Dongeng, kemewahan masa kecil

Surat untuk Takita @IDcerita 🙂

Dear Takita,

Apa kabar, Sayang? Maafkan Kak Devi yang baru bisa menulis surat balasan buat kamu, ya. Tapi Kak Devi senang sekali mendapat undangan untuk menulis surat buat kamu.

Jauh sebelum Takita lahir, dongeng sudah menjadi salah satu hal yang akrab di masa kecil kakak dan kedua adik kakak. Bukan hanya dongeng yang diceritakan secara langsung oleh Papa, tapi juga melalui buku-buku dongeng untuk anak yang dibelikan oleh papa dan mama Kak Devi secara berkala. Ada buku dongeng cerita nusantara sampai dongeng anak sedunia. Mulai buku dongeng yang banyak tulisannya sampai yang banyak gambarnya. Bukan itu saja, papa/mama juga sering membelikan kaset Sanggar Cerita yang secara rutin akan diputar setiap hari Minggu pagi untuk membangunkan kami. Unik ya cara membangunkannya? ;))

Ada satu kebiasaan yang selalu papa lakukan sebelum kami berangkat tidur. Papa selalu menyempatkan diri untuk mendongeng. Padahal kakak tahu Papa juga pasti capek habis kerja seharian, bahkan kalau sudah capek banget kakak sering melihat papa ketiduran di kursi :(. Kasian sih, suka nggak tega kalau mau minta didongengi :(. Tapi ketika melihat semua usaha papa yang sedemikian rupa itu, akhirnya kakak sekarang mengerti bahwa mungkin itulah salah satu bentuk kasih sayang orang tua ke anaknya. Secapek apapun mereka, demi membahagiakan anaknya, mereka rela melakukan apapun :-s

Dongeng yang diceritakan pun bermacam-macam. Biasanya sih Papa baca dulu cerita yang mau diceritakan, tapi tak jarang juga mengarang indah ;)). Bahkan mengarangnya pun kadang terlalu kreatif. Uniknya, kalau sudah terlalu kreatif dan muncul pertanyaan-pertanyaan aneh dari kakak, pasti ending-nya menggantung. Dan kalau sudah menggantung itu artinya Papa kehabisan ide. Kalau sudah kehabisan ide biasanya muncul kata-kata begini, “ya udah kamu bobo dulu, lanjutannya besok, ya.” Lah, berasa nonton sinetron stripping, ya? ;))

Bukan hanya orangtua Kak Devi saja yang suka mendongeng, guru agama di SD kakak dulu juga sangat suka mendongeng. Sosok yang ramah, humoris, dan agamis itu menjadikan beliau sosok idola yang dekat dengan anak-anak namun juga disegani. Jam pelajaran beliau selalu menjadi jam pelajaran terfavorit, karena bukan hanya materi belajar mengajar saja yang akan kami dapatkan, tapi juga bonus dongeng mendidik sekaligus menghibur.

Entah ada hubungannya atau tidak, karena kesukaan kakak pada cerita/dongeng, membuat kakak berimajinasi ingin menulis cerita sendiri. Apalagi dulu papa/mama cuma membelikan buku dongeng sebulan sekali atau maksimal dua kali. Itu pun dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah habis kakak baca. Itulah kenapa Kakak akhirnya ingin membuat cerita sendiri, salah satunya supaya imajinasi kakak tersalurkan. Kakak tulis saja cerita di dalam buku tulis bergaris (biar tulisannya lurus, kalau nggak ada garisnya tulisan kakak suka naik-naik ke puncak gunung).

Cerita yang kakak tulis jenisnya bermacam-macam, ada yang cerita biasa, tapi ada juga yang jenisnya legenda. Kalau diingat-ingat aneh juga ya, masa legenda kok diciptakan sama anak usia 6 tahun? ;)). Masih ingat salah satu judul buku ciptaan kakak judulnya “Legenda Danau Semendung Rampang”, bhihihik ;)). Ceritanya tentang seorang anak yang dikutuk orangtuanya menjadi penghuni danau karena dia nggak nurut sama orangtuanya. Nggg… ya baiklah, nggak perlu dibahas 😐

Biasanya kalau sudah jadi buku, kakak suka minta teman-teman kakak untuk membaca. Komentarnya ada yang bilang bagus, ada yang bilang aneh, ada juga yang nggak komentar aoa-apa. Mungkin karena saking ajaibnya cerita kakak, ya? ;)). Tapi justru dari situlah kakak belajar yang namanya apresiasi.

Makin kesini kakak merasakan ternyata ada banyak sekali manfaat dongeng. Apalagi setelah kakak ikut langsung dalam kegiatan @IDceritaJKT. Dongeng bukan hanya bertujuan untuk menghibur dan menjadi media pengantar tidur bagi anak semata. Tapi lebih dari itu, dongeng bermanfaat untuk mengasah imajinasi dan daya pikir anak, sentuhan paling manusiawi untuk menjalin komunikasi dan kedekatan emosional antara anak dan orang tua. Dan satu lagi dalam dongeng bisa diselipkan pesan moral dan etika tanpa anak merasa digurui.

Tapi terlepas dari itu semua, menurut kakak, peran serta orang tua dalam memilah materi dongeng juga sangat disarankan, lho. Karena tidak semua dongeng itu memiliki muatan cerita dan moral yang bagus.

Takita sayang, cukup sekian kisah kakak hari ini. Semoga nggak bosen bacanya, ya ;).

Teruntuk para ayah dan bunda, pertanyaan sederhana saja, sudahkah mendongeng untuk si kecil hari ini? 😉

[devieriana]

ilustrasi Takita diambil dari

You may also like

5 Comments

  1. Cuma orang yang jarang mendapat saja yang bisa bilang itu mewah, begitu kira-kira prinsip ekonominya.
    Bagi sebagian anak, dongeng itu adalah makanan sehari-hari. Mereka kenyang oleh dongeng.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *