Limitless Love

happy-mom-daughter

My mother was the most beautiful woman I ever saw. All I am I owe to my mother. I attribute my success in life to the moral, intellectual and physical education I received from her.
– George Washington –

Ibu adalah sosok yang rasanya tak akan pernah habis untuk diceritakan. Sosok istimewa yang sudah jatuh cinta kepada anak-anaknya bahkan sebelum mereka terlahir ke dunia. Jadi wajar kalau akhirnya Ibu menjadi sosok inspiratif bagi semua orang. Saya pun punya pemikiran yang sama; bagi saya Mama adalah sosok yang banyak memberikan saya inspirasi.

Sejak menikah, Mama memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Padahal dulu Mama juga bekerja dan punya kesempatan berkarir yang cukup bagus. Namun demi keluarga yang baru dibangunnya, Mama memilih untuk menjalani karir sebagi ibu rumah tangga yang jam kerjanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan itu sepanjang tahun.

Mama adalah pribadi dengan kombinasi yang unik. Sosok ibu yang cerewet, tegas, disiplin, keras kepala, dan absurd. Namun di luar itu semua Mama adalah sosok yang penyayang, berhati lembut, konsisten, dan luwes bergaul dengan siapa saja. Bukan itu saja, saking dekatnya beliau dengan kami bertiga, Mama sampai hafal satu per satu sahabat kami lengkap dengan cerita mereka. Si A rumahnya di mana, Si B pacaran sama siapa, Si C silsilah keluarganya bagaimana, Si D sekolah/kerja di mana, dan seterusnya.

Bukan hanya itu saja, kami (terutama adik saya yang bungsu) sering menjadikan rumah sebagai tempat nongkrong, Mama pun aktif mengajak ngobrol mereka. Bagi kami, Mama bukan hanya seorang ibu, tapi juga sahabat untuk anak-anaknya. Kami bisa cerita tentang apapun, karena Mama adalah pendengar yang baik untuk setiap cerita yang kami ceritakan. Mama adalah sosok yang istimewa. Seistimewa masakan-masakannya yang racikan, takaran, dan rasanya selalu pas!

Orang tua kami kebetulan adalah pasangan yang kompak dalam membesarkan kami. Mereka bukan hanya memberikan kami hal-hal yang manis saja, tapi juga ‘pahit-pahitnya’. Kalau soal dijewer, dimarahi, dihukum, itu sih biasa. Toh imbangannya kami juga sering mendapatkan hadiah dan kebahagiaan dalam bentuk lainnya. Semua diberikan dalam ‘dosis’ yang pas dan seimbang.

Lewat Mama, saya belajar prinsip-prinsip kehidupan; baik sebagai pribadi maupun sebagai individu dalam lingkup sosial. Ada salah satu nasihat yang paling saya ingat dari Mama, “ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana”, artinya: manusia itu dihargai dari ucapan/kata-kata dan penampilannya, karena penampilan adalah salah satu cerminan kepribadian. Masih menurut Mama, seorang Ibu harus mampu mendidik anak-anaknya lewat perilaku. Anak akan dididik oleh ibunya bukan secara lisan semata, tapi juga pada perilaku dan kesehariannya.

Kini, saya adalah ibu dari bayi mungil bernama Alea yang berusia 6,5 bulan. Menjadi seorang ibu sama seperti diberi kesempatan untuk merasakan keajaiban dalam hidup. Mata saya jadi lebih terbuka. Ternyata menjadi seorang isteri yang sekaligus ibu bekerja ternyata bukan perkara mudah. Setelah cuti selama 2 bulan pasca melahirkan, saya kelimpungan mencari pengasuh bagi Alea.

Bukan hal mudah mencari pengasuh bayi di zaman sekarang, apalagi menyerahkan begitu saja pengasuhan bayi kepada seorang yang belum saya kenal sebelumnya. Hingga akhirnya Mama menawarkan diri untuk membantu menjaga dan mengasuh Alea selama saya bekerja. Tentu saja tawaran ini saya terima dengan suka cita karena dulu saya pernah ‘bercita-cita’ kelak suatu hari kalau saya sudah punya anak, saya ingin Mama saya yang menjaga anak saya 😀 .

Keputusan ini sedikit dilematis memang, karena dengan Mama sementara tinggal bersama saya di Jakarta, berarti akan meninggalkan Papa di Surabaya. Walaupun masih ada adik bungsu saya yang tinggal sekota dengan Papa tapi tetap saja muncul segumpal rasa berat. Tapi untunglah Papa sangat pengertian. Beliau ‘merelakan’ Mama menjaga Alea daripada Alea diasuh oleh orang yang belum tentu bisa menjaga Alea dengan benar. Tentu saja kami akan beberapa kali ke Surabaya untuk pulang ke Papa.

Sampai sebegitunya ya pengorbanan orang tua. Bukan hanya berhenti sampai ke anak, tapi sampai ke cucu. Their love and affection are limitless!

Buat saya Mama adalah guru pertama saya dalam hal pengasuhan anak. Seringkali saya menemukan insight tentang parenting dari beliau. Memang beliau bukan sosok ibu yang sempurna. Sebagai manusia, saat menjalani berbagai perannya, Mama tentu punya kelebihan dan kekurangan. Tapi yang jelas, ketika saya officially menjadi orang tua, orang pertama sekaligus tempat saya berguru tentang parenting ya Mama saya sendiri. Ya, kalau misalnya ada perbedaan cara mengasuh di sana sini ya wajarlah, namanya beda zaman, beda generasi, beda up date informasi. Jadi, adjustment itu pasti diperlukan. Tapi alhamdulillah sejauh ini masih discussable.

Ada satu nasihat sekaligus doa bagi kami, anak-anaknya, “semoga kelak ketika kalian sudah menjadi orang tua, kalian bisa mendidik anak-anak kalian menjadi anak-anak yang sesuai dengan zamannya, humanis, rasional, dan bahagia.”

Pamela Druckerman menulis dalam bukunya yang berjudul Bringing Up Bebe :

” to be a different kind of parent, you do not just need a different parenting philosophy. You need a very different view of what a child actually is. “

Btw, you did it, Ma! 🙂
[devieriana]

 

___

sumber ilustrasi diambil dari sini

Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com

You may also like

3 Comments

  1. iya, ya…
    semoga aku bisa kaya mereka, cintanya nurun sampe anak, cucu, cicit, dst 😀

  2. mereka sudah menjalani hidup lebih lama, sudah banyak belajar. dan faktor umur membuat kita selali ingin saling mengasihi 🙂
    kasih sayang membuat hidup jadi indah, bukan jadi roaming

    Semoga bahagia selalu yah 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *