Siapa Bilang Kuburan Sepi?

Tahun ini adalah lebaran ketiga saya di Jakarta, hanya bedanya tahun ini saya berkesempatan untuk pulang ke kampung halaman tepat di hari pertama lebaran walaupun shalat Ied-nya di Jakarta. Ya itulah, karena salah perhitungan sih sebenarnya, lantaran kita mengira lebaran tahun ini bakal jatuh di tanggal 21 September 2009. Selain itu tiket yang masih available & affordable ya tanggal segitu. Selebihnya sudah fully booked & hargaya selangit. Dengan asumsi kalau harga tiket keberangkatan saja sudah segitu mahal, lha kalau harganya selangit juga masa saya cuma bisa mudik tapi nggak bisa balik ke Jakarta? Ya intinya sih duitnya dibagi-bagi gitu lho 😀

Ada pemandangan yang menarik ketika saya mengunjungi makam anak saya tahun ini di TPU Cipayung. Menariknya dimana? Kalau tahun lalu lingkungan makam masih standar, ramainya pun masih ya standar keramaian makam di hari rayalah. Hanya ada beberapa tukang jual kembang, air mawar & buku yassin saja. Selebihnya sih pengunjung yang kebanyakan datang berombongan bersama keluarga. Tapi tahun ini.. lebih mirip pasar pindah. Selain tukang kembang & penjual buku yassin ada juga tukang bakso, tukang minuman ringan, eskrim, tukang burger, penjual mainan anak-anak, tukang buah, tukang balon, peralatan rumah tangga, sampai penjual marmut.. Ya marmut, kelinci, terwelu dan sebangsanya.. Jangan membayangkan ini ada di luar kompleks makam ya, bener-bener di dalam areal pemakaman. Buat jalan aja sampai miring-miring saking padatnya. Buat jalan aja sampai miring-miring saking padatnya.

Jangan membayangkan situsi makam yang “singup”, sunyi, menyeramkan, lengkap dengan mitos pocong & memedi yang lain. Kali ini lokasi makam kok jadi berasa alun-alun ya, saking banyaknya yang berjualan di area ini. Hampir di setiap sudut makam tidak ada yang terlewatkan. Ibarat ada sentra ekonomi mikro yang pindah ke sana. Kalau Centro Departement Store bisa pindah kesini mungkin pindah juga kali ya? Sekalian sama midnight sale-nya..

Mungkin inilah yang namanya berkah lebaran ya.. ada saja orang-orang yang bisa mengais rezeki diantara euphoria merayakan lebaran. Karena belum tentu di hari biasa jualan mereka bisa selaris manis ini. Sama halnya dengan bisnis tahunan jual kue lebaran, kan juga sama hanya dilakukan setahun sekali. Orang yang setiap harinya sibuk bekerja & tidak bisa setiap hari berkumpul bersama keluarga benar-benar memanfaatkan moment lebaran ini sebagai ajang silaturahmi & berbagi kasih bersama orang-orang yang dicintainya. Termasuk menjamu kerabat & sanak keluarga yang datang untuk bersilaturahmi dengan berbagai kue & hidangan khas lebaran.

Semua orang punya cara masing-masing merayakan lebaran.Punya cara masing-masing untuk mencari rezeki & membaginya bersama keluarga, termasuk mengais rezeki di tanah pemakaman.

So, kalau lebaran begini,  masih ada yang bilang makam itu sepi & menyeramkan?
(Iya kalau malam mah tetep aja sepi. Nggak percaya? coba aja dateng kesana pas jam 12 malem gitu, tar manyun aja di bawah pohon beringin besar yang ada di tengah makam ya sambil makan kuaci..
– emang kita nggak ada kerjaan makan kuaci di kuburan tengah malem di bawah pohon beringin?
* dinyalain menyan *)

You may also like

6 Comments

  1. kalo ke Malang biasanya saya nyekar kakek nenek saya, pernah tau Sarean gak disana ? well, jalan diantara kuburan2 itu jadi jalan umum, jadi walaupun malem tetep aja rame, dan gak spooky, udah biasa mungkin :p

  2. sarean itu bahasa alusnya pemakaman kan? Nah ini kebetulan bukan jalan umum, kaya jalan mkadam selebar 1.5 meter gitu, kompleks pemakaman. Kalau hari biasa sepiii banget.. ya karena emang bukan jalan umum sih jeng.. Makanya kemarin pas lebaran agak kaget kok serame itu sampe jualan marmut sama ayam warna-warni juga ada 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *