JFW 09/10 : Menuju Terwujudnya Pusat Mode Asia

Perhatian seluruh pengamat & pelaku industri mode sedang teralih pada perhelatan akbar Jakarta Fashion Week yang digelar sejak tanggal 14 – 20 November 2009 di Pacific Place Jakarta. Ya, salah satu acara tahunan akbar yang diadakan oleh majalah Femina yang berkolaborasi dengan Pemerintah DKI Jakarta, stakeholder & media menawarkan sebuah suguhan fashion kelas internasional yang lahir dari tangan desainer lokal kita. Bangga? Pastinya.. 😉

Seperti yang dikatakan oleh Taruna Kusmayadi (Ketua Umum APPMI) di dalam Press Conference pembukaan Jakarta Fashion Week  kemarin :

 “Jakarta Fashion Week 09/10 ini merupakan langkah awal dalam mewujudkan mimpi desainer dan buyer Indonesia. Sekaligus  juga membantu industri fashion lokal” .

Nah pastinya ini adalah sebuah langkah positif untuk makin mengembangkan industri fashion tanah air kita agar makin dikenal di dunia fashion internasional. Dalam pekan mode inilah juga diharapkan akan menjadi sebuah “giant media” yang akan mempertemukan banyak pihak. Karena idealnya, sebuah fashion week akan menjadi sebuah media bisnis jika didalamnya juga dilengkapi dengan trade show, sebuah section khusus yang menjadi tempat bagi desainer dan pelaku mode untuk menjual koleksinya langsung kepada penikmat mode dan buyer.

Tahun ini Jakarta Fashion Week dimeriahkan oleh 60 fashion desainer kenamaan Indonesia yang tergabung di dalam APPMI (Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia), IPMI (Ikatan Perancang Mode Indonesia), dan juga beberapa desainer independen. Bayangkan, betapa serunya jika seluruh pelaku fashion tumplek blek di ajang tahunan ini. Akan ada berapa item yang akan jadi trend di tahun 2010 nantinya? Ah,s eru sekali pastilah.. 😀

Para dedengkot fashion yang juga memeriahkan ajang Jakarta Fashion Week ini diantaranya adalah Ghea Panggabean, Barli, Carmanita, Anne Anaatie, Poppy Dharsono, Stephanus Hamy, Taruna Kusmayadi, Ivan Gunawan, Oscar Lawalata, Deden Siswanto, Oka Diputra, Sebastian Gunawan dan Priyo Oktaviano, yang kesemuanya akan hadir menyemarakkan ajang Jakarta Fashion Week ini.

Seperti halnya ajang yang sudah lebih dulu ada yaitu Lomba Perancang Mode Indonesia yang sudah melahirkan beberapa perancang kenamaan : Carmanita, Itang Yunasz, Anne Rufaidah, Samuel Wattimena, Tuty Cholid, Chossy Latu, Denny Wirawan, Edward Hutabarat, Musa Widyatmodjo, Widhi Budimulia, Sally Koeswanto, ajang Jakarta Fashion Week pun sudah siap menjadi wadah positif bagi lahirnya calon perancang muda berbakat yang selanjutnya akan bekerjasama memajukan dunia fashion Indonesia lewat karya-karya mereka. Jadi inget sama obsesi saya beberapa tahun lalu untuk mengikuti ajang ini.. tapi.. ah sudahlah.. *mulai lebay* 😀

Diharapkan dari ajang Jakarta Fashion Week 09/10 inilah akan menjadi gerbang terwujudnya Indonesia sebagai pusat mode Asia. Amien..

I hope so. Yes, we do hope so..  🙂

[devieriana]

sumber ilustrasi website Jakarta Fashion Week

Continue Reading

Penumpang Yang Ribet..

Minggu pagi itu cuaca Jakarta sangat cerah. Sayapun bersiap-siap menuju ke bandara Soekarno Hatta untuk selanjutnya menuju Surabaya guna mengurus printhilan-printhilan buat legalisir & pemberkasan. Penerbangan dengan menggunakan Lion Air pukul 08.20 wib.

Ruang tunggu penuh sesak. Beberapa kali panggilan ditujukan untuk penumpang tujuan Makassar yang mungkin masih ada yang tertinggal entah di lobby, masih check in, atau dalam perjalanan menuju gate tempat pemberangkatan. Entahlah, yang jelas tujuan Makassar pagi itu nggak berangkat-berangkat gara-gara mungkin ada penumpang yang keselip.

Saya dengan tas ransel isi berkas-berkas & sepotong baju plus beberapa buku kumpulan soal CPNS buat adik saya 😀 (dia critanya juga pengen nyobain gitulah) melenggang ke pesawat setelah tak lama setelah panggilan ke Makassar itu berubah panggilan untuk tujuan Surabaya. Seat saya agak belakang, 2 seat setelah emergency exit door. tampak serombongan ibu-ibu yang tadi sempat saya lihat heboh foto-foto di ruang tunggu mulai berisik mencari seat masing-masing. Saya mempersilahkan seorang ibu yang seatnya persis di sebelah saya. Tak lama datanglah segerombolan ibu-ibu (pokoknya isi pesawatnya hari itu ibu-ibu semua) yang kebingungan karena seatnya kok sudah diduduki oleh ibu-ibu lain.

Seat depan saya adalah 32 A,B,C. Di seat ini ada 3 ibu-ibu rumpi yang ngecipris sejak saya naik. Inilah percakapan yang membuat saya geleng-geleng kepala..

” Lho, aku duduk dimana ini? kok 32 B udah ada orangnya? ” , tanya seorang ibu pada ibu lainnya
” Lho, aku yo iyo.. aku 32 C.. harusnya kan disini ya?”, tunjuk seorang ibu lainnya ke arah seat di depan saya.
Pramugari langsung menghampiri kerumunan ibu-ibu itu & memeriksa boarding pass-nyas atu persatu.

” Mohon maaf ibu, ibu seharusnya bukan duduk di 32 B & C, ibu duduknya di 32 D & E, sebelah sini ya..”, jelas pramugari pada 2 ibu-ibu yang tidak duduk pada seat yang sesuai dengan boarding passnya
” Mbak, kita ini temenan kok, satu rombongan.. biar enak gitu duduknya nggak pisah-pisah.. jadi satu aja mbak..”, salah satu jawaban ibu itu bikin saya ngikik dengan sukses.
” Bukan begitu bu, mohon kerjasamanya.. untuk duduk sesuai dengan boarding pas masing-masing ya..”, tegas pramugarinya terdengar agak dongkol
Halaah.. asline lho podho ae.. (aslinya sama aja), wong ya sama duduknya..”, tukas seorang ibu sambil pindah tempat duduk ke sebelahnya..

Yaelah bu, ini naik pesawat ya.. bukan naik damri yang bisa milih tempat duduk seenak sampeyan. Coba kalau sampeyan ngotot lagi, kan nggak berangkat-berangkat pesawatnya, batin saya. Belum habis rasa geli saya, muncul kegelian yang lain. Berhubung 6 orang ibu-ibu yang baru datang itu duduk persis di sebelah pintu darurat, otomatis harus diubah dong tempat duduknya. Karena yang duduk di dekat pintu darurat harus laki-laki untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu tenaga & kecekatan mereka membuka pintu darurat pada saat dibutuhkan.

” Mohon maaf ibu-ibu, sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan, maka untuk penumpang yang duduk di dekat pintu darurat semuanya harus laki-laki. Apakh ibu bersedia bertukar tempat dengan penumpang yang lain? Jika iya, akan segera saya carikan tempat penggantinya..”, jelas sang pramugari penuh keramahan.
” Wah, sudah ndak usah mbak.. enak gini, kaki saya bisa selonjoran.. ndak pegel, ndak ketekuk..”, jawab seorang ibu dengan.. yah.. menggelikan..
” Bukan masalah kaki bisa selonjor atau tidak bu, tapi ini untuk keselamatan penerbangan.. Jika ibu-ibu bersedia, akan segera saya carikan tempat duduk penggantinya..”
” Lah, tadi katanya suruh duduk sesuai boarding pass.. sekarang suruh pindah. Berarti sampeyan ndak konsisten ngomongnya mbak..”

DHAAAANG..!! *tepok jidat, jedukin ke aspal*

Dooh, mau ngomong apa & gimana ya. Bu, tau nggak, sampeyan-sampeyan itu sudah bikin pesawat ini nggak berangkat-berangkat. Aslinya berangkat jam 08.20 wib, ini udah 08.45. Udah molor, Nyah 🙁 . Setelah mengalami eyel-eyelan yang cukup rumit & melelahkan (halah), akhirnya keenam-enamnya bersedia dipindahkan di.. bagasi.. Gaklah, di seat yang lain, pangku pilot. Enggaakkk.. di seat yang lain :D. Setelah bapak-bapak itu dibriefing singkat oleh sang pramugari, akhirnya penerbangan itupun berangkat dengan mulus.

Bagaimana dengan ibu yang disebelah saya? Hmm, asli ribet banget jadi dia. Yang ngeluarin permen, tar nggak lama, ngeluarin roti. Abis itu ngeluarin buku ngaji. Benerin jilbab. Ngalungin tas ke leher. Dilepas lagi, tasnya dipangku. Ngeluarin obat batuk, nggak jadi diminum. Masukin buku ngaji di saku tas belakang. Resleting tasnya nggak bisa nutup, buka lagi, keluarin lagi bukunya. Ditekuk jadi 2, tetep nggak bisa masuk. Masukin tas plastik. Diem sebentar, ngeluarin permen, nawarin ke tetangga kiri-kanan, nggak ada yang mau, masukin tas. Batuk-batuk, nutupin pakai syal. Buka tas lagi, ngeluarin buku & bermaksud baca-baca, baru satu halaman belum kelar udah ngobrol. Lipat lagi, masukin lagi bukunya.. dst sampe akhirnya tiba di Surabaya..

Btw, sampeyan kok nggak capek ya ribet kaya gitu? Saya lho yang dari tadi ngeliat sampeyan umek (gerak melulu) aja capek 🙁

Akhirnya pesawat landing juga di Surabaya tercinta. Akhirnya sayapun berpisah dengan ibu-ibu rumpi yang ajaib-ajaib itu. Ganti ribet sama adik saya yang njemput tapi lupa markir motornya dimana.. *ngelap keringet*

 

[devieriana]

 

Continue Reading