliknya, anak lebih suka menghabiskan kesehariannya untuk ngobrol dan bermain dengan teman khayalannya dibandingkan dengan teman nyatanya, mungkin ada baiknya orang tua mulai berkonsultasi dengan ahli perkembangan anak.

Kalau kalian, dulu pernah punya teman khayalan nggak?

 

[devieriana]

sumber ilustrasi: Disney dan TemanTakita

 

You may also like

4 Comments

  1. Sepertinya waktu kecil belum punya teman imaginary. Tapi anak-anak sekarang mungkin lebih banyak yg punya teman imaginary karena banyak yg mereka lihat dan tonton sehingga lebih imaginatif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *